Analisis
perencanaan belanja modal membantu pelaku usaha dalam keputusan tentang
investasi jangka panjang. Jangka panjang dalam pengertian ini biasanya lebih
dari ima tahun, atau antara 15 sampai dengan 20 tahun. Sebagai contoh investasi
jangka panjang, pelaku usaha merencanakan perluasan pabrik, agar mampu memenuhi
perminaan pasar yang semakin luas. Contoh-contoh lainnya, yang dapat dikategorikan
dalam investasi jangka panjang adalah:
-
Mengembangkan
produk yang telah ada dengan peningkatan fitur yang lebih luas,
-
Meremajakan
armada kendaraan transportasi pada usaha transportasi (truck, bus, kapal) yang
sudah mulai menurun kinerjanya,
-
Memperluas
daerah pemasaran untuk produk lama atau untuk produk baru,
-
Membangun
gedung baru berikut instalasinya.
Seringkali
pelaku usaha terutama terutama usaha kecil atau menengah melakukan investasi
tanpa meniapkan perencanaan anggaran belanja modal. Bagaimanapun menyiapkan
perencanaan belanja modal untuk tujuan-tujuan sebagaimana di contohkan diatas
sangat penting. Perencanaan yang tepat, mampu meningkatkan nilai tambah
perusahaan, sebaliknya perencanaan yang tidak tepat kemungkinan bisa
menyulitkan perusahaan bahkan bisa membuat perusahaan menjadi bangkrut.
a. Pengertian
Analisis Investasi Jangka Panjang
Analisis
perencanaan investasi jangka panjang adalah sebuah kajian tentang pendanaan
untuk pengadaan sarana dan prasarana yang ditujukan guna meningkatkan kinerja
perusahaan. Pendanaa bisa berasal dari dalam perusahaan termasuk dari para
pemengang saham, maupun dari luar perusahaan yang dalam hal ini dari lembaga
pembiayaan. Sarana dan prasarana direncanakan untuk diadakan bisa berwujud
fisik dan non fisik.
b.
Teknik
Penyususnan Anggaran Permodalan
Dalam praktek
banyak pelaku usaha telah menjalankan investasi jangka panjang dengan pola
sederhana. Dengan pola yang sederhana tersebut ternyata banyak yang berhasil,
namun juga banyak yang mengalami kegagalan. Guna mencegah kegagalan yang
mungkin terjadi berikut dibahas beberapa teknik yang biasa digunakan dalam
melaksanakan investasi jangka panjang. Beberapa teknik tersebut dikenal dengan
metoda Accounting Rate of Return,
metoda Pay-Back Periode dan metoda Discounted Cash Flow.
Selanjutnya
terdapat tiga kriteria sederhana yang biasa digunakan dalam mempertimbangkan
untung rugi dalam menetapkan salah satu metoda dalam investasi, yakni :
-
Dana
yang cukup, para pelau usaha lebih tertarik kepada tersedianya dana yang cukup
dibanding yang pas-pasan,
-
Nilai
tunai yang lebih cepat, para pelaku usaha lebih tertarik untuk menarik nilai
tunai lebih cepat dari yang lebih lambat,
-
Risiko
yang rendah, pelaku usaha lebih tertarik kepada tingkat risiko yang rendah
dibanding tingkat risiko yang tinggi.
