Home » » KEBIJAKAN MIGRASI

KEBIJAKAN MIGRASI

Written By Unknown on Sabtu, 27 Juli 2013 | Sabtu, Juli 27, 2013



 
1.     Kebijakan migrasi di Negara berkembang
Biarpun model todaro secara sekilas nampak kurang memperhatikan arti penting migrasi desa-kota (karena model ini berpendapat bahwa migrasi tersebut pada dasarnya merupakan suatu mekanisme penyesuaian alokasi tenaga kerja di desa dan di kota), namun model tersebut mengandung sejumlah implikasi kebijakan yanbg sangat penting bagi Dunia ketiga. Berikut ini adalah lima implikasi kebijakan yang paling penting.
Pertama, Ketimpangan kesempatan kerja antara kota dan desa harus dikurangi. Karena para migran diasumsikan akan tanggap terhadap adanya selisih-selisih pendapatan, maka ketimpangan kesempatan ekonomi antara segenap sektor perkotaan dan pedesaan harus dikurangi.

Kedua, pemecahan masalah pengangguran tidak cukup hanya dengan penciptaan lapangan kerja di kota. Pemecahan masalah pengangguran di perkotaan yang dilakukan atas dasar saran-saran ilmu ekonomi keynesian atau tradisional ( yaitu melalui penciptaan lebih banyak lapangan kerja di sektor perkotaan tanpa harus meningkatkan penghasilan dan kesempatan kerja di pedesaan dalam waktu bersamaan) dapat mengakibatkan suatu situasi yang paradoks, yakni meskipun lapangan kerja di daerah perkotaan telah ditambah namun tingkat pengaggurannya tetap saja meningkat.
Ketiga, pengembangan pendidikan yang berlebihan mengakibatkan migrasi dan pengangguran. Model Todaro juga memiliki implikasdi kebijakan untuk mencegah investasi di bidang pendidikan yang berlebihan terutama pendidikan tinggi
Keempat, pemberian subsidi upah dan penentuan harga faktor produksi tradisional (tenaga kerja) justru menurunkan produktivitas. Salah satu resep kebijakan ekonomi yang baku untuk menciptakan kesempatan kerja di perkotaan adalah dengan menghilangkan distorsi harga faktor produksi dan menggunakan harga yang “sebenarnya” (dibentuk oleh mekanisme pasar).
Terakhir, kelima, program pembangunan desa secara terpadu harus dipacu. Kebijakan yang hanya ditujukan untuk memenuhi sisi permintaan kesempatan kerja di kota, seperti subsidi upah, rekruitmen pegawai lembaga-lembaga pemerintah, penghapusan distorsi harga faktor-faktor produksi dan penyediaan insentif perpajakan bagi para majikan, dalam jangka panjang ternyata tidak begitu efektif untuk meniadakan atau menanggulangi masalah pengagguran bila dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan yang khusus dirancang untuk mengatur secara langsung penawaran tenaga kerja ke wilayah perkotaan.

2.     Kebijakan migrasi di Negara Maju
Adanya gap atau ketidaksetaraan perekonomian antara suatu negara dengan negara lain terlebih antara negara maju dengan negara berkembang membuat tingkat kesejahteraan kedua kelompok negara ini berbeda. Saat ini jumlah penduduk dari negara berkembang yang bermigrasi menuju negara maju semakin bertambah jumlahnya dengan tujuan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih banyak. Mobilitas penduduk yang semakin tinggi ini membawa kepada sebuah pertanyaan apakah hal ini dapat mendorong perkembangan ekonomi dinegara berkembang atau justru menghambat perkembangan ekonomi di negara berkembang? Castels dan Miller (2003) menjelaskan bahwa migrasi internasional bukanlah solusi untuk memperkecil kesenjangan antara perekonomian negara maju dengan negara berkembang. Dengan kata lain migrasi internasional bukanlah solusi untuk mengurangi jumlah pengangguran di negara berkembang, dan bukanlah solusi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari negara-negara berkembang. Bahkan untuk mengurangi kesenjangan antara negara berkembang dengan negara maju ini hendaknya dilakukan dengan mengurangi jumlah migrasi internasional, yaitu dengan broad-based, pembangunan yang berkelanjutan di negara-negara berkembang, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut dan dapat mengimbangi pertumbuhan populasi dan angkatan kerja di negara berkembang. Faktor penentu yang menjadi kunci utama dalam hubungan antara migrasi internasional dengan perkembangan ekonomi adalah kebijakan dari pemerintah mengenai migrasi internasional itu sendiri.
Dibutuhkan kebijakan yang tepat bagi negara-negara maju sebagai penerima imigran dari negara-negara berkembang. Kebijakan ini juga diperuntukkan untuk meminimalisir masuknya para imigran gelap atau imigran ilegal. Karena pada dasarnya imigran gelap inilah yang membuat migrasi internasional tidak menjadi efektif untuk membantu perkembangan perekonomian. “unwanted immigration is often seen as being at the root of public fears of mass influxes” (Castels&Miller,2003:283). Yang dimaksud dengan “unwanted immigration” ini antara lain pelintas perbatasan illegal, pendatang legal yang tinggal di negara penerima melebihi batas waktu yang ada, dan pencari suaka tidak dianggap sebagai pengungsi asli. Kebijakan ini disebut dengan durable solution,  durable solution ini terdiri dari reformasi kebijakan perdagangan, bantuan pembangunan, integrasi regional dan hubungan internasional. Yang pertama yaitu reformasi kebijakan perdagangan, kebijakan perdagangan yang dibuat hendaknya adalah kebijakan yang dapat menstimulus pertumbuhan perekonomian di negara-negara berkembang. Isu yang paling penting dalam reformasi kebijakan perdagangan ini adalah tingkat harga untuk komoditas utama yang dikomparasikan dengan produk-produk industri (Castels&Miller,2003). Contohnya adalah dibentuknya WTO yang sebelumnya merupakan GATT, WTO ini memfasilitasi kebijakan perdagangan internasional dan membantu pertumbuhan perekonomian negara-negara berkembang. Solusi yang kedua yaitu bantuan pembangunan, seperti yang telah dibahas sebelumnya adanya kesenjangan antara negara maju dengan negara berkembang dapat mengakibatkan munculnya imigran-imigran gelap, oleh karena itu dalam hal ini dibutuhkan peran IMF (International Monetary Fund) yang dapat memberikan kredit bagi negara-negara berkembang untuk dapat meningkatkan produktivitas negara sehingga dapat menekan jumlah pengangguran, tingkat pendapatan meningkat, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Kemudian solusi yang terakhir adalah integrasi regional dan hubungan internasional. Adanya integrasi regional yang dapat diimplementasikan dengan pembentukan kawasan perdagangan bebas, dengan adanya kawasan perdagangan bebas ini, maka dapat meminimalisir hambatan-hambatan perdagangan internasional sehingga keuntungan yang didapatkan negarapun akan lebih besar. Dan hal ini dapat meminimalisir adanya imigran gelap yang dapat menghambat perkembangan perekonomian. Walaupun meminimalisir adanya imigran gelap namun pada dasarnya integrasi ini dapat membuat imigrasi internasional semakin menggeliat, namun setidaknya imigrasi yang meningkat ini adalah imigrasi yang memberikan dampak positif karena merupakan para imigran legal.
Share this article :

Kunjungan

Update

 
Copyright © 2013. BERBAGI ILMU SOSIAL - All Rights Reserved | Supported by : Creating Website | Arif Sobarudin