PENGARUH JARAK TEMPUH
DARI DESA KE KOTA TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN DESA
(Studi pendidikan
di desa sidomakmur dengan desa Negara Ratu)
All Tugas
(Penelitian
Kuantitatif)
Oleh
A S
1116011014
JURUSAN
SOSIOLOGI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
LAMPUNG
T.A
2012
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Daerah yang memiliki system
kekerabatan paguyuban biasanya terdapat di daerah yang masih bersifat
tradisional salah satunya disebut dengan desa, perekonomian yang bergerak di
sektor agraris dan pola perekonomian yang relatif lambat membuat desa selalu
dalam keadaan terbelakang dalam hal pembangunan baik itu infrastruktur hingga
pendidikan. jarak tempuh yang jauh dari
pusat kota dan aksesnya membuat desa susah berkembang dan bertambah
terbelakang. Kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan masih menjadi problem
utama dari masyarakat desa itu sendiri maka dari itu pembanguanan sehurusnya di
lakukan mulai dari desa kemudian bisa merambah ke ranah yang lebih tinggi seperti
ke kecamatan-kecamatan, apabila
kesejahteraan di mulai dari desa maka sebuah kecamatan itu pula yang
akan maju kemudian kabupatenya juga terlihat akan gerak pembangunan. Kehidupan
di desa memang memiliki kekurangan mulai
dari fasilitas umum sampai dengan fasilitas kehidupan sehari-hari akan tetapi
dalam hal pendidikan jangan sampai tertinggal oleh masyarakat yang ada di kota
karena pendidikan itu yang penting guna membangun desa dari keterbelakangan di
mulai dengan generasi yang terdidik dan pemuda-pemuda yang memberikan akan
perubahan bagi tempat tinggalnya.
Jarak tempuh dari desa ke kota
biasanya akan mempengaruhi tingkat pendidikan di tempat tersebut, fasilitas
yang minim dan keinginan masyarakat dan anak-anak untuk melanjutkan jejang
pendidikan yang lebih tinggi sangat rendah, hal ini membuat bertambah buruknya
suatu perkembangan desa. Adanya perasaan yang menerima apa adanya inilah yang
harus dirubah apabila kemajuan desa akan terlaksana. Pertumbuhan desa memang
bisa di lihat apabila sector agrarianya maju dan modern karena disinilah peran
desa dalam perekonomian untuk memberikan bahan-bahan dasar kebutuhan manusia
yang bersifat primer. Kemajuan akan agraria bisa memaksimalkan pendapatan yang
mereka peroleh dengan begitu kemakmuran masyarakat desa bisa maksimal akan
tetapi peningkatan pendidikan juga harus ditingkatkan agar pembangunan yang ada
di pedesaan lebih seimbang yang tidak hanya pada perekonomianya saja tetapi
pembangunana generasi juga harus di utamakan hal ini akan memberikan pembanguna
berkelanjutan sacara silmutan karena pertumbuhan sacara terus menerus tidak
hanya pada perekonomian saja akan tetapi pendidikan itulah yang akan menunjang
generasi muda untuk lebih maju dan dapat bersaing pada dunia yang semakin
berkembang.
Permasalahan ini memang menarik
untuk di kaji guna mengetahui bagaimana pengaruhnya desa yang memiliki jarah
tempuh yang jauh dari kota. Kota memang memiliki berbagai hal untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang ada didalamnya maupun di sekitarnya termasuk dalam
dunia pendidikan. Maka dari itu penulis ingin mengetahui seberapa banyak
tingkat pendidikan pada masyarakat desa yang memiliki jarak tertentu dari kota.