1. Metoda
Accounting Return on Invesment
Lazimnya perusahaan kecil berinvestasi karena
keinginan untuk memperoleh laba. Mekanisme teknik akunting return in
investment, membandingkan antara rata-rata laba usaha yang diharapkan setelah
dipotong pajak dengan hasil yang diperoleh apabila dana yang sama
diinvestasikan dalam bentuk yang lain. Maka dengan demikian menjadi,
Accounting = 
Besarnya rata-rata laba dapat dihitung dengan caa
menjumlahkan laba setelah pajak sellama periode tahun proyek investasi dibagi
dengan jumlah periode tahun proyek invesasi. Rata-rata nilai buku investasi
sama dengan rata-rata nilai proyek investasi dan estimasi nilai harga proyek
diakhir periode. Guna mendapatkan gmbaran yang lebih konkrie tentang mekanisme accounting ROI, misalkan kita membeli
seperangkat peralatan senilai Rp 500.000.000,00 dan akan disusutkan selama
empat tahun dengan nilai buku menjadi sebesar Rp 0,00 dengan demikian maka
diakhir periode proyek tidak ada nilai sama sekali. Selanjutnya diasumsikan
kita ingin mendapatkan laba setelah pajak seperti berikut ini,
|
Tahun ke
|
Laba Setelah pajak
|
|
1
2
3
4
|
Rp 50.000.000
Rp 100.000.000
Rp 125.000.000
Rp 150.000.000
|
Maka dengan demikian accounting ROI atas proyek
investasi yang diusulkan dihitung sebagai berikut,
Accounting ROI = 
= 
= 0,425
= 42,5%
Bagi kebanyakan pelaku usaha mendapatkan laba sebesar 42,5%
merupakan kinerja yang luar biasa. Karena itu apabila hasil perhitungan accounting ROI sebesar 42,5% ini berada
jauh diatas hasil bunga deposito yang diperoleh maka proyek bisa diteruskan.
Namun apabila kurang, sebaiknya proyek ditolak atau investasi dibatalkan.
Teknik ini relatif mudah menghitungnya, namun dianggap masih memiliki
kekurangan. Pertama, teknik ini lebih mengandalkan kepada laba yang diarapkan
dari pada laba senyatanya yang diterima. Sebagai seorang investor dalam
berinvestasi seyogyanya dimasa depan lebih berharap kepada laba yang nyata dari
pada hanya kepada sekedar laba yang dilaporkan. Kedua, hasil bunga deposito
sebagai pembanding mengabaikan pengaruh faktor waktu terhadap nilai uang.
Dengan demikian meskipun teknik ini dianggap sangat dikenal, namun tidak
memenuhi tiga kriteria dalam berinvestasi sebagaimana telah diutarakan di atas,
yakni dianggap menghasilkan uang lebih banyak, lebih cepat dan risiko lebih
kecil.
2. Metoda
Pay-Back Periode
Secara harafiah arti pay-back periode adalah jumlah
waktu yang diperlukan untuk memperoleh kembali nilai investasi yang telah
ditanamkan. Pengertian ini memenag sesuai dengan namanya. Sebagai contoh
seorang pelaku usaha yang bergerak dibidang angkutan kota mfelakukan investasi
untuk meremajakan armadanya yang berupa bus-bus kota. Ia menginginkan dana yang
diinvestasikan dalam bentuk sebuah bus kota dapat kembali dalam waktu tidak
lebih dari lima tahun. Sebuah bus baru dibeli dengan harga on-the-raod sebesar
Rp 750.000.000,00 bus tersebut direncanakan penyusutan secara straight line
basis dalam waktu sepuluh tahun, dengan demikian maka setiap tahun biaya
penyusutan sebesar Rp 75.000.000,00.
