Ada dua tipe alat pembangkit biogas atau digester, yaitu tipe
terapung (floating type) dan tipe kubah tetap (fixed dome type). Tipe
terapung dikembangkan di India yang terdiri atas sumur pencerna dan di
atasnya ditaruh drum terapung dari besi terbalik yang berfungsi untuk
menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Sumur dibangun dengan
menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi
rumah, seperti pasir, batu bata, dan semen. Karena dikembangkan di
India, maka digester ini disebut juga tipe India. Pada tahun 1978/79 di
India terdapat l.k. 80.000 unit dan selama kurun waktu 1980-85
ditargetkan pembangunan sampai 400.000 unit alat ini.
Tipe kubah adalah berupa digester yang dibangun dengan menggali tanah
kemudian dibuat bangunan dengan bata, pasir, dan semen yang berbentuk
seperti rongga yang ketat udara dan berstruktur seperti kubah (bulatan
setengah bola). Tipe ini dikembangkan di China sehingga disebut juga
tipe kubah atau tipe China (lihat gambar). Tahun 1980 sebanyak tujuh
juta unit alat ini telah dibangun di China dan penggunaannya meliputi
untuk menggerakkan alat-alat pertanian dan untuk generator tenaga
listrik. Terdapat dua macam tipe ukuran kecil untuk rumah tangga dengan
volume 6-10 meter kubik dan tipe besar 60-180 meter kubik untuk
kelompok.
India dan China adalah dua negara yang tidak mempunyai sumber energi
minyak bumi sehingga mereka sejak lama sangat giat mengembangkan sumber
energi alternatif, di antaranya biogas.
Di dalam digester bakteri-bakteri methan mengolah limbah bio atau
biomassa dan menghasilkan biogas methan. Dengan pipa yang didesain
sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di
dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan
lain-lain. Biogas dihasilkan dengan mencampur limbah yang sebagian besar
terdiri atas kotoran ternak dengan potongan-potongan kecil sisa-sisa
tanaman, seperti jerami dan sebagainya, dengan air yang cukup banyak.
Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu sampai
satu bulan sebelum dihasilkan gas awal. Campuran tersebut selalu
ditambah setiap hari dan sesekali diaduk, sedangkan yang sudah diolah
dikeluarkan melalui saluran pengeluaran. Sisa dari limbah yang telah
â?dicernaâ? oleh bakteri methan atau bakteri biogas, yang disebut slurry
atau lumpur, mempunyai kandungan hara yang sama dengan pupuk organik
yang telah matang sebagaimana halnya kompos sehingga dapat langsung
digunakan untuk memupuk tanaman, atau jika akan disimpan atau
diperjualbelikan dapat dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum
dimasukkan ke dalam karung.
Untuk permulaan memang diperlukan biaya untuk membangun pembangkit
(digester) biogas yang relatif besar bagi penduduk pedesaan. Namun
sekali berdiri, alat tersebut dapat dipergunakan dan menghasilkan biogas
selama bertahun-tahun. Untuk ukuran 8 meter kubik tipe kubah alat ini,
cocok bagi petani yang memiliki 3 ekor sapi atau 8 ekor kambing atau 100
ekor ayam di samping juga mempunyai sumber air yang cukup dan limbah
tanaman sebagai pelengkap biomassa. Setiap unit yang diisi sebanyak 80
kilogram kotoran sapi yang dicampur 80 liter air dan potongan limbah
lainnya dapat menghasilkan 1 meter kubik biogas yang dapat dipergunakan
untuk memasak dan penerangan. Biogas cocok dikembangkan di daerah-daerah
yang memiliki biomassa berlimpah, terutama di sentra-sentra produksi
padi dan ternak di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, dan
lain-lain.
Pembangkit biogas juga cocok dibangun untuk peternakan sapi perah
atau peternakan ayam dengan mendesain pengaliran tinja ternak ke dalam
digester. Kompleks perumahan juga dapat dirancang untuk menyalurkan
tinja ke tempat pengolahan biogas bersama. Negara-negara maju banyak
yang menerapkan sistem ini sebagai bagian usaha untuk daur ulang dan
mengurangi polusi dan biaya pengelolaan limbah. Jadi dapat disimpulkan
bahwa biogas mempunyai berbagai manfaat, yaitu menghasilkan gas, ikut
menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi dan meningkatkan
kebersihan dan kesehatan, serta penghasil pupuk organik yang bermutu.
Untuk menuai hasil yang signifikan, memang diperlukan gerakan secara
massal, terarah, dan terencana meliputi pengembangan teknologi,
penyuluhan, dan pendampingan. Dalam jangka panjang, gerakan pengembangan
biogas dapat membantu penghematan sumber daya minyak bumi dan sumber
daya kehutanan. Mengenai pembiayaannya mungkin secara bertahap sebagian
subsidi BBM dialihkan untuk pembangunan unit-unit pembangkit biogas.
Melalui jalan ini, mungkin imbauan pemerintah mengajak masyarakat untuk
bersama-sama memecahkan masalah energi sebagian dapat direalisasikan