Menentukan Lokasi
Penentuan
lokasi pada dasarnya sangat tergantung kehendak keluarga. Walaupun
demikian secara praktis dan ekonomis perlu memperhatikan sumber daya
yang tersedia. Sebaiknya unit dari pembuatan biogas ditempatkan didekat
kandang ternak dan w.c keluarga. Hal ini dimaksudkan agar bahan
pembentuk gas. Kotoran tidak memerlukan tenaga untuk mengangkut ke
lubang masukan tangki pencerna.
Disamping
itu juga harus dekat dengan alat yang akan memanfaatkan sumber energi
dari biogas seperti lampu atau kompor. Hal ini dimaksudkan agar tidak
terlalu banyak alat penyalurannya. Kepraktisan didalam menentukan unit
biogas diharapkan dapat menghemat tenaga dan biaya. Hal yang perlu
diperhatikan adalah sistem pengamanan sumber biogas dan pemakaian lampu
atau kompor. Letak lokasi tidk boleh menghalangi aktifitas kerja.
2.3.2 Karakteristik Bahan
Batu
merah: untuk membuat biogas diperlukan batu merah yang bermutu baik.
Batu merah yang mutunya kurang baik disamping mudah patah, juga
mengurangi daya tahan dari tangki pencerna. Jumlah batu merah yang
diperlukan untuk membuat unit biogas tergantung pada besarnya volume
tangki pencerna yang akan dibuat. Namun demikian, tidak semua daerah
banyak memakai batu merah sebagai bahan bangunan. Untuk itu batu merah
dapat diganti dengan bahan lain asalkan bermutu baik.
Semen: untuk membuat unit biogas berukuran 8,9m3 berkisar
antara 15 sampai 20 sak. Hal ini sangat tergantung pada teknik
pemasangan batu merah pada pembuatan tangki pencerna. Jika dapat memakai
perbandingan semen : pasir = 1:4. maka habisnya semen hanya 15
sak. Hal ini tdak dianjurkan karena juga tergantung kualitas (mutu)
pasir dan kepandaian tukang batu yang membuat. Semakin baik bahan,
erarti menghemat kebutuhan semen. Untuk itu, pemilihan bahan bangunan
sangat diperlukan.
Kerikil:
kerikil hanya digunakan untuk membuat fondasi dan tutup tangki
pencerna. Ukuran kerikil sama seperti pengecoran bangunan lain.
Kapur:
kapur yang digunakan usahakan kapur yang bermutu baik. Kapur yang baik
jika dicampur dengan air akan berbentuk lumpur (halus). Sedangkan kapur
yang kurang bagus akan terjadi endapan seperti pasir.
Pasir:
pasir yang digunakan untuk membuat biogas digunakan pasir pasang. Pasir
tersebut harus memenuhi syarat untuk campuran beton. Pasir yang baik
umumnya berwarna hitam dan kalau digenggam tidak menggumpal. Jika pasir
banyak mengandung lumpur, maka akan menghabiskan semen. Disamping itu,
kekuatannya juga kurang baik.
Serbuk
kedap air: serbuk kedap air digunakan untuk melebur bagian dalam tangki
pencerna. Nama perdagangan yang sering dipakai adalah alkasit.
2.3.3 Cara Pembuatannya
Menyediakan
wadah atau bejana untuk mengolah kotoran organik menjadi biogas. Kalau
hanya diperuntukkan secara pribadi, cukup menggunakan bak yang terbuat
dari semen yang cukup lebar atau drum bekas yang masih cukup kuat.
Selain itu perlunya kesediaan kotoran hewan (baik sapi maupun kambing)
yang merupakan bahan baku biogas. Kalau sulit mencari kotoran hewan,
maka percuma aja. Untuk itu diperlukan survey terlebih dahulu. Atau
kalau mau sedikit niat, septik tank bisa dimanfaatkan seperti yang
dilakukan di India.
mencampurkan
kotoran organik tersebut dengan air. Biasanya campuran antara kotoran
dan air menggunakan perbandingan 1:1 atau bisa juga menggunakan
perbandingan 1:1,5. Air berperan sangat penting di dalam proses biologis
pembuatan biogas. Artinya jangan terlalu banyak (berlebihan) juga
jangan terlalu sedikit (kekurangan).
Temperatur
selama proses berlangsung, karena ini menyangkut "kesenangan" hidup
bakteri pemroses biogas antara 27 - 28 derajat celcius. Dengan
temperatur itu proses pembuatan biogas akan berjalan sesuai dengan
waktunya. Tetapi berbeda kalau nilai temperatur terlalu rendah (dingin),
maka waktu untuk menjadi biogas akan lebih lama.
Kehadiran
jasad pemroses, atau jasad yang mempunyai kemampuan untuk menguraikan
bahan-bahan yang akhirnya membentuk CH4 (gas metan) dan CO2. Dalam
kotoran kandang, lumpur selokan ataupun sampah dan jerami, serta
bahan-bahan buangan lainnya, banyak jasad renik, baik bakteri ataupun
jamur pengurai bahan-bahan tersebut didapatkan. Tapi yang menjadi
masalah adalah hasil uraiannya belum tentu menjadi CH4 yang diharapkan
serta mempunyai kemampuan sebagai bahan bakar.
Untuk
mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung (bejana) kotoran
organik harus bersifat anaerobik. Dengan kata lain, tangki itu tak boleh
ada oksigen dan udara yang masuk sehingga sampah-sampah organik yang
dimasukkan ke dalam bioreaktor bisa dikonversi mikroba. Keberadaan udara
menyebabkan gas CH4 tidak akan terbentuk. Untuk itu maka bejana pembuat
biogas harus dalam keadaan tertutup rapat.
Setelah
proses ini selesai, maka selama dalam kurun waktu 1 minggu didiamkan,
maka gas metan sudah terbentuk dan siap dialirkan untuk keperluan
memasak. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
memanfaatkan biogas. Seperti misalnya sifat biogas yang tidak berwarna,
tidak berbau dan sangat cepat menyala. Karenanya kalau lampu atau kompor
mempunyai kebocoran, akan sulit diketahui secepatnya. Berbeda dengan
sifat gas lainnya, sepeti elpiji, maka karena berbau akan cepat dapat
diketahui kalau terjadi kebocoran pada alat yang digunakan. Sifat cepat
menyala biogas, juga merupakan masalah tersendiri. Artinya dari segi
keselamatan pengguna. Sehingga tempat pembuatan atau penampungan biogas
harus selalu berada jauh dari sumber api yang kemungkinan dapat
menyebabkan ledakan kalau tekanannya besar.