Dengan bus baru tersebut, diperkirakan akan
diperoleh laba setelah pajak sebagai berikut,
|
Tahun
|
Laba Setelah Pajak Dalam Setahun
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Rp
50.000.000,-
Rp
50.000.000,-
Rp 100.000.000,-
Rp 100.000.000,-
Rp 100.000.000,-
Rp 100.000.000,-
Rp 125.000.000,-
Rp 125.000.000,-
Rp 125.000.000,-
Rp
125.000.000,-
Rp1.000.000.000,-
|
Untuk mendapatkan pemasukan dari dana yang telah
diinvestasikan, sepertinya pelaku usaha harus memperoleh jumlah laba setelah
pajak ditambah biaya penyusutan sebesar Rp 75.000.000,00 setahun sesuai dengan
angka diatas, maka hasilnya akan diperoleh sebagai berikut,
|
Tahun
|
Pemasukan Setelah Pajak Dalam Setahun
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Rp 125.000.000,-
Rp 125.000.000,-
Rp 175.000.000,-
Rp 175.000.000,-
Rp 175.000.000,-
Rp 175.000.000,-
Rp 200.000.000,-
Rp 200.000.000,-
Rp 200.000.000,-
Rp
200.000.000,-
Rp1.750.000.000,-
|
Ternyata pada akhir tahun ke empat jumlah investasi
yang telah ditanam telah kembali ssebesar Rp 600.000.000,00 sehingga untuk
mencapai Rp 750.000.000,00 masih diperlukan pemasukan sebesar Rp
150.000.000,00. Jumlah ini bisa diperoleh pada tahun ke lima bila pelaku usaha
tersebut memperoleh pemasukan sebesar Rp 150.000.000,00 yang dapat diperoleh
dari Rp 175.000.000,00 yang diharapkan pada tahun ke lima. Bila demikian maka
dana yang diinvestasi akan kembali pada tahun
Ke 4 ditambah =
Kesimpulannya apabila jangka waktu kembalinya dana
yang diinvestasi maksimum adalah 4.86 tahun, maka kita akan menerima rencana
investasi ini. Teknik pay back periode ini sangat dikenal dikalangan pellaku
usaha sehingga sering digunakan para pelaku usaha dalam analisis pertimbangan
investasi. Disamping itu cara perhitungannya juga relatif sederhana. Namun
sebagai suatu teknik analisis ada saja kelemahan didalamnya. Pertama, besaran
untuk angka laba setelah pajak, tidak memperhitungkan tingkat inflasi dan
tingkat suku bunga. Pelaku masih menggunakan paradigma ceteris paribus, dimana
lingkungan investasi dianggap tidak mengalami perubahan.
3. Metoda
Discounted Cash Flow
Apabila pelaku usaha merasa bahwa teknik pay back
periode masih memiliki beberapa kelemahan maka bisa mecoba teknik yang lain,
yakni analissis arus kas, yang disebut dengan discounted cash flow techniques.
Teknik ini berpendapat bahwa berdasarkan fakta sejumlah uang yang diterima pada
hari ini lebih bernilai dibanding apabila diterima pada waktu kemudian. Dengan
sejumlah uang yang diterima pada hari ini, orang bisa menikmati hasil atau
bunga bila disimpan dalam deposito. Dengan juga apabila uang dapat dimiliki
pada hari ini dapat digunakan untuk melakukan sejumlah transaksi. Mekanisme
teknik ini adalah membandingkan antara nilai saat ini atas dana yang ditanam
pada akhir periode investasi dengan jumlah dana yang diinvest pada saat
sekarang. Dengan demikian maka teknik discounted cash flow adalah membandingkan
nilai saat ini (present value) dari dana yang diinvestasikan diakhir periode
atau (future cash flow) dengan nilai dana yang diinvest sekarang. Analisis
dapat dilakukan melalui dua metode yakni metoda Net Present Value dan metoda Internal
Rate of Return.
a) Metoda
Net Present Value
Bagaimana cara menilai nilai saat ini deari dana
yang telah diinvest sekian tahun yang lalu dapat digunakan rumus:
Apabila net present value dari investasi adalah
positif, maka investasi dapat dilanjutkan, namu apabila sebaliknya atau
negatif maka sebaiknya investasi
dibatalkan.
