Antropologi
adalah suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia secara
lebih banyak. Antropologi yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris
untuk penyebaran agama nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung
sistem penjajahan atas negara-negara di luar eropa, dewasa ini
dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas. Studi
antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di
negara-negara yang sedang membangun sangat diperlukan bagi
pembuatan-pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan
masyarakat.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna.
Demikianlah
maka antropologi dipecah-pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli
antropologi masing-masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai
dengan minat dan kemampuannya untuk mendalami studi secara mendalam pada
bagian-bagian tertentu dalam antropologi. Dengan demikian, spesialisasi
studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli-ahli
antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat-sifat
dan hajat hidup manusia secara lebih banyak.
Antropologi
secara garis besar dipecah menjadi 2 bagian, yaitu antropologi
fisik/biologi dan antropologi budaya. Tetapi dalam pecahan antropologi
budaya, terpecah – pecah lagi menjadi banyak sehingga menjadi
spesialisasi – spesialisasi, termasuk Antropologi Pendidikan. Seperti
halnya kajian antropologi pada umumnya, antropologi pendidikan berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya
dalam rangka memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman
manusia khususnya dalam dunia pendidikan. Studi antropologi pendidikan
adalah spesialisasi termuda dalam antropologi.
Pendidikan
dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian
pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta
kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang
ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga
formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal
tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam
lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks,
terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang
sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Dengan
makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu
untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat kebudayaan di
masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam
mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya.
Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana
keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan saling berhubungan.
Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil
prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat
menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di
dalam dan diluar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan
perubahan terhadap kebudayaan.
G.D.
Spindler berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa diberikan
antropologi terhadap pendidikan adalah menghimpun sejumlah pengetahuan
empiris yang sudah diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek proses
pendidikan yang berbeda-beda dalam lingkungan social budayanya. Teori
khusus dan percobaan yang terpisah tidak akan menghasilkan disiplin
antropologi pendidikan. Pada dasarnya, antropologi pendidikan mestilah
merupakan sebuah kajian sistematik, tidak hanya mengenai praktek
pendidikan dalam prespektif budaya, tetapi juga tentang asumsi yang
dipakai antropolog terhadap pendidikan dan asumsi yang dicerminkan oleh
praktek-praktek pendidikan.(Imran Manan, 1989)
Dengan
mempelajari metode pendidikan kebudayaan maka antropologi bermanfaat
bagi pendidikan. Hal ini disebabkan karena kebudayaan yang ada dan
berkembang dalam masyarakat bersifat unik dan sukar untuk dibandingkan.
Setiap penyelidikan yang dilakukan oleh para ilmuwan akan memberikan
sumbangan yang berharga dan mempengaruhi pendidikan.
Antropologi
pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang terpisah
dengan kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan dalam
prespektif budaya, sehingga antropolog menyimpulkan bahwa sekolah
merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam
membimbing masyarakat.
Namun
ada kalanya sejumlah metode mengajar kurang efektif dari media
pendidikan sehingga sangat berlawanan dengan data yang didapat di
lapangan oleh para antropolog. Tugas para pendidik bukan hanya
mengeksploitasi nilai kebudayaan namun menatanya dan menghubungkannya
dengan pemikiran dan praktek pendidikan sebagai satu keseluruhan.