Suatu hari di tepi sebuah sungai, seorang Ulama melihat laki-laki sedang duduk
bersama dengan seorang wanita muda dan didekat mereka ada sebotol arak.
Terlintas dalam hatinya “alangkah bejatnya orang itu, dan alangkah baiknya kalau
ia seperti aku”.
Tiba-tiba kelihatan sebuah perahu tidak jauh dari orang
itu, perahu itu berangsur-angsur tenggelam sehingga tujuh orang yang berada di
dalamnya hampir mati kelemasan. Orang laki-laki yang duduk di tebing sungai itu
segera terjun ke sungai untuk menolong mereka dan berhasil diselamatkannya hanya
enam orang, kemudian orang itu berpaling kepada Ulama tadi dan berkata “Jika
kamu lebih mulia dari saya, maka dengan nama Allah, selamatkanlah seorang lagi
yang belum dapat saya selamatkan. Kamu diminta hanya menyelamatkan satu orang,
sedang saya telah menyelamatkan enam orang”.
Tetapi sayang, Ulama
tersebut tidak dapat menyelamatkan orang yang tinggal seorang itu, maka
laki-laki itu pun berkata kepada Ulama tersebut “Tuan, wanita yang duduk di
samping saya tadi ialah ibuku, dan botol itu hanya berisi air putih saja, bukan
arak. Hal ini adalah untuk menguji tuan”.
Mendengar kata-kata itu, Ulama
tersebut tertegun, lalu berkata ”Sebagaimana tuan telah menyelamatkan enam
orang, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam air kebanggaan dan
kesombongan”
Orang itu menjawab “Mudah-mudahan Allah kabulkan
maksudmu”.
Ulama tersebut merasa maksudnya telah terkabul, sejak itu
beliau sangat merendahkan diri, bahkan menganggap dirinya lebih hina dari orang
lain.
Ide Pokok Cerita ini diambil dari cerita Sufi Hasan Bashri