Perhitungan untuk mendapatkan angka net present
valure, adalah sebagai berikut
Dimana :
NPV = net
present value
PSP =
penerimaan setelah pajak pada tahun ke-t
n =
periode investasi dalam satuan tahun
D =
tarif diskon
JI =
jumlah investasi yang ditanam
Guna menggambarkan bagaimana menghitung net present
value, diasumsikan bahwa kita akan menginvest dana sebesar Rp 600.000.000,00
yang digunakan untuk membeli sebuah truk pengangkut pasir. Kita juga
mengasumsikan bahwa nilai truk tersebut pada akhir tahun kelima sebesar Rp
100.000.000,00 dari investasi ini diharapkan terjadi peningkatan penjualan,
dengan pedapatan setelah dipotong pajak adalah sebagai berikut,
|
Tahun ke
|
Pemasukan Setelah Pajak Dalam Setahun
|
|
1
2
3
4
5
|
Rp
75.000.000,-
Rp 125.000.000,-
Rp 200.000.000,-
Rp 200.000.000,-
Rp 150.000.000,-
|
Angka-angka pemasuka setelah dipotong pajak diatas,
sesudah ditambah nilai truk pada akhir tahun kelima sebesar Rp 100.000.000,00
kemudian dikurangi jumlah investasi yang ditanam pada awal tahun harus sama
dengan angka net present value.
Dengan menggunakan faktor nilai suku bunga
|
sekarang untuk diskon suku bunga k dan tahun n,
setelah dihitung didapat hasil = minus Rp 54.950.000,00 secara rinci
perhitungan sebagai berikut:
=
Rp 545.050 juta – Rp600 juta
=
- Rp 54.950 juta
Karena net present value yang diusulkan hasilnya
negatif artinya the present value secara tunai lebih kecil dari nilai dana yang
diinvestasikan, maka disarankan kita tidak melakukan investasi. Nilai net
present value yang negatif menunjukkan bahwa investasi tidak memuaskan
perusahaan pada tingkat bunga yang diinginkan sebesar 14%. Apabila net peresent
value menunjukkan angka diatas Rp 600.000.000,00 maka perusahaan akan mendapat
tingkat suku bunga melebihi yang diharapkan.
b) Metoda
Internal Rate of Return (IRR)
Mekanisme metode ini adalah menghitung besarnya
return yang diharapkan oleh perusahaan dari dana yang diinvestasikan. Untuk
menghitung besarnya internal rate of return, harus ditemukan angka discount
rate, yang menghasilkan net present value pada angka 0. Pada besaran angka rate
tersebut bersaran nilai yang akan datang dari nilai pada saat ini sama dengan besaran nilai
investasi yang ditanamkan dengan menggunakan angka pada contoh yang telah
digunakan sebelum ini, masih perlu dihitung besaran discount rate yang
menghasilkan besaran nilai akan datang sama dengan jumlah investasi sebesar Rp
600.000.000,00
Dengan kata lain kita perlu menemukan angka discount
rate atau IRR dengan rumus berikut,
Mengingatkan kembali bahwa,
PSPt =
penerimaan setelah pajak pada tahun ke t
n = periode
investasi dalam satuan tahun
JI =
jumlah investasi yang ditanam
Maka perhitungan akan menjadi seperti berikut:
= Rp 0
= Rp 0
Dalam menghitung besaran IRR, kita tidak bisa
melakukan hanya sekali, akan tetapi perlu mencoba beberapa kali, artinya perlu
dicoba beberapa angka IRR agar supaya hasilnya sama dengan 0 atau positif.
