Home » » Presiden yang Kontroversial I Daniel Ortega

Presiden yang Kontroversial I Daniel Ortega

Written By Unknown on Kamis, 25 April 2013 | Kamis, April 25, 2013


Presiden Nikaragua, Jose Daniel Ortega Saavedra, merupakan sosok politisi yang kontroversial. Ia terpilih kembali sebagai Presiden (sejak Januari 2007) dan sebelumnya sudah pernah menduduki jabatan itu dalam periode 1984-1990. Sebagai pemimpin partai berhalauan sosialis, FSLN, dewasa ini dianggap mengarapkan kebijakan politik Nikaragua menjadi cenderung bergerak “ke kiri.” Dia bersekutu dengan Presiden Hugo Chaves (almarhum, Presiden Venezuela 1999-2013) dan sering memuji revolusi Iran (1979).
Ortega dilahirkan pada 11 November 1945, di wilayah Chontales, Nikaragua. Kedua  orang tuanya, Daniel Ortega dan Lidia Saavendra, merupakan aktivis penentang kedikatoran Presiden Anastatio Smoza Debayle (5 Desember 1925-17 September 1980) yang menduduki kursi kepresidenan dalam 2 periode 1967-1972 dan 1974-1979. Ibunya pernah dijebloskan ke dalam penjara oleh pasukan keamanan Somoza karena memiliki “surat cinta”, yang oleh kepolisian dianggap sebagai kode gerakan politik.  Kedua saudara Ortega, Humberto Ortega (pensiunan tentara) dan Camilio Ortega (seorang penulis) tewas selama perlawanan terhadap rezim Somoza pada tahun 1967.

