Home » » DILEMA KEBERADAAN SEKTOR RETAIL MODERN TERHADAP PASAR TRADISIONAL

DILEMA KEBERADAAN SEKTOR RETAIL MODERN TERHADAP PASAR TRADISIONAL

Written By Unknown on Kamis, 10 Januari 2013 | Kamis, Januari 10, 2013



PENGERTIAN RITEL
Agar dapat memahami mengenai manajemen ritel, maka perlu dipahami dahulu mengenai ritel atau juga sering disebut sebagai bisnis eceran. Definisi ritel menurut Berman dan Evans (2001:3) adalah : “Retailing consists of the business activities involved in selling goods and services to consumers for their personal, family, or household use”.
Pengertian dari pernyataan di atas adalah ritel terdiri atas aktivitas-aktivitas bisnis yang terlibat dalam mejual barang dan jasa kepada konsumen untuk kepentingan sendiri, keluarga, ataupun rumah tangga. Dari definisi diatas bisa dikatakan bahwa bisnis ritel terdiri dari beberapa aktivitas yang saling mendukung dan mempengaruhi sehingga terjadi kegiatan perdagangan antara pedagang dan konsumen. Jadi bisnis ritel tidak bisa terdiri dari satu kegiatan saja. Dari pernyataan di atas juga di katakan bahwa ritel terlibat dalam penjualan barang dan jasa kepada konsumen untuk kebutuhan mereka, sehingga bisa dikatakan bisnis ritel juga merupakan bisnis yang berinteraksi langsung dengan konsumen. Adapun sifat dan karakteristik dari konsumen pada umumnya adalah selalu berubah menuju kepada suatu keadaan yang lebih sesuai dengan situasi dan kondisi dirinya. Oleh karena itu, agar dapat terus berhasil, bisnis ritel harus dapat berubah dan menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi dari konsumen.
Dalam rangka menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi dari konsumen, peritel memerlukan struktur pasar eceran yang mendukung. Struktur pasar eceran haruslah menggambarkan keadaan sebagai berikut:
§ memberikan strategi pesaing dan dasar-dasar keunggulan kompetitif.
§ mengidentifikasi kondisi serta perubahan struktural
§ menyempurnakan strategi positioning.
§ Menganalisa eceran, Merchandise mix, harga, lokasi, store format (bentuk bangunan, interior dan lain-lain), dan tehnik-tehnik menjual.
SALURAN DISTRIBUSI
Saluran tradisional, masing-masing pihak mempunyai tugas yang terpisah.
Saluran penjualan tradisional telah berubah menjadi saluran vertikal, dimana dalam beberapa jalur distribusi barang dagangan, produsen, pedagang besar dan peritel ditangani oleh perusahaan-perusahaan independen yang bukan merupakan anggota saluran distribusi. Saluran vertikal merupakan saluran distribusi yang melibatkan sekumpulan perusahaan anggota saluran. Biasanya mereka mengggunakan integrasi vertikal yang terdiri dari produsen, pedagang besar, dan peritel yang bertindak sebagai satu sistem yang terintegrasi.
Sistem pemasaran vertikal ini dapat didominasi oleh produsen, pedagang besar, atau peritel. Sistem ini muncul akibat adanya upaya anggota saluran yang lebih kuat untuk mengendalikan perilaku saluran dan menghilangkan konflik yang terjadi bila para anggota saluran independen mengejar tujuan mereka sendiri. Contoh, kebanyakan peritel besar di AS seperti Wal-Mart dan Home Depot maupun Makro di Indonesia melakukan dua aktivitas sekaligus, yaitu penjualan grosir dan ritel. Mereka membeli secara langsung dari produsen, mengirimkan barang-barang dagangan ke gudang untuk disimpan, dan kemudian mendisribusikan barang-barang tersebut ke toko-toko mereka.
KEBERADAAN SEKTOR RETAIL MODERN DAN PASAR TRADISIONAL
Dibukanya tempat-tempat perbelanjaan modern menimbulkan kegamangan akan nasib pasar tradisional skala kecil dan menengah di wilayah perkotaan. Hilangnya pasar yang telah berpuluh tahun menjadi penghubung perekonomian pedesaan dengan perkotaan dikhawatirkan akan akan mengakibatkan hilangnya lapangan pekerjaan.
Dengan hadirnya pasar-pasar modern pemerintah harus tanggap dan membuat peraturan-peraturan perundangan dan berharap mampu memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi pasar tradisional. Akan tetapi juga tidak mematikan hadirnya pasar-pasar modern. Keberadaan pasar tradisional dari satu sisi memang banyak memiliki kekurangan seperti lokasinya yang kadang mengganggu lalu lintas, kumuh, kurang tertata, dan lain-lain. Akan tetapi perlu diingat bahwa pasar tradisional memegang peran yang cukup penting dalam perekonomian, mengingat bahwa sebagian besar masyarakat masih mengandalkan perdagangan melalui pasar tradisional. Sehingga sudah selayaknya pemerintah kota memperhatikan eksistensi pasar tersebut.