Dalam contoh diatas, telah kita lihat bahwa dengan
menggunakan suku bunga 14% diperoleh hasil net present value untuk modal yang
ditanam pada akhir investasi menunjukkan angka yang lebih kecil dari nilai
modal yang ditanam pada saat ini. Oleh karena itu kita menginginkan suku bunga
yang lebih rendah dari 14% maka kita coba suku bunga 12% dan perhitungan akan
menjadi sebagai berikut:
= Rp 0
Dengan menggunakan faktor nilai suku bunga, sesuai tabel maka ssesuai
dengan tingkat suku bunga sebesar 12% diperoleh nilai Net Present Value sebesar
minus Rp 22.050.000,00 secara rinci perhitungan sebagai berikut:
= Rp 579,95 juta – Rp 600 juta = -Rp 22,05 juta
Oleh karena dengan menggunakan tingkat suku bunga
sebesar 12% hasilnya masih negatif maka kita coba dengan angka tingkat suku
bunga yang lebih rendah lagi, misalnya 10% . dengan menggunkan cara perhitungan
yang sama, maka akan diperoleh angka sebagai
berikut:
= Rp 0
= Rp 613,50 juta – Rp 600
juta = Rp 13.5 juta
Dengan suku bunga 10% maka diperoleh angka net
present value lebih besar dari nilai modal yang ditanam, maka dengan demikain
investasi dapat diteruskan dengan IRR antara 10-12%. Sebagai catatan, bahwa
apabila net present value negatif, perusahaan akan mendapatkan IRR lebih kecil dari suku bunga yang
diharpkan, sebaliknya apabila net present value positif maka perusahaan akan mendapatkan
IRR yang lebih besar dari suku bunga yang diharapkan.
c. Menghitung
besarnya cost of money Perusahaan
The cost of capital adalah tingkat pendapatan yang
harus diperoleh dan yang harus diusahakan untuk ssetiap dana yang ditanam agar
supaya memuaskan pemberi pinjaman atau pemilik. Bila tingkat pendapatan pada
modal yang ditanam lebih rendah dari tingkat suku bunga pinjaman, akan
mengurangi nilai perusahaan. Sebaliknya bila tingkat pendapatan yang ditanamkan
lebih tinggi dari tingkat suku bunga maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Kendati
hal ini merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam mengelola masalah
keuangan, namun tidak banyak dipahami oleh pelaku usaha, terutama para pelaku
usaha kecil.
Dasar pemikiran biaya permodalan adalah konsep
opportunity cost. Opportunity cost adalah hasil paling tinggi yang mungkin
diperoleh atas dana yang ditanam dalam berbagai pilihan dengan tingkat resiko
yang relatif sama, sebagai contoh:
Bila seorang pelaku usaha merenung ingin melakukan
ekspansi yang dengan demikian berarti ingin menanamkan dananya , ingin
mengetahui untuk resiko yang relatif sama, dengan cara mana dana tersebut akan
di investasikan . investasi dilakukan, akan mendapatkan hasil sebesar 15%, maka
investasi untuk ekspansi tidak akan dilakukan kecuali mendapatkan hasil paling sedikit
15%. Angka 15% ini lah yang disebut dengan opportunity cost of money, dan oleh
karena harus digunakan sebagai biaya modal bagi pelaku usaha yang akan
menanamkan dananya.
Masalah cost of money seyogyanya dipahami oleh
seluruh pelaku yang terkait sumber pendanaan, baik lembaga pemberi pinjaman
maupun para pemilik uang. Oleh karena itu, perlu juga dipahami tentang masalah
weighted cost of capital. Berikut diberikan contoh penggunaan sebagai berikut .
Seorang pelaku usaha ingin melakukan investasi untuk
masa depan usahanya. Ia memutuskan mendanai investasi tersebut dengan cara 40%
berasal dari pemberi pinjaman dan 60% berasal dari dana sendiri. Katakanlah
bahwa opportunity cost atas dana yang berasal dari lembaga pembiayaan ( dan ini
merupakan tingkat bunga pinjaman ) adalah 10%. Selanjutnya untuk cost of money
bagi pemilik dana adalah sebesar 18% dan setelah di kurangi pajak pendapatan
sebesar 25%, sisannya menjadi 13,5%, dari contoh ini, maka dapat diperoleh
gambaran,
|
Sumber dana
|
Presentase
Tertimbang
|
Tingkat Bunga
|
Tingkat Bunga Tertimbang
|
|
Pinjaman
Sendiri
|
40%
60%
|
10%
13,5%
|
4%
8,1%
|
|
100%
|
|
|
12,2%
|
d. Anggaran
Permodalan dan Maslah Kebutuhan Likuiditas
Pada umumnya setiap pelaku usaha
sepanjang perjalanan kegiatan operasionalnya selalu memerlukan tersedianya dana
likid atau dana cair yang setiap saat siap digunakan. Namun disamping
memerlukan ketersediaan dana cair guna kelancaran kegiatan usaha, pelaku juga
pada saat tertentu perlu untuk melaksanakan kegiatan investasi, misalnya untuk
pengadaan mesin-mesin baru sebagai pengganti mesin lama kinerjanya telah
dianggap mulai menurun. Kegiatan investasi juga diperlukan untuk pengadaan
seperangkat peralatan promosi yang membutuhkan ketersediaan dana yang cukup
besar. Dengan demikian terjadinya tarik menarik antara kebutuhan ketersediaan
dana untuk investasi dan kebutuhan dana untuk ketersediaan investasi.
