PENGERTIAN RITEL
Agar dapat memahami mengenai
manajemen ritel, maka perlu dipahami dahulu mengenai ritel atau juga sering disebut
sebagai bisnis eceran. Definisi ritel menurut Berman dan Evans (2001:3) adalah
: “Retailing consists of the business activities involved in selling goods
and services to consumers for their personal, family, or household use”.
Pengertian dari pernyataan di atas
adalah ritel terdiri atas aktivitas-aktivitas bisnis yang terlibat dalam mejual
barang dan jasa kepada konsumen untuk kepentingan sendiri, keluarga, ataupun
rumah tangga. Dari definisi diatas bisa dikatakan bahwa bisnis ritel terdiri
dari beberapa aktivitas yang saling mendukung dan mempengaruhi sehingga terjadi
kegiatan perdagangan antara pedagang dan konsumen. Jadi bisnis ritel tidak bisa
terdiri dari satu kegiatan saja. Dari pernyataan di atas juga di katakan bahwa
ritel terlibat dalam penjualan barang dan jasa kepada konsumen untuk kebutuhan
mereka, sehingga bisa dikatakan bisnis ritel juga merupakan bisnis yang
berinteraksi langsung dengan konsumen. Adapun sifat dan karakteristik dari
konsumen pada umumnya adalah selalu berubah menuju kepada suatu keadaan yang
lebih sesuai dengan situasi dan kondisi dirinya. Oleh karena itu, agar dapat
terus berhasil, bisnis ritel harus dapat berubah dan menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi dari konsumen.
Dalam rangka menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi dari konsumen, peritel memerlukan struktur pasar
eceran yang mendukung. Struktur pasar eceran haruslah menggambarkan keadaan
sebagai berikut:
§ memberikan strategi pesaing dan
dasar-dasar keunggulan kompetitif.
§ mengidentifikasi kondisi serta
perubahan struktural
§ menyempurnakan strategi
positioning.
§ Menganalisa eceran, Merchandise
mix, harga, lokasi, store format (bentuk bangunan, interior dan lain-lain), dan
tehnik-tehnik menjual.
SALURAN
DISTRIBUSI
Saluran tradisional, masing-masing
pihak mempunyai tugas yang terpisah.
Saluran penjualan tradisional telah
berubah menjadi saluran vertikal, dimana dalam beberapa jalur distribusi barang
dagangan, produsen, pedagang besar dan peritel ditangani oleh
perusahaan-perusahaan independen yang bukan merupakan anggota saluran
distribusi. Saluran vertikal merupakan saluran distribusi yang melibatkan
sekumpulan perusahaan anggota saluran. Biasanya mereka mengggunakan integrasi
vertikal yang terdiri dari produsen, pedagang besar, dan peritel yang bertindak
sebagai satu sistem yang terintegrasi.
Sistem pemasaran vertikal ini dapat
didominasi oleh produsen, pedagang besar, atau peritel. Sistem ini muncul
akibat adanya upaya anggota saluran yang lebih kuat untuk mengendalikan
perilaku saluran dan menghilangkan konflik yang terjadi bila para anggota
saluran independen mengejar tujuan mereka sendiri. Contoh, kebanyakan peritel
besar di AS seperti Wal-Mart dan Home Depot maupun Makro di Indonesia melakukan
dua aktivitas sekaligus, yaitu penjualan grosir dan ritel. Mereka membeli
secara langsung dari produsen, mengirimkan barang-barang dagangan ke gudang
untuk disimpan, dan kemudian mendisribusikan barang-barang tersebut ke
toko-toko mereka.
KEBERADAAN SEKTOR RETAIL MODERN DAN PASAR TRADISIONAL
Dibukanya tempat-tempat perbelanjaan modern
menimbulkan kegamangan akan nasib pasar tradisional skala kecil dan menengah di
wilayah perkotaan. Hilangnya pasar yang telah berpuluh tahun menjadi penghubung
perekonomian pedesaan dengan perkotaan dikhawatirkan akan akan mengakibatkan
hilangnya lapangan pekerjaan.
Dengan hadirnya pasar-pasar modern pemerintah harus
tanggap dan membuat peraturan-peraturan perundangan dan berharap mampu
memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi pasar tradisional. Akan
tetapi juga tidak mematikan hadirnya pasar-pasar modern. Keberadaan pasar
tradisional dari satu sisi memang banyak memiliki kekurangan seperti lokasinya
yang kadang mengganggu lalu lintas, kumuh, kurang tertata, dan lain-lain. Akan
tetapi perlu diingat bahwa pasar tradisional memegang peran yang cukup penting
dalam perekonomian, mengingat bahwa sebagian besar masyarakat masih
mengandalkan perdagangan melalui pasar tradisional. Sehingga sudah selayaknya
pemerintah kota memperhatikan eksistensi pasar tersebut.
