Home » » Kisah Batu Ajaib di Gua Sunan Kalijaga

Kisah Batu Ajaib di Gua Sunan Kalijaga

Written By Unknown on Rabu, 21 Agustus 2013 | Rabu, Agustus 21, 2013


Jalan Masuk Ke Gua Yang Cukup SempitGua Langsih adalah tempat bertapa Sunan Kalijaga semasa hidupnya. Di dalamnya, terdapat sebuah batu menjangan yang konon memiliki tuah. Banyak wisatawan menyambangi tempat ini karena keindahan guanya. 

Kawasan Desa Surowiti di Panceng, Gresik merupakan dataran tinggi dengan panorama alam yang mempesona. Di bukit ini pula terdapat petilasan Sunan Kalijaga yang berupa gua dan banyak wisatawan menyambangi tempat ini.

Wisata menyusuri gua sungguh menantang dan banyak dilakukan oleh para traveler. Ada banyak gua menarik dengan stalaktit dan stalakmit yang begitu menakjubkan.

Dari sekian banyak karunia alam yang berupa gua ini ternyata sebagian di antaranya juga memiliki kisah-kisah unik lainnya. Akhir Ramadan beberapa waktu yang lalu, saya melakukan perjalanan wisata yang mungkin terbilang lain dari biasanya.
 
Sebuah perjalanan wisata menyusuri gua yang terletak di perbukitan Surowiti, Panceng-Gresik kira-kira 35 kilometer dari pusat Kota Gresik ke arah Kota Lamongan. Ya, Goa Langsih namanya.

Goa ini tergolong unik, selain karena memiliki pintu atau lubang masuk yang sangat sempit. Konon dulunya menjadi tempat Sunan Kalijaga bermunajat kepada Tuhan Yang Maha kuasa.

Sunan Kalijaga merupakan murid Sunan Bonang dari Tuban. Sunan Kalijaga bernama lain Raden Sahid. Semasa mudanya mendapat julukan Lokajaya atau perampok budiman. Mengingatkan kita akan kisah kepahlawanan Robin Hood dari Negara Inggris, atau Zorro sang penyamun bertopeng dari Meksiko, di Amerika.

Kedua pahlawan itu melawan kedzaliman pemerintahan yang berkuasa atau mencuri. Kemudian hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin yang kelaparan.

Lokajaya hanya merampok warga atau pejabat yang korup dan pelit untuk. Hasil rampokannya itu dibagi-bagikan kepada kaum miskin.

Namun sang guru mengingatkan bahwa tindakan Lokajaya itu tetap tidak sesuai dengan ajaran Islam. Untuk menguji keteguhan hati Lokajaya, akhirnya Sunan Bonang memintanya melakukan tapa brata dengan menjaga tongkat yang telah ditancapkan ke tepi sungai.

Setelah bertapa selama beberapa tahun hingga akhirnya seluruh tubuh Lokajaya ditumbuhi rerumputan dan tumbuhan merambat lainnya. Sunan Bonang kemudian datang kepadanya dan kemudian menggemblengnya. Hingga akhirnya menjadi seorang penyebar Islam dengan gelar Sunan Kalijaga.

Selama menyebarkan Islam di kawasan Surowiti dan sekitarnya terkadang kendala dan rintangan juga dihadapi sang sunan. Untuk itu beliau senantiasa meminta petunjuk dari Yang Maha Kuasa antara lain dengan cara mendekatkan diri bermunajat di dalam sebuah gua. Gua tersebut hingga kini masih bisa traveler saksikan keberadaan.

Gua Langsih terdiri atas dua ruangan. Pintu masuk gua ini terbilang sempit, ukurannya pas untuk tubuh satu orang. Tidak seperti gua-gua lainnya. Ruangan atas gua konon dulunya digunakan Sunan Kalijaga untuk bermusyawarah dengan sunan-sunan lainnya, dalam memecahkan persoalaan Agama Islam.

Menuju ruang kedua ternyata lebih mencekam lagi. Lubang masuk ruang kedua ini jauh lebih sempit. Kalau tidak berhati-hati, kepala dan badan kita akan tergores dinding gua.

Di ruang kedua ini terdapat tangga turun yang terbuat dari balok kayu besar. Sebenarnya fasilitas lampu penerang gua sudah tersedia. Namun entah mengapa saat kami berkunjung ke sana lampu penerang gua justru mati.

Untung saja kami membawa HP yang dilengkapi dengan senter. Di samping itu lampu bidik kamera kami juga membantu menerangi ruangan gua yang gelap gulita itu.

Dalam ruangan bagian bawah gua inilah terdapat batuan yang berbentuk cekungan dengan air yang menetes secara terus-menerus. Konon air tetesan ini dulunya digunakan Mbah Sunan Kalijaga untuk berwudu.

Tidak jauh dari tempat berwudhu sunan terdapat Watu atau batu Menjangan. Dari kejauhan batu ini mirip hewan menjangan dengan kedua tanduknya. Menurut cerita ibu-ibu tua penjaga gua ini, bila seorang pengunjung berhasil memeluk batu dengan kedua tangannya maka segala keinginannya akan terkabul.

Sebagian pengunjung meyakini bahwa air yang menetes dari tempat berwudhu sunan ini bisa dijadikan obat yang mujarab. Di samping itu Batu Menjangan sering dijadikan tempat orang melakukan ritual tertentu untuk ngalap berkah.

Hal ini terlihat dengan adanya sisa bunga dan alas duduk yang tertinggal di lantai gua. Traveler yang penasaran dan ingin melancong ke Desa Surowiti, disarankan membawa motor atau mobil pribadi. Sebab belum ada angkutan umum menuju lokasi Desa Surowiti dari pertigaan Jalan Raya Panceng. Dari pertigaan jalan raya masih butuh 4 km lagi untuk sampai ke lokasi situs.

Mobil atau motor diparkir di tempat parkir yang tersedia. Dari tempat parkir kita masih harus berjalan kira-kira 400 meter lagi. Jalan menuju komplek petilasan Sunan Kalijaga khususnya Gua Langsih cukup menanjak, sebab situs ini memang berada di perbukitan.

Ratusan tangga naik harus kita lalui untung dilengkapi pegangan yang terbuat dari pipa air yang cukup kokoh. Dari bukit Surowiti yang berada beberapa ratus mdpl, itu kita dapat menyaksikan indahnya sebagian Kota Gresik dari kejauhan. Panorama alam yang cukup menawan menambah daya tarik situs kuno ini.
Share this article :

Kunjungan

Update

 
Copyright © 2013. BERBAGI ILMU SOSIAL - All Rights Reserved | Supported by : Creating Website | Arif Sobarudin