Pembahasan berikut ini mencoba
memberikan alternatif jawaban ideal bagi para pelaku usaha dalam membuat
pertimbangan sebelum mengambil satu keputusan. Alternatif dimaksudkan adalah
periode pembayaran kembali untuk suatu jumlah yang telah diberikan suatu
potongan. Alternative ini diterjemahkan dari kalimat discounted pay bask
period. Untuk selanjutnya akan digunakan istilah dalam bahasa aslinya. Konsep pemikiran
discounted pay back period, sebenarnya sangat sederhana, yakni menghitung nilai
sekarang untuk jumlah pembayaran kembali atas dana yang telah ditanam dalam
investasi, untuk penggandaan sebuah mesin border pada usaha garmen, dengan
membebankan suku bunga yang berlaku agar uang atau suku bunga bank.
Untuk lebih jelasnya, dimisalkan
sebuah usaha garmen akan melakukan investasi dalam bentuk penggandaan sebuah
mesin border besra seharga Rp 2,5 Milyar. Rencananya jumlah investasi tersebut
direncanakan telah kembali selama lima tahun. Suku bunga dipasar yang berlaku
rata-rata sebesar 15%. Setelah dilakukan berbagai pertimbangan, maka diperoleh
perhitungan pengembalian dana investasi sesuai dengan dana berikut ini,
|
Tahun Ke
|
Dana Masuk Yang Diharapkan
|
Nilai Sekarang Atas Dana Masuk
Yang Diharapkan
|
|
1
|
Rp 600.000.000
|
Rp 521.750.000
|
|
2
|
Rp 700.000.000
|
Rp 529.300.000
|
|
3
|
Rp 850.000.000
|
Rp 558.900.000
|
|
4
|
Rp 1.000.000.000
|
Rp 571.750.000
|
|
5
|
Rp 1.000.000.000
|
Rp 492.200.000
|
|
|
|
|
|
Jumlah Nilai Sekarang
|
Rp 2.678.900.000
|
|
Dengan menggunakan angka-angka
diatas, maka dana masuk yang diharapkan akan diperoleh kembali selama 3.35
tahun. Angka tiga tahun berasal dari perolehan dana masuk yang diharapkan pada
tahun 1, tahun 2, dan tahun 3, yakni ( Rp 600.000.000 + Rp 700.000.000 + Rp
850.000.000) = Rp 2.150.000.000. sedangkan angka 0,35 tahun, berasal sisa
sebesar Rp 350.000.000 dari dana masuk yang diharapkan sebesar Rp 1.000.000.000
yakni ( Rp 350.000.000) dibagi Rp 1.000.000.000 yakni 0.35 tahun
Namun kita mengetahui bahwa pwewlaku
usaha menginginkan agar dana masuk yang diharapkan apabila dinilai pada saat
sekarang dengan tingkat suku bunga 15%, maka akan diperoleh jumlah Rp
2.678.900.000. bila demikian halnya, maka pelaku usaha akan memperoleh
pembayaran kembali selam 4.64 tahun. Angka ini berasal dari perolehan nilai
sekarang atas dana masuk yang diharapkan pada tahun 1, tahun 2, tahun 3, dan
tahun 4, masing-masing sebesra( Rp 521.750.000 + Rp 529.300.000 + Rp
558.900.000 + Rp 571.750.000 ) = Rp 2.181.700.000 , sedangkan angka 0.64 tahun
berasal dari sisa sebesar Rp 318.300.000 untuk dana yang diharapkan diperoleh
pada nilai sekarang sebesar Rp 479.200.000 yakni ( Rp 318.300.000) dibagi (Rp
479.200.000) = 0.64 tahun. Tujuan analisis ini dikaitkan dengan ketersediaan
dana likid yang selalu diperlukan oleh pelaku usaha dalam hubunganya apabila
akan atau sedang menjalankan keputusan investasi.