Pembenahan terhadap masalah yang muncul dari keberadaan dua pasar tersebut haruslah segera mencari solusi yang tepat. Misalnya saja dengan melarang pembangunan pasar-pasar modern yang letaknya dekat dengan pasar tradisional. Selain itu pemerintah juga memberi tempat atau merelokasi pasar, seperti pasar Klithikan. Penanganan pasar tradisional tersebut haruslah terprogram oleh pemda untuk memberikan proteksi terhadap pasar-pasar tersebut yang semakin tergerus oleh kehadiran pasar modern.
Pembenahan pasar di atas tidak semata-mata untuk melindungi pasar tradisional dengan masyarakat awamnya. Akan tetapi juga untuk menarik minat wisatawan baik lokal maupun asing. Hal tersebut merupakan langkah yang cukup bijak mengingat penataan tidak hanya bertujuan untuk menjaga kelangsungan pasar tetapi juga untuk meningkatkan pemasukan perekonomian. Sehingga kebijakan tersebut lebih menguntungkan banyak pihak.
KRITIKAN TAJAM
Berkembang pesatnya ritel modern seiring dengan pasar modern, selama tahun 2005 mendapat kritikan tajam dari sejumlah pihak. Tidak hanya aktivis mahasiswa, kritikan paling tajam dilontarkan oleh komunitas pasar tradisional.
Kendati belum ada penelitian ilmiah dampak ritel terhadap ke beradaan pasar tradisional, komunitas pasar ini sudah berteriak lantang. Pasar modern semakin menggeser keberadaan pasar tradisional.
Tak hanya itu, harga barang yang lebih murah justru menjadikan banyak pedagang pasar yang lebih memilih kulak di pasar modern. dampak maraknya pasar modern mengakibatkan kondisi pasar tradisional kini hidup segan mati tak mau. Alias banyak pasar tradisional yang semakin jauh dari kedatangan pengunjung pasar.
APPSI juga menyebutkan bahwa sekitar 400 toko di pasar tradisional tutup setiap tahunnya. Selain itu, ritel modern juga tidak berkontribusi pada perkembangan, bahkan justru mematikan pemasok-pemasok kecil lokal, terutama UKM. Awalnya, pemerintah berharap UKM dapat memperoleh peran sebagai pemasok dalam ritel modern. Jumlah UKM yang menjadi pemasok ritel modern memang mencapai 67% dari total keseluruhan jumlah pemasok, namun produk yang disuplai oleh UKM hanyalah 10% dari total barang yang dijual di suatu ritel modern. Hal ini terjadi karena syarat perdagangan yang ditawarkan oleh ritel modern terlalu berat untuk dipenuhi UKM. Salah satu persyaratan yang sangat memberatkan UKM adalah listing fee.
Pertentangan pasar modern versus pasar tradisional itu pun ditengahi para pemegang kebijakan kota untuk tidak lagi dipertentangkan. pasar modern dan pasar tradisional mempunyai kelebihan masing-masing dalam hal harga jenis dagangan tertentu misalnya. Demikian pula dalam hal segmentasi pasar, satu sama lain berbeda.
Perusahaan ritel yang ada dapat dikategorikan berdasarkan ciri - ciri tertentu yang bisa menggeser pasar tradisional, antara lain : 
  • Discount stores, adalah toko pengecer yang menjual berbagai macam barang dengan harga yang murah dan memberikan pelayanan yang minimum.
  •  Speciality stores, merupakan toko eceran yang menjual barang - barang jenis lini produk tertentu saja yang bersifat spesifik.
  • Departemen stores, adalah suatu toko eceran berskala besar yang pengelolaannya dipisah dan dibagi menjadi bagian departemen - departemen yang menjual macam barang yang berbeda - beda.
  • Convenience stores, adalah toko pengecer yang menjual jenis item produk yang terbatas, bertempat ditempat yang nyaman dan jam buka yang panjang.
  • Catalog stores, merupakan suatu jenis toko yang banyak memberikan informasi produk melalui media katalog yang dibagikan kepada para konsumen potensial.
  • Chain stores, adalah toko pengecer yang memiliki lebih dari satu gerai dan dimiliki oleh perusahaan yang sama.
  • Supermarket, adalah toko eceran yang menjual berbagai macam produk makanan dan juga sejumlah kecil produk non-makanan dengan sistem konsumen melayani dirinya sendiri (swalayan).
  • Hypermarkets, adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat besar atau lebih dari 50.000 item dan mencakup banyak jenis produk. Hypermarket merupakan gabungan antara retailer toko diskon dengan hypermarket.
  • Minimarket, merupakan adalah semacam toko kelontong yang menjual segala macam barang dan makanan, namun tidak sebesar dan selengkap supermarket. Minimarket menerapkan sistem swalayan.

Share this article :

Kunjungan

Update

 
Copyright © 2013. BERBAGI ILMU SOSIAL - All Rights Reserved | Supported by : Creating Website | Arif Sobarudin