Home » » Rumus Kekalahan Barcelona

Rumus Kekalahan Barcelona

Written By Unknown on Kamis, 25 April 2013 | Kamis, April 25, 2013


1366850354106631576Leg pertama UEFA Champions League 2012/2013 di Allianz Arena, Munich, telah berakhir dengan hasil memuaskan bagi tuan rumah. The Bavarians Bayern Muenchen dengan dahsyatnya melibas dan menggilas Los Fantasticos FC Barcelona. Dengan skor yang fantastis pula : 4 gol tanpa balas. Kedua sayap Bayern, Frank Ribery dan Arjen Robben, berhasil membumihanguskan pertahanan Barca yang kehilangan palang pintu tangguh, Javier Mascherano dan Il Capitano, Carles Puyol.

Kekalahan Barca mengingatkan publik bola akan kekalahan mereka pada final UCL musim 1993/1994. Waktu itu, skuad Barca dihuni oleh pemain-pemain nomor satu dunia, kurang lebih mirip dengan kondisi skuad di era Lionel Messi Cs sekarang. Ada Ronald Koeman, libero terbaik dunia  yang dikenal pula kedahsyatan canon ball-nya. Ada duet berbahaya Hristo Stoichkov, peraih sepatu emas World Cup 1994, dan Romario Faria, kapten tim juara, Samba Brazilia, dan peraih bola emas di ajang yang sama. Josep ‘Pep’ Guardiola yang masih imut-imut ketika itu sedang berada di puncak performanya. Kepiawaiannya sebagai playmaker Barca dan tim nasional Spanyol konon sempat membuat Manager Of The Century, Sir Alex Ferguson, tertarik membawanya ke Old Trafford. Toh, sama seperti malam tadi (23/04/2013), Barca digilas, saat itu oleh Rossoneri AC Milan, dengan 4 gol tanpa balas.
Kekalahan Barca kemarin malam, walaupun skornya sama, namun bila melihat realitas dan kondisionalnya agak berbeda dengan tumbangnya mereka dari AC Milan 19 tahun lampau. Bila 19 tahun lalu Barca kalah semata-mata karena faktor klasik dari luar mereka, yaitu kedisiplinan Franco Baresi Cs dalam menerapkan strategi Fabio Capello yang jenius dan mematikan, maka selain faktor kalah strategi ada beberapa faktor yang tampak mencolok membuat Barca tak berkutik di kandang Die Roten.
Faktor pertama, strategi pelatih yang miskin kreasi. Tito Villanova jelas keliru menerapkan strategi sejak awal. Pasca gol kedua Bayern,  Villanova tak juga memperbaiki kelemahan Barca dengan mengubah strategi atau memasukkan pemain yang bisa membuat perbedaan, agar kreativitas dan daya dobrak timnya terangkat. Cesc Fabregas, Thiago Alcantara, Eric Abidal atau Alex Song misalnya, bisa menjadi pilihan atau kasarnya perjudian Villanova, daripada ia mempertahankan keberadaan Lionel Messi dan Marc Bartra. Keputusan menarik keluar Pedro Rodriguez dengan David Villa menjadi sedikit timpang, mengingat seharusnya Villanova
Faktor kedua, ketergantungan pada satu pemain. Barca sejak kepindahan Ronaldinho dan pasca kepergian coach Pep Guardiola, berangsur-angsur menggantungkan beban terlalu besar ke pundak Lionel Messi. Para pemain Barca tampak tak berdaya, ketika Messi kehilangan daya dobraknya. Barca dalam dua pertandingan terakhir La Liga sebetulnya sudah menunjukkan bahwa mereka bisa bermain fantastik, meskipun tanpa sang Messias. Memang lawan yang mereka tumbangkan di La Liga tak sepadan dengan Bayern Munchen. Namun greget dan energi dari komposisi tim yang bermain tanpa Messi dalam dua laga terakhir di kompetisi rutin itu, jelas jauh berbeda dengan karakter tim yang diturunkan di Munich tadi malam. Jika komposisi saat  itu yang diturunkan tampaknya akan lebih realistis, daripada menurunkan line-up dengan Messi yang belum sembuh benar tadi malam.
