Home » » Prosedur Pembuatan Biogas

Prosedur Pembuatan Biogas

Written By Unknown on Senin, 11 Februari 2013 | Senin, Februari 11, 2013

Menentukan Lokasi
Penentuan lokasi pada dasarnya sangat tergantung kehendak keluarga. Walaupun demikian secara praktis dan ekonomis perlu memperhatikan sumber daya yang tersedia. Sebaiknya unit dari pembuatan biogas ditempatkan didekat kandang ternak dan w.c keluarga. Hal ini dimaksudkan agar bahan pembentuk gas. Kotoran tidak memerlukan tenaga untuk mengangkut ke lubang masukan tangki pencerna.
Disamping itu juga harus dekat dengan alat yang akan memanfaatkan sumber energi dari biogas seperti lampu atau kompor. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak alat penyalurannya. Kepraktisan didalam menentukan unit biogas diharapkan dapat menghemat tenaga dan biaya. Hal yang perlu diperhatikan adalah sistem pengamanan sumber biogas dan pemakaian lampu atau kompor. Letak lokasi tidk boleh menghalangi aktifitas kerja.
2.3.2 Karakteristik Bahan
Batu merah: untuk membuat biogas diperlukan batu merah yang bermutu baik. Batu merah yang mutunya kurang baik disamping mudah patah, juga mengurangi daya tahan dari tangki pencerna. Jumlah batu merah yang diperlukan untuk membuat unit biogas tergantung pada besarnya volume tangki pencerna yang akan dibuat. Namun demikian, tidak semua daerah banyak memakai batu merah sebagai bahan bangunan. Untuk itu batu merah dapat diganti dengan bahan lain asalkan bermutu baik.
Semen: untuk membuat unit biogas berukuran 8,9m3 berkisar antara 15 sampai 20 sak. Hal ini sangat tergantung pada teknik pemasangan batu merah pada pembuatan tangki pencerna. Jika dapat memakai perbandingan semen : pasir = 1:4. maka habisnya semen hanya 15 sak. Hal ini tdak dianjurkan karena juga tergantung kualitas (mutu) pasir dan kepandaian tukang batu yang membuat. Semakin baik bahan, erarti menghemat kebutuhan semen. Untuk itu, pemilihan bahan bangunan sangat diperlukan.
Kerikil: kerikil hanya digunakan untuk membuat fondasi dan tutup tangki pencerna. Ukuran kerikil sama seperti pengecoran bangunan lain.
Kapur: kapur yang digunakan usahakan kapur yang bermutu baik. Kapur yang baik jika dicampur dengan air akan berbentuk lumpur (halus). Sedangkan kapur yang kurang bagus akan terjadi endapan seperti pasir.
Pasir: pasir yang digunakan untuk membuat biogas digunakan pasir pasang. Pasir tersebut harus memenuhi syarat untuk campuran beton. Pasir yang baik umumnya berwarna hitam dan kalau digenggam tidak menggumpal. Jika pasir banyak mengandung lumpur, maka akan menghabiskan semen. Disamping itu, kekuatannya juga kurang baik.
Serbuk kedap air: serbuk kedap air digunakan untuk melebur bagian dalam tangki pencerna. Nama perdagangan yang sering dipakai adalah alkasit.
2.3.3          Cara Pembuatannya
Menyediakan wadah atau bejana untuk mengolah kotoran organik menjadi biogas. Kalau hanya diperuntukkan secara pribadi, cukup menggunakan bak yang terbuat dari semen yang cukup lebar atau drum bekas yang masih cukup kuat. Selain itu perlunya kesediaan kotoran hewan (baik sapi maupun kambing) yang merupakan bahan baku biogas. Kalau sulit mencari kotoran hewan, maka percuma aja. Untuk itu diperlukan survey terlebih dahulu. Atau kalau mau sedikit niat, septik tank bisa dimanfaatkan seperti yang dilakukan di India.
mencampurkan kotoran organik tersebut dengan air. Biasanya campuran antara kotoran dan air menggunakan perbandingan 1:1 atau bisa juga menggunakan perbandingan 1:1,5. Air berperan sangat penting di dalam proses biologis pembuatan biogas. Artinya jangan terlalu banyak (berlebihan) juga jangan terlalu sedikit (kekurangan).
Temperatur selama proses berlangsung, karena ini menyangkut "kesenangan" hidup bakteri pemroses biogas antara 27 - 28 derajat celcius. Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas akan berjalan sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda kalau nilai temperatur terlalu rendah (dingin), maka waktu untuk menjadi biogas akan lebih lama.
Kehadiran jasad pemroses, atau jasad yang mempunyai kemampuan untuk menguraikan bahan-bahan yang akhirnya membentuk CH4 (gas metan) dan CO2. Dalam kotoran kandang, lumpur selokan ataupun sampah dan jerami, serta bahan-bahan buangan lainnya, banyak jasad renik, baik bakteri ataupun jamur pengurai bahan-bahan tersebut didapatkan. Tapi yang menjadi masalah adalah hasil uraiannya belum tentu menjadi CH4 yang diharapkan serta mempunyai kemampuan sebagai bahan bakar.
Untuk mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung (bejana) kotoran organik harus bersifat anaerobik. Dengan kata lain, tangki itu tak boleh ada oksigen dan udara yang masuk sehingga sampah-sampah organik yang dimasukkan ke dalam bioreaktor bisa dikonversi mikroba. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak akan terbentuk. Untuk itu maka bejana pembuat biogas harus dalam keadaan tertutup rapat.
Setelah proses ini selesai, maka selama dalam kurun waktu 1 minggu didiamkan, maka gas metan sudah terbentuk dan siap dialirkan untuk keperluan memasak. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan biogas. Seperti misalnya sifat biogas yang tidak berwarna, tidak berbau dan sangat cepat menyala. Karenanya kalau lampu atau kompor mempunyai kebocoran, akan sulit diketahui secepatnya. Berbeda dengan sifat gas lainnya, sepeti elpiji, maka karena berbau akan cepat dapat diketahui kalau terjadi kebocoran pada alat yang digunakan. Sifat cepat menyala biogas, juga merupakan masalah tersendiri. Artinya dari segi keselamatan pengguna. Sehingga tempat pembuatan atau penampungan biogas harus selalu berada jauh dari sumber api yang kemungkinan dapat menyebabkan ledakan kalau tekanannya besar.
Share this article :

Kunjungan

Update

 
Copyright © 2013. BERBAGI ILMU SOSIAL - All Rights Reserved | Supported by : Creating Website | Arif Sobarudin