Pembenahan terhadap masalah yang muncul dari keberadaan dua pasar tersebut haruslah segera mencari solusi yang tepat. Misalnya saja dengan melarang pembangunan pasar-pasar modern yang letaknya dekat dengan pasar tradisional. Selain itu pemerintah juga memberi tempat atau merelokasi pasar, seperti pasar Klithikan. Penanganan pasar tradisional tersebut haruslah terprogram oleh pemda untuk memberikan proteksi terhadap pasar-pasar tersebut yang semakin tergerus oleh kehadiran pasar modern.
Pembenahan terhadap masalah yang muncul dari keberadaan dua pasar tersebut haruslah segera mencari solusi yang tepat. Misalnya saja dengan melarang pembangunan pasar-pasar modern yang letaknya dekat dengan pasar tradisional. Selain itu pemerintah juga memberi tempat atau merelokasi pasar, seperti pasar Klithikan. Penanganan pasar tradisional tersebut haruslah terprogram oleh pemda untuk memberikan proteksi terhadap pasar-pasar tersebut yang semakin tergerus oleh kehadiran pasar modern.
Pembenahan pasar di atas tidak semata-mata untuk
melindungi pasar tradisional dengan masyarakat awamnya. Akan tetapi juga untuk
menarik minat wisatawan baik lokal maupun asing. Hal tersebut merupakan langkah
yang cukup bijak mengingat penataan tidak hanya bertujuan untuk menjaga kelangsungan
pasar tetapi juga untuk meningkatkan pemasukan perekonomian. Sehingga kebijakan
tersebut lebih menguntungkan banyak pihak.
KRITIKAN TAJAM
Berkembang
pesatnya ritel modern seiring dengan pasar modern, selama tahun 2005 mendapat kritikan
tajam dari sejumlah pihak. Tidak hanya aktivis mahasiswa, kritikan paling tajam
dilontarkan oleh komunitas pasar tradisional.
Kendati
belum ada penelitian ilmiah dampak ritel terhadap ke beradaan pasar
tradisional, komunitas pasar ini sudah berteriak lantang. Pasar modern semakin
menggeser keberadaan pasar tradisional.
Tak
hanya itu, harga barang yang lebih murah justru menjadikan banyak pedagang
pasar yang lebih memilih kulak di pasar modern. dampak maraknya pasar modern
mengakibatkan kondisi pasar tradisional kini hidup segan mati tak mau. Alias
banyak pasar tradisional yang semakin jauh dari kedatangan pengunjung pasar.
APPSI
juga menyebutkan bahwa sekitar 400 toko di pasar tradisional tutup setiap
tahunnya. Selain itu, ritel modern juga tidak berkontribusi pada perkembangan,
bahkan justru mematikan pemasok-pemasok kecil lokal, terutama UKM. Awalnya,
pemerintah berharap UKM dapat memperoleh peran sebagai pemasok dalam ritel
modern. Jumlah UKM yang menjadi pemasok ritel modern memang mencapai 67% dari
total keseluruhan jumlah pemasok, namun produk yang disuplai oleh UKM hanyalah
10% dari total barang yang dijual di suatu ritel modern. Hal ini terjadi karena
syarat perdagangan yang ditawarkan oleh ritel modern terlalu berat untuk
dipenuhi UKM. Salah satu persyaratan yang sangat memberatkan UKM adalah listing
fee.
Pertentangan
pasar modern versus pasar tradisional itu pun ditengahi para pemegang kebijakan
kota untuk tidak lagi dipertentangkan. pasar modern dan pasar tradisional
mempunyai kelebihan masing-masing dalam hal harga jenis dagangan tertentu
misalnya. Demikian pula dalam hal segmentasi pasar, satu sama lain berbeda.
Perusahaan ritel yang ada dapat
dikategorikan berdasarkan ciri - ciri tertentu yang bisa menggeser pasar
tradisional, antara lain :
- Discount stores, adalah toko pengecer yang menjual berbagai macam barang dengan harga yang murah dan memberikan pelayanan yang minimum.
- Speciality stores, merupakan toko eceran yang menjual barang - barang jenis lini produk tertentu saja yang bersifat spesifik.
- Departemen stores, adalah suatu toko eceran berskala besar yang pengelolaannya dipisah dan dibagi menjadi bagian departemen - departemen yang menjual macam barang yang berbeda - beda.
- Convenience stores, adalah toko pengecer yang menjual jenis item produk yang terbatas, bertempat ditempat yang nyaman dan jam buka yang panjang.
- Catalog stores, merupakan suatu jenis toko yang banyak memberikan informasi produk melalui media katalog yang dibagikan kepada para konsumen potensial.
- Chain stores, adalah toko pengecer yang memiliki lebih dari satu gerai dan dimiliki oleh perusahaan yang sama.
- Supermarket, adalah toko eceran yang menjual berbagai macam produk makanan dan juga sejumlah kecil produk non-makanan dengan sistem konsumen melayani dirinya sendiri (swalayan).
- Hypermarkets, adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat besar atau lebih dari 50.000 item dan mencakup banyak jenis produk. Hypermarket merupakan gabungan antara retailer toko diskon dengan hypermarket.
- Minimarket, merupakan adalah semacam toko kelontong yang menjual segala macam barang dan makanan, namun tidak sebesar dan selengkap supermarket. Minimarket menerapkan sistem swalayan.