Selanjutnya keputusan mana yang
akan diambil oleh pelaku usaha masih sangat tergantung pada beberapa faktor
lainya, seperti kondisi perusahaan, tingkat suku bunga dipasar dan faktor
lainya yang baru dapat diketahui pada saat rencana investasi akan diadakan.
e.
Perencanaan
Anggaran Pemodalan Dalam Praktek
Bagi sebagian besar pelaku usaha
menjalankan usaha merupakan dan menjadi bagian dari kehidupan pribadi. Apa yang
sedang terjadi pada perusahaan akan berdampak kepada kehidupan. Sebaliknya apa
yang sedang terjadi pada kehidupan pribadi juga berpengaruh terhadap jalanya
usaha. Kepada pribadi hampir tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan usaha. Contoh
nyata pada keputusan-keputusan yang akan dibuat, sangat dipengaruhi oleh
kehidupan pribadi. Keinginan untuk dipandang terhormat dikalangan masyarakat
juga tercermin pada keputusan yang menyangkut perusahaan.
a) Sebagian
besar pelaku usaha sering mengalami kesulitan likuiditas dan modal kerja.
Dengan demikian maka kesulitan jangka pendek harus menjadi prioritas untuk
diatasi. Jika hal ini selalu terjadi, maka perencanaan anggaran untuk investasi
jangka panjang menjadi terabaikan.
b) Ketidak
pastian cash flow dalam usaha sering kali menjadi kendala dan membuat pelaku
usaha merasa ragu-ragu untuk mengambik keputusan investasi jangka panjang.
Investasi jangka panjang sering kali dipandang sebagai usaha yang sangat sulit
untuk dilakukan.
c) Ketertutupan
sebagai perusahaan kecil menjadikan perusahaan kurang dikenal. Berbeda halnya
dengan perusahaan yang telah Go Public.
d) Proprosal
proyek untuk perusahaan yang bersekala kecil sering dianggap kurang significan.
Sementara bagi pelaku usaha kecil biaya untuk proyek proposal untuk usaha kecil
dan usaha besar sama saja.
e) Bakat
kepemimpinan usaha kecil sangat langka. Demikian juga orientasi perusahaan
kecil terhadap pelatihan dalam bidang teknik pengelolaan dan cara-cara
mengatasi kendala kurang mendapat perhatian.
f.
Pertimbangan
Lain Dalam Melakukan Ekspansi
Meskipun pelaku usaha memiliki
peluang untuk melakukan investasi, yang akan digunakan untuk, mengembangkan
produk baru, meremajakan armada kendaraan (truck,bus,kapal) atau mesin-mesin
untuk usaha garment, memperluas daerah pemasaran untuk produk lama atau produk
baru, membangun gedung baru dan lain (a) sebagiannya, kiranya perlu
memperhatikan. (b) filosofi pertumbuhan perusahaan, (c) kendala-kendala dalam
melakukan investasi, dan (d) kesempatan dalam mengumpulkan informasi. Penjelasan
dalam diuraikan seperti berikut.