B. Identifikasi
Masalah
Permasalahan rendahnya pendidikan pada masyarakata
desa memang menjadi suatu permasalahan klasik atau permasalahan yang terus
terjadi apabila tidak adanya pembangunan di bidang pendidikan. Dalam tingkat
pendidikan tidak hanya di lihat pada satu sisi saja akan tetapi berbagai yang
mempengaruhi termasuk jarak jauh dari kota. Lalu bagaimanakah tingkat
pendidikan masyarakat desa yang memiliki jarak dari kota ? apakah hanya factor
jarak jauh saja yang mempengaruhi tingkat pendidikan ? bagaimana perbedaan
motivasi untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi pada anak-anak dan masyarakat desa yang memiliki
jarak berbeda dari desa ke kota ?
C. Rumusan
Masalah
1. Apa
saja yang melatar belakangi tingkat pendidikan di desa ?
2. Bagaimana
hubungan antara desa dan kota pada pendidikan ?
3. Berapakah
jarak tempuh yang bisa mempengaruhi tingkat pendidikan ?
D. Tujuan
Penelitian
1. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendidikan yang ada di
kedua pedesaan
2. Untuk
mengetahui penyebab tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang ada di ke dua desa
3. Untuk
mengetahui berapa jarak tempuh untuk mencapai ke sekolah di berbagai tingkat
pendidikan di antara kedua desa
4. Untuk
mengetahui laju pertumbuhan pendidikan di kedua desa yang mempunyai
masing-masing jarak jauh yang berbeda dari kota’
E. Pembatasan
Masalah
Agar penelitian ini dapat berjalan dengan baik, maka
ruang lingkup penelitian ini perlu dibatasi pada;
1. Variable
Bebas
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini
adalah jarak tempuh dari desa ke kota
2. Variable
Terikat
Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian
adalah tingkat pendidikan di desa.
Penelitian ini terbatas pada pengaruh jarak tempuh
dari desa ke kota terhadap tingkat pendidikan desa yaitu untuk mengetahui
perbedaan tingkat pendidikan di masing-masing desa yang memiliki jarak tempuh
berbeda yang telah kami tentukan
F. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat
Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan
dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada intelektual yang akan meneliti
bidang pendidikan khususnya pada kajian sosial. Disamping itu penelititan ini
diharapkan agar dapat memberikan dorongan dan motivasi kepada peneliti lain,
guna mengembangkan penelitian lanjutan yang belum terungkap dalam penelitian
ini agar penelitian lebih lengkap.
2. Manfaat
Praktis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi pihak yang terkait untuk
digunakan sebagai bahan acuan dalam mengembangkan terhadap perkembangan
pendidikan pada masyrakat desa.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. LANDASAN
TEORI
1.
Desa
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat
tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri
(Sutardjo Kartohadikusumo, 1953 : 2). Adapun definisi desa dilihat dari pendektan
geografis yaitu, Desa merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam
hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain (Bintarto, 1983:16).
Desa, atau udik, menurut definisi
"universal", adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural).
Di Indonesia, istilah desa
adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa (Wikipedia.org/desa). Desa
memiliki suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
- Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal
antra ribuan jiwa
- Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan
terhadap kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi) aalah
agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti iklim,
keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah
bersifat sambilan. (Paul H Landis, 2012).
Desa
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem
pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten (UU no. 22 tahun 1999). Pandangan
atau pengertian desa dalam artian administratif sebagai daerah otonom tingkat
bawah (The Liang Gie, 1976 : 27), UU 1948/22 adalah lain dengan desa sebagai Inlandsch gemeente Menurut IGO/IGOB.
Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari
perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun
dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan.
Kewenangan desa adalah:
- Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada
berdasarkan hak asal usul desa
- Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni
urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan
masyarakat.
- Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan Pemerintah Kabupaten/Kota
- Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada
desa. (Wikipedia.org/Desa).
Adapun Unsur-unsur desa adalah :
Daerah, dalam arti tanah-tanah yang
produktif dan yang tidak beserta penggunaanya, termasuk juga unsure lokasi,
luas dan batas yang merupakan lingkungan geografi setempat.
Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah,
pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan
dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa. Jadi, menyangkut seluk-beluk kehidupan
masyarakat desa (rural society).