Faktor ketiga dan keempat, berbeda dengan faktor pertama dan kedua, berasal dari eksternal Blaugrana. Faktor ketiga adalah kepemimpinan wasit, yang keliru mengambil keputusan, saat gol kedua Bayern yang dicetak Mario Gomez dan gol ketiga Bayern yang dicetak Arjen Robben. Gol Gomez kentara berbau offside, sementara gol Robben diawali dengan pelanggaran terhadap Jordi Alba, yang diganggu Thomas Muller saat tengah menjaga Robben. Faktor wasit ini sebetulnya faktor yang klise dalam sepakbola modern. Dimasa lalu Barca sendiri pernah diuntungkan begitu banyak oleh wasit Tom Henning Ovrebo, tepatnya pada leg ke-2 semifinal UCL musim 2008/2009 saat berhadapan dengan Chelsea. Bila dibandingan dengan kekeliruan V.Kassai, wasit asal Hongaria yang memimpin leg ke-1 UCL 2012/2013, kesalahan Ovrebo tampaknya lebih sulit dimaafkan oleh para pengamat dan fans Barca sendiri yang obyektif.
Adapun faktor keempat, apalagi jika bukan Bayern Muenchen, sang lawan, yang tengah berada pada titik puncak performanya. Pertahanan Bayern yang dihuni oleh salah satu goalkeeper terbaik dunia, Manuel Neueur, dan Dante, titisan bek tengah Brazil masa lampau Aldair, berhasil membangun tembok yang kokoh tak tertembus oleh tiki-tika para pemain Barca. Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Pedro Rodriguez, Lionel Messi dan pemain Barca lainnya bagaikan pasukan infanteri yang berputar-putar saja mengitari benteng, tanpa tahu bagaimana cara yang tepat memasuki benteng tersebut.
Barisan tengah Bayern yang digalang Bastian Scwheinsteiger dan David Alaba juga menjalankan fungsi gelandang nyaris tanpa cacat. Text book performance, dalam istilah game elektronik Pro Evolution Soccer. Mereka bertahan, menyerang, mengatur tempo, mengerangkeng pergerakan para midfielder Barca, dan menjadi alasan utama mengapa Messi menjadi pemain terburuk dalam pertandingan tersebut. Barisan depan Bayernpun tampil sangat memukau tadi malam. Terlepas dari kontroversi gol Gomez dan Robben, barisan depan The Bavarians semalam menunjukkan akselerasi dan serangan via sayap yang memanjakan mata penikmat bola. Terobosan demi terobosan yang dilakukan Frank Ribery dan Arjen Robben, sejauh  ini adalah peragaan terbaik dari para winger selama UCL 2012/2013 berlangsung. Dan Thomas Muller, seperti biasa, adalah goal getter yang berbahaya mengingat akurasi, impresi dan positioning-nya di kotak penalti Barca.
Barca telah menemukan rumus kekalahannya sendiri dalam duel kontra Bayern pada 4 besar UCL 2012/2013. Betul kata Gerard Pique, bek tengah Barca, bahwasanya gol kontroversial atau keputusan wasit bukan alasan kekalahan mereka. Strategi yang tak brilian-terlalu biasa mengingat lawan yang mereka hadapi adalah Bayern Muenchen- ditambah ketergantungan berlebihan pada satu person, Lionel Messi, adalah faktor utama yang membuat langkah mereka menuju final menjadi terjal.
Duet pelatih Tito Villanova-Jordi Roura kini mesti berpikir keras soal strategi pada leg ke-2 yang akan berlangsung di Nou Camp nanti. Peluang setipis apapun sebetulnya bukan masalah bagi skuad Blaugrana, karena dunia kadung menjuluki mereka : Los Fantasticos. Jupp Heynckes, pelatih Bayern sendiri menyadari hal tersebut. “Kita hebat. Tapi belum masuk final. Masih ada Nou Camp menanti kita.”ucap Heynckes waspada, kepada Eurosport. Ya, leg ke 2 masih ada. Dan Barca masih tetap sebuah bahaya dalam kacamata pelatih berpengalaman seperti Jupp Heynckes.(aea)
Share this article :

Kunjungan

Update

 
Copyright © 2013. BERBAGI ILMU SOSIAL - All Rights Reserved | Supported by : Creating Website | Arif Sobarudin