Tata hubungan metafisika dengan ilmu-ilmu
khusus adalah keduanya tidak dapat saling mengecualikan dan
mengucilkan; melainkan saling melengkapi di dalam pemahaman manusia
tentang seluruh kenyataan. Sebenarnya semua ilmu menyelidiki seluruh
kenyataan, namun masing-masing menurut aspek formal tersendiri dan
dengan memakai metode ilmiah yang sesuai. Oleh karena itu sama sekali
tidak usah ada pertentangan dan persaingan antara metafisika dan
ilmu-ilmu khusus. Sebab kenyataan itu hanya satu, maka semua taraf
ilmiah juga dapat disesuaikan satu sama lain. Mereka saling melengkapi
untuk mencapai pemahaman menyeluruh mengenai kenyataan.
Untuk memahami lebih lanjut, agaknya kita
mesti meninjau objek material dan objek formal metafisika dalam
perbandingannya dengan ilmu-ilmu khusus. Paling tidak ada tiga tinjauan:
- Ilmu pengetahuan khusus/partikular bergulat dengan sebagian realitas sebagai objek materialnya. Ilmu itu menyelidiki bagian khusus dari yang ada. Sedangkan metafisika tidak mempunyai objek material tertentu, tetapi semuanya, menyangkut semua yang ada.
- Kekhususan metafisika ialah dalam melihat semuanya secara universal, yakni yang ada pada semua hal. Karena itu metafisika dalam hubungan dengan ilmu-ilmu lain disebut scientia universalis (ilmu universal). Tetapi keliru kalau kita melihat metafisika sebagai koleksi atau penjumlahan ilmu-ilmu lain. Kekeliruan ini terletak pada sikap tidak menerima metafisika sebagai ilmu otonom, yang memiliki objek formal dan materialnya sendiri. Anggapan bahwa metafisika adalah ilmu sebagai penjumlahan ilmu-ilmu khusus yang lain adalah keliru karena tidak cocok dengan objek formalnya.
- Metafisika meneliti hal-hal yang ada sehubungan dengan sebab-sebab yang terdalam dan universal. Karena itu, metafisika merupakan ilmu pengetahuan yang paling tinggi dalam pengertian kata ilmu. Karena kedudukannya sebagai ilmu pengetahuan yang paling tinggi, metafisika lebih bercorak kebijaksanaan dari pada ilmu. Metafisika mempunyai kedudukan tersendiri dan tidak boleh diperlakukan seperti yang lain, karena setiap ilmu tergantung pada metafisika . pada prinsip-prinsip metafisik yakni prinsip-prinsip realitas itu sendiri.
Referensi:
- Bagus, Lorens. 1991. Metafisika. Penerbit PT Gramedia Utama: Jakarta
- Siswanto, Joko. 2004. Metafisika Sistematik. Penerbit Taman Pustaka Kristen: Yogyakarta
- lihat juga di http://grelovejogja.wordpress.com/category/kumpulan-artikel/filsafat/page/2/