Ketiga unsur desa ini tidak lepas satu sama lain, artinya
tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan (Bintarto, 1983 : 14).
Unsur daerah, penduduk dan tata kehidupan merupakan suatu kesatuan hidup atau “living unit” , daerah menyediakan
kemungkinan hidup, penduduk menggunakan kemungkinan yang di sediakan oleh daerah
itu guna mempertahankan hidup. Tata kehidupan dalam artian yang baikmemberikan
jaminan akan ketenteraman dan keserasian hidup bersama di desa (Bintarto, 1977
: 15).
Fungsi dan Potensi Desa
Desa memiliki fungsi dan potensi yaitu ;
·
Pertama, dalam hubunganya dengan kota, maka
desa yang merupakan ‘hinterland’ atau
daerah dukung berfungsi sebagai suatu daerah pemberi bahan makan pokok seperti
padi, jagung, ketela, disamping bahan makan lain seperti kacang, kedelai,
buah-buahan dan bahan makan lain yang berasal dari hewan.
·
Kedua, desa ditinjau dari sudut potensi
ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja
(man power) yang tidak kecil artinya.
·
Ketiga, dari segi kegiatan kerja
(occupation) desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industry,
desa nelayan dan sebagainya,
Salah satu peranan pokok desa terletak di bidang ekonomi.
Daerah pedesaan merupakan tempat produksi pangan dan produksi komoditi ekspor
(Sutopo Suwono, 1980)
Desa mempunyai Potensi Fisis dan Potensi Nonfisis yaitu :
a. Potensi Fisis
Potensi fisis meliputi antara lain :
- Tanah
- Air
- Iklim
- Ternak
- Sumber Daya
Manusia / SDM
b. Potensi non-fisis
-
Masyarakat Desa
Masyarakat
desa adalah kelompok sosial dengan hubungan yang erat dengan tingkat
solidaritas yang tinggi.
-
Lembaga dan Organisasi Sosial
Suatu
badan perkumpulan yang membantu masyarakat desa dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh : KUD / koperasi unit desa, LMD / Lembaga musyawarah desa, LKMD /
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, BKIA / Balai Kesehatan Ibu dan Anak, dan
lain sebagainya.
-
Aparatur dan Pamong Desa
Aparat
desa memiliki tugas untuk menjaga kelancaran administrasi desa dan menggerakkan
sdm desa. Contoh : kepada desa / kades, lurah, kepala adat, kepala dusun, dan
lain-lain (Bintarto, 1977 : 19-20)
2. Kota
Kota
adalah suatu wadah yang memiliki batasan administrasi wilayah seperti kotamadya
dan kota administratif. Kota juga berarati suatu lingkungan kehidupan perkotaan
yang mempunyai ciri non agraris , misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan
yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan (Mendagri RI No. 4/ 1980). Kota adalah suatu tempat yang
penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar local
(Max Weber).
Sedangkan
dari segi geogroafis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan
yangditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata
ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan
sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami
dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan
yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah
dibelakangnya (Bintarto, 1983 : 36).
Dari
berbagai disiplin ilmu Kota memiliki pengertian sebagai berikut :
·
Demografis. Pemusatan penduduk tinggi dengan kepadatan
tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
·
Sosiologis. Adanya sifat heterogen, budaya – urbanisasi
yang mendominasi budaya desa.
·
Ekonomis. Adanya proporsi lapangan pekerjaan yang
dominan di sekitar non pertanian seperti industri, pelayanan jasa, transport
dan pedagang.
·
Fisik. Dominasi wilayah terbangun dan struktur binaan.
·
Administrasi. Suatu wilayah wewenang yang dibatasi oleh
suatu wilayah yuridikasi yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku (Djoko
Sujarto, 1992).
