Aksi
demonstrasi tersebut di ikuti oleh warga kristiani dan puluhan aktivis
peduli Palestina di depan kantor Palang Merah Internasional di jantung
kota Al Quds. Maan melaporkan seperti dipantau Mi’raj News Agency (MINA)
di Jakarta.
“Kami semua adalah warga
Al Quds. Penderitaan warga Palestina juga kami rasakan. Kematian Abu
Hamdiyah karena kebiadaban penjajah Israel adalah pukulan bagi kami
semua, rakyat Palestina,” kata Hanna.
Sebagai
sesama warga Al Quds, Hanna ingin menunjukkan kepada dunia bahwa umat
Kristiani yang hidup di Al Quds juga merasakan penderitaan, sama seperti
umat Islam akibat penjajahan Israel di bumi Palestina.
“Kami
ingin mengungkapkan aksi solidaritas kepada semua tahanan Palestina
yang saat ini melakukan aksi mogok makan sebagai protes atas kekarasan
Israel atas mereka. Kami mendukung perjuangan mereka," ungkap Uskup
Agung itu.
"Lewat aksi ini, kami
mengutuk pemerintah Israel atas perlakuannya terhadap para tahanan
Palestina hingga mengakibatkan kematian beberapa Tahanan. Kami tidak
akan melupakan mereka. Kami akan tetap bersama mereka berjuang
membebaskan bumi Palestina ini dari penjajahan Zionis Israel,” tambahnya
lagi.
Sejak Israel memulai
penjajahannya di tanah Palestina pada tahun 1967, lebih dari 750.000
warga Palestina telah ditahan. Jumlah itu mewakili sekitar 20 persen
dari jumlah total penduduk Palestina saat ini. Jumlah itu juga mewakili
sekitar 40 persen laki-laki yang ditahan dari total penduduk di
wilayah-wilayah Palestina yang dijajah Israel.
Menurut
Laporan Lembaga Hak Asasi Manusia dan Urusan Tahanan Palestina,
Addameer, pada tahun 2013 ini jumlah total tahanan Palestina yang berada
di penjara-penjara Israel sekitar 4812 orang. Mayoritas dari mereka
yang ditangkap adalah penduduk Tepi Barat (82,5 %), 9,6 % berasal dari
Jalur Gaza, dan sisanya berasal dari kota Al-Quds serta mereka yang
tinggal di daerah Palestina yang dijajah sejak tahun 1948 yang sekarang
dikenal sebagai wilayah Israel.
Theodosios
Atallah Hanna lahir pada tahun 1965 di Al Quds. Ia diangkat sebagai
Uskup Agung Sebastia di gereja Makam Kudus (Patriarkat Ortodoks)
Yerusalem sejak 24 Desember 2005.
Atallah Hanna pernah belajar di Yunani dan meraih gelar Master of Theology dari Tesalonika University pada 1991. Ia kemudian kembali ke Yerusalem dan diangkat sebagai kepala di Gereja tersebut. Dalam aktifitas sehari-harinya, dia menjabat sebagai juru bicara dan Direktur di Departemen Arab Patriarkat, dan mengajar di sekolah-sekolah kristiani setempat. Ia juga menjadi dosen tetap mata kuliah Agama Kristen di Haifa College. Ia diberi gelar kehormatan Doctor Honoris Causa oleh Theological Institute, Bulgaria.
Atallah Hanna pernah belajar di Yunani dan meraih gelar Master of Theology dari Tesalonika University pada 1991. Ia kemudian kembali ke Yerusalem dan diangkat sebagai kepala di Gereja tersebut. Dalam aktifitas sehari-harinya, dia menjabat sebagai juru bicara dan Direktur di Departemen Arab Patriarkat, dan mengajar di sekolah-sekolah kristiani setempat. Ia juga menjadi dosen tetap mata kuliah Agama Kristen di Haifa College. Ia diberi gelar kehormatan Doctor Honoris Causa oleh Theological Institute, Bulgaria.
Hanna terkenal sebagai
sosok yang vokal dalam mengkritik kebijakan-kebijakan Israel, terutama
soal pembangunan pemukiman ilegal. Ia pernah ditangkap, ditahan dan
diinterogasi lebih dari sekali oleh pemerintah Israel dengan berbagai
tuduhan. (T/P04/P02)
Sumber ; Mi’raj News Agency (MINA)