Di atas telah disebutkan bahwa teori
ekonomi, khususnya teori ekonomi mikro, bekerja dengan menggunakan
asumsi-asumsi. Dan asumsi-asumsi tersebut ada yang berlaku sangat umum
dalam arti dipakai oleh teori ekonomi, baik teori ekonomi mikro maupun
teori ekonomi makro; ada yang hanya dipakai oleh teori ekonomi mikro
saja atau oleh teori ekonomi makro saja; dan akhirnya ada pula yang
hanya dipakai untuk bagian-bagian tertentu ekonomi mikro maupun
bagian-bagian tertentu ekonomi makro. Di bawah mi disajikan sedikit
uraian mengenai beberapa asumsi yang mendasari kebanyakan teori-teori
ekonomi mikro.
A. Asumsi Umum. Asumsi-asumsi di bawah ini dipakai baik oleh teori ekonomi mikro maupun kebanyakan teori ekonomi lainnya
- Asumsi Rasionalitas. Asumsi ini berlaku untuk semua teori ekonomi.
Pelaku ekonomi yang diasumsikan bersikap rasional biasa disebut juga
homo ekonomikus atau economic man. Penggunaan asumsi mi pada teori
konsumen terwujud dalam bentuk asumsi bahwa rumah tangga keluarga
senantiasa berusaha memaksimumkan kepuasan; yaitu yang dalam literatur
terbiasa dengan sebutan utility maximization assump tion. Sebaliknya
dalam teori rumah tangga perusahaan, asumsi yang sama terjelma dalam
bentuk asumsi bahwa rumah tangga perusahaan senantiasa berusaha
inemperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Asumsi ini dalani literatur
dikenal sebagai profit maximization assumption.
- Asumsi Ceteris Paribus. Sebutan lain untuk asumsi ini ialah asumsi
other things being equal atau lain-lain hal tetap sama atau lain-lain
hal tidak berubah. Yang dikehendaki oleh asumsi mi ialah bahwa yang
mengalami perubahan hanyalah variabel yang secara eksplisit dinyatakan
berubah, sedangkan variabel-variabel lain yang tidak disebutkan berubah,
sepanjang dalam model analisa tidak diasumsikan sebagai variabel yang
nilainya ditentukan oleh variabel lain harus dianggap tidak berubah.
- Asumsi Penyederhanaan. Meskipun abstraksi sudah banyak sekali mengurangi kompleksnya permasalahan, agar supaya permasalahan nya lebih mudah dianalisa dan difahami, sering-sering kita perlu menyederhanakan persoalan lebih lanjut. Misalnya saja menurut kenyataan jumlah macam barang dan jasa yang clihadapi rumah tangga keluarga tidak terhitung banyaknya. Akan tetapi, nanti akan kita saksikan misalnya pada Bab X, penggunaan analisa indiferen un tuk menerangkan teori permintaan, jumlah macam barang yang bisa termuat dalam grafik paling banyak hanya dua. mi memaksa kita menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya menghadapi dua macam barang atau jasa.
Asumsi Khusus Ekonomi Mikro
Sebetulnya tidak banyak asumsi yang hanya
dipergunakan oleh teori ekonomi mikro, dalam arti tidak dipergunakan
sama sekali oleh teori ekonomi makro. Hal ini kiranya mudah difahami
kalau kita ingat hahwa yang membentuk perilaku perekonomian sebagai
suatu keseluruhan tidak lain adalah perilaku para pelaku ekonomi itu
sendiri, dengan demikian tidaklah mengherankan kalau kita jumpai bahwa
teori ekonomi makro banyak menggunakan teori-teori atau
kesimpulan-kesimpulan teoritik ekonomi mikro sebagai dasar analisanya.
Oleh karena itulah maka yang kita maksud
dengan asumsi khusus teori ekonomi mikro, hanyalah terbatas kepada
asumsi-asumsi yang banyak dipakai oleh ekonomi mikro akan tetapi tidak
selalu dipakai oleh teori-teori ekonomi yang lain. Dengan menggunakan
batasan ini kita dapat menyebut beberapa contoh asumsi khusus teori
ekonomi mikro. Antara lain yang penting ialah asumsi ekuilibrium parsial
dan asumsi tidak adanya hambatan atas proses penyesuaian
- Asumsi ekuilibrium parsial. Untuk sebagian besar model-model analisa
ekonomi mikro, seperti juga halnya dengan seluruh isi buku ini,
didasarkan kepada asumsi berlakunya ekuilibrium parsial, yang
mengasumsikan tidak adanya hubungan timbal-balik antara
perbuatan-perbuatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi
dengan perekonomian di mana pelaku-pelaku ekonomi tersebut berada.
Misalnya saja, sebagai akibat berubahnya cita rasa, para konsumen
tiba-tiba mengurangi pengeluaran konsumsinya. Kalau tidak dipergunakan
asumsi ekuilibrium parsial, maka dalam kita membuat analisa kita harus
memperhitungkan pengaruh penurunan pengeluaran konsumsi tersebut
terhadap pendapatan nasional, yang seterusnya juga terhadap pendapatan
mereka, dan yang selanjutnya akan berpengaruh juga terhadap pola
pengeluaran para konsumen tersebut. Dengan menggunakan asumsi
ekuilibrium parsial unsur pemantulan semacam itu tidak kita perhatikan.
- Asumsi tidak adanya hambatan atas proses penyesuaian. Kelak kita akan menyaksikan misalnya, apabila harga suatu barang mengalami perubahan, maka berapapun kecilnya perubahan tersebut, selalu diasumsikan bahwa konsumen melaksanakan penyesuaian atau adjustment. Menurut kenyataan banyak hambatan-hambatan yang menyulitkan pelaksanaan penyesuaian tersebut. Faktor-faktor, seperti misalnya faktor psikologi, sosiologi, politik dan sebagainya, dapat merupakan penghambat terhadap penyesuaian tersebut. Misalnya, meskipun kita tahu bahwa dengan menurunnya harga barang Z, tingkat kepuasan akan meningkat dengan cara mengurangi kortsumsi barang Y dan meningkatkan konsumsi barang Z, namun tidak dapat dijamin bahwa kita akan melaksanakan penyesuaian tersebut. Misalnya saja dikarenakan toko langganan kita tidak menjual barang Z, mungkin kita enggan untuk mengadakan penyesuaian tersebut. Dalam teori ekonomi mikro kita mengasumsikan bahwa hambatan hambatan terhadap penyesuaian tersebut tidak ada.