a) Filosofi
pertumbuhan perusahaan, merupakan harus menjadi dasar dalam melakukan
investasi. Sebagian besar pelaku usaha cepat merasa puas dengan apa yang telah
dicapainya. Mereka juga lebih menyukai usaha dengan skala kecil saja, karena
itu dari waktu kewaktu tidak mengalami perubahan apalagi pertumbuhan. Namun
sebagian lagi menginginkan perubahan dalam arti perusahaan meningkat menjadi
besar. Pertimbangan untuk tetap pada skala kecil atau ingin tumbuh menjadi besar
merupakan falsafah seorang pelaku usaha. Dalam Longenecer, Moore, Petty (1994),
Carl Karcher, pendiri rumah Hamburger Calofornia pada tahun 1941, mengatakan
‘apabila perusahaan anda memutuskan untuk tidak ingin berkembang, maka hal itu
merupakan tanda-tanda perusahaan anda akan berakhir. Bagi para pelaku usaha
contoh diatas, seyogyanya menjadi bahan pelajaran dalam menerapkan falsafah
ber-Wira-Usaha.
b) Kendala
dalam melakukan investasi, yang dihadapi oleh para pelaku usaha seyogyanya
dihadapi sebagai hal biasa. Karena organisasi apapun akan selalu berhadapan
denhan faktor lingkungan. Dalam dunia usaha faktor lingkungan memiliki dua muka
yang saling bersebelahan. Muka yang pertama, membuka peluang bagi yang mampu
melihatnya, sedangkan muka kedua memberikan kendala bagi yang ingin maju dan
berkembang. Pengalaman menunjukkan bahwa peluang dan kendala atau hambatan akan
selalu datang silih berganti. Biasanya kendala yang dihadapi pelaku usaha
ketika akan melakukan investasi dalam rangka ekspansi adalah permodalan. Apa
lagi apabila investasi tersebut ditujukan untuk membangun gedung, mesin-mesin,
peralatan dan sebagainya. Namun harap juga tidak lupa, apabila masalah
pendanaan dalam investasi telah terjawab, kendala lain biasanya muncul.
Diantaranya, oleh karena gedung, mesin dan peralatan telah terpenuhi timbul
kendala sumber daya manusia yang memiliki kompetensi lebih tinggi dari yang
telah ada sebelumnya. Maka salah satu kunci dalam menghadapi hambatan atau
kendala, mungkin pertimbangan ketiga berikut ini.
c) Keinginan
mengumpulkan informasi. Semua peluang harus dicari dan harus ditelusuri
seteliti mungkin. Berapa lama suatu perusahaan harus tetap berjalan ditempat
apabila tidak ingin berkembang. Kondisi yang demikian akan berdampak kepada
reputasi perusahaan, karena terkesan tidak berkembang. Pelaku usaha harus
berusaha keluar dari kegiatan rutin untuk mencari terobosan guna mendapatkan
peluang. Pelaku usaha harus berusaha mencari informasi tentang semua hal yang
relevan dengan visi dan misi perusahaan. Kolaborasi dan komunikasi dengan
berbagai organisasi diluar perusahaan memberikan kemungkinan bagi pelaku usaha
untuk memperoleh masukan yang sangat diperlukan dalam pengembangan usaha.
Sering kita lihat beberapa pelaku usaha melakukan perjalanan ketempat-tempat
yand dianggap mampu memberikan inspirasi dan informasi. Pengalaman selama
perjalanan dan melihat bagaimana orang lain lebih berkembang akam memperluas
cakrawala wawasan dan ini sangat berguna dalam menyiapkan impian baru dalam
rangka pengembangan perusahaan. Sekali lagi informasi memang merupakan sumber
daya yang harus senantiasa diperbaharui agar memperkaya pelaku usaha dalam
melihat peluang maupaun mengatasi hambatan.
http://fortunerolalala.blogspot.com