Ortega pernah merasakan gelapnya jeruji besi saat ditahan karenag gerakan politiknya pada usia 15 tahun dan kemudian mendorongnya bergabung dengan FSLN. Dia kembali ditahan pada 1967 karena dituduh terlibat perampokan Bank of America tetapi dibebaskan tahun 1974 saat kekuasaan Somoza terguling. Di dalam penjara inilah Ortega merasa tersiksa tetapi menulis banyak puisi, yang terkenal antara lain “Aku Tak Pernah Melihat Managua dalam Balutan Rok Mini.” Sesudah kebebasannya dia mengasingkan diri ke Kuba dan kemudian secara diam-diam kembali ke Nikaragua. Di Kuba ia bergabung dengan gerilyawan dan menerima doktrin Marxisme-Lenisnism dari pemerintah Fidel Castro.
Sesudah kembali di Nikaragua, Ortega menikah dalam suatu perayaan yang dirahasiakan dengan Rosario Murillo (lahir 22 Juni 1951)—yang masih berkerabat dengan pejuang nasional Nikaragua, Augusto Sandino,  pada 1979 dan setelah dikaruniai 3 anak, ia pergi ke Kostarica. Kelak, sesudah suaminya menjadi Presiden, Murillo tidak hanya aktif di FSLN, tetapi juga menjadi juru bicara pemerintah dan memperoleh jabatan menteri.  Pada tahun 2005, upacara pernikahan dilaksanakan kembali untuk memperoleh pengakuan dari Gereja Katolik. Ortega juga mengadopsi seorang anak perempuan melalui sebuah ketetapan pengadilan.
Sesudah tergulingnya Presiden Somoza dan meninggalkan negerinya ke Miami, Ortega membentuk suatu koalisi nasional di mana FSLN menjadi salah satu anggotanya yaitu Junta of National Reconstruction (1979), bersama-sama dengan Moises Hassan (aktivis politik), Sergio Ramirez (penulis novel), Alfonso Robela (pengusaha), dan Violeta Barrios de Chamorro (wartawan). Namun Robelo dan Chamorro kemudian mengundurkan diri (1981).
Pada tahun 1981, Presiden Ronald Reagen menuduh FSLN bergabung dengan kelompok aliran kiri (termasuk Kuba) yang menyebarkan paham Marxist-Leninisme ke negara lain di Amerika Latin. Tetapi masyarakat Nikaragua menuduh CIA memberikan dukungan logistik ke Contras, suatu milisi yang anggotanya bekas tentara Somoza dan merupakan suatu gerakan anti-Sandinista. Antara 1980-1989, 30.000 penduduk tewas dalam konflik pemerintah dengan Contras.
Dalam suatu pemilu yang dianggap paling bersih dan jujur sepanjang sejarah Nikaragua, Ortega memenangkan pemilu (1984) dan dilantik pada 10 Januari 1985 dengan perolehan suara hampir 67%. Dalam hari-hari terakhir, Ortega mendapatkan tuduhan dari Parlemen bahwa Ortega dan sejumlah pejabat FSLN mengambilalih aset negara menjadi milik pribadi.
Pada tahun 1990, Ortega kalah dalam pemilu presiden atas lawannya, Chamorro yang dulu bersama-sama membentuk Junta. Chamorro merupakan kandidat dukungan Amerika.  Kemudian pada 30 Desember 1992, Presiden Chamorro memerintahkan kepolisian untuk menduduki gedung parlemen , menyita aset dan dokumen, dan menyatakan untuk sementara negara dijalankan oleh suatu presidium yang akan diumumkan kemudian.  Presiden Chamorro juga mengusir  gerilyawan Sandinista dan kelompok kecil anggota parlemen dari pengaruh mereka dalam mengendalikan legislatif.  Kejadian itu kemudian mendorong krisis berkepanjangan sampai terjadinya sebuah kesepakatan.
Ortega mencoba keberuntungan dalam pemilu presiden Oktober 1996 dan November 2001 tetapi kalah, masing-masing oleh Arnoldo Aleman dan Enrique Bolanos. Kemudian, Presiden Enrique Bolanos memperoleh serangan dari persekutuan bekas presiden sebelumnya, Daniel  Ortega dan Arnoldo Aleman, yang pada Januari 2005 menggalang opini untuk mengubah konstitusi guna memperlemah kekuasaan Presiden, dan mendorong dibentuknya suatu komisi penyelidikan untuk menghapus kekekabalan hukum Presiden dan memeriksa dugaan penyalahgunaan anggaran negara. Krisis berakhir di bulan Oktober, saat tercapai kesepakatan untuk menunda perubahan UUD di bulan Januari dan menunda penghapusan kekebalan hukum Presiden.
Pada tahun 1998, Ortega memperoleh sorotan saat anak perempuan yang diadopsinya mengeluarkan pernyataan tertulis setebal 48 halaman. Isinya antara lain sepanjang 1979 (saat usianya 11 tahun) hingga 1990, dia mengalami pelecahan seksual sistematis dari ayah angkatnya, Ortega. Namun baik Ortega maupun isterinya membantah tuduhan itu. Penyelidikan kasus itu pun ditutup karena sebagai anggota parlemen Ortega mempunyai kekebalan hukum, dan menurut Undang-Undang berlaku, batas pengaduan tuduhan seperti itu adalah 5 tahun. Anak perempuan Ortega tersebut kemudian mengajukan gugatan ke Inter American Human Rights Comission, namun ditolak pada tanggal 15 Oktober 2001.
Selama karir sebagai politisi oposisi, pelan-pelan orientasi ideologis Ortega berubah. Dari penganut garis keras Marxis menjadi pengusung demokratik sosialisme dan pengaruh Katolik Roma semakin kuat dalam dirinya, yang kemudian membentuk rencana kebijakan yang berorientasi konservatif. Pada tahun 2006, Ortega dan FSLN, menyokong suatu Undang-Undang yang melarang segala macam bentuk aborsi.
Hal yang kemudian mengejutkan adalah Ortega mengajak bekas Presiden yang lain, Aleman, pemimpin partai PLC, untuk menjalin aliansi politik. Aliansi tersebut dikenal sebagai “El Pacto” yang dibentuk dalam rangka menciptakan suatu kekuatan lebih besar untuk mengalahkan Presiden Bolanos. Pada Pemilu 2006, rencana tersebut berhasil dan kemudian Ortega memenangkan pemilu presiden kembali.
Segera sesudah pelantikannya, Ortega melakukan kunjungan resmi ke Iran. Mulai masa jabatan ini, Ortega mempertegas keinginannya untuk mencegah kelaparan, dan meningkatkan akses ke kesehatan, pendidikan, kredit, dan jaminan sosial. Bahkan, ia mendukung sejumlah reformasi, seperti pemenuhan hak-hak buruh, memperkenalkan skema kredit lunak dan pemberdayaan perempuan di kawasan pinggiran, meningkatkan subsidi untuk transportasi, ksehatan, sewa tanah, dan harga bahan bangunan. Kebijakan tersebut berhasil menekan kemiskinan dan ketimpangan di Nikaragua.
Sosok Ortega menunjukkan sifat kontroversinya sebagai politisi, yang tak pernah mengenal kata berhenti dalam memperjuangkan apa yang diyakininya. Sekalipun bisa saja dikritik haus kekuasaan, perubahan pikiran dan sikapnya mampu menarik perhatian publik, dan berharap dalam masa kepresidenan ini ia berhasil mewujudkan cita-cita meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Share this article :

Kunjungan

Update

 
Copyright © 2013. BERBAGI ILMU SOSIAL - All Rights Reserved | Supported by : Creating Website | Arif Sobarudin