Kota merupakan kawasan pemukiman yang
secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata
ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya
secara mandiri (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota)
dan sebagai tempat pemukiman yang relatif besar,
berpenduduk padat dan permanen dari individu-individu yang secara sosial
heterogen (Schoorl, JW.,
1984 : 274). Tidak hanya itu, Kota juga sebagai pusat
pelayanan jasa, produksi, distribusi, serta pintu gerbang atau simpul
transportasi bagi kawasan permukiman dan wilayah produksi sekitarnya (Bhudy Tjahyati Soegiyoko, 1999).
Kota
itu tumbuh tidak dengan sendiriya, melainkan manusialah yang mengembangkan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sehari-hari, kebutuhan
sosial, kebutuhan ekonomi, politik dan kebutuhan cultural, ternyata bahwa pola
pemukiman dalam hal ini kota, mengalami perubahan dan kemajuan dari zaman ke zaman
sesuai dengan kemampuan manusia setempat dan tata geografi daerah tersebut
(Bintarto, 1977 : 8).
Ciri fisik kota meliputi hal sebagai
berikut:
- Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan
- Tersedianya tempat-tempat untuk parkir
- Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga
Ciri kehidupan kota adalah sebagai
berikut:
- Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan
tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
- Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial di
antara warganya.
- Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu
masalah dengan pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi
kehidupan.
- Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.
- Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih
rasional dan berprinsip ekonomi.
- Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap
perubahan sosial disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar.
- Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu
sedangkan sifat solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa
lagi (Bintarto,
1983 : 45).
Teori-teori
yang melandasi struktur ruang kota yang paling dikenal yaitu:
- Teori
Konsentris
Teori Konsentris
Teori
ini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central Business District
(CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar
yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta
merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota. DPK atau
CBD tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama, bagian paling inti atau
RBD (Retail Business District) dengan kegiatan dominan pertokoan, perkantoran
dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD (Wholesale Business District) yang
ditempati oleh bangunan dengan peruntukan kegiatan ekonomi skala besar, seperti
pasar, pergudangan (warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama
(storage buildings).
- Zona pusat
daerah kegiatan (Central Business District), yang merupakan pusat
pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat, bank,
museum,
hotel,
restoran
dan sebagainya.
- Zona
peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona ini
tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosial
ekonomi.
Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum
karena zona ini dihuni penduduk miskin. Namun demikian sebenarnya zona ini
merupakan zona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat
kota dengan daerah di luarnya.
- Zona
permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni
oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas
bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan
rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess
menamakan daerah ini yaitu working men's homes.
- Zona
permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks
perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu.
Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar.
- Wilayah
tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya
kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan
kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi.
- Zona
penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki daerah
belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya
bekerja di kota dan tinggal di pinggiran. (Burgess, 1925)
- Teori
Sektoral
Teori Sektoral
Teori
ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki pengertian yang sama dengan yang
diungkapkan oleh Teori Konsentris.
- Sektor
pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kontor, hotel,
bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.
- Sektor
kawasan industri ringan dan perdagangan.
- Sektor kaum
buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh.
- Sektor
permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma.
- Sektor
permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang
terdiri dari para eksekutif dan pejabat (Hoyt, 1939).
- Teori Inti
Berganda
Teori Inti Berganda
Teori
ini menyatakan bahwa DPK atau CBD adalah pusat kota yang letaknya relatif di
tengah-tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu growing
points. Zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota, berupa pusat
fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat distrik spesialisasi pelayanan,
seperti retailing, distrik khusus perbankan, teater dan lain-lain.
Namun, ada perbedaan dengan dua teori yang disebutkan di atas, yaitu bahwa pada
Teori Pusat Berganda terdapat banyak DPK atau CBD dan letaknya tidak persis di
tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar.
- Pusat kota
atau Central Business District (CBD).
- Kawasan
niaga dan industri ringan.
- Kawasan
murbawisma atau permukiman kaum buruh.
- Kawasan
madyawisma atau permukiman kaum pekerja menengah.
- Kawasan
adiwisma atau permukiman kaum kaya.
- Pusat
industri berat.
- Pusat
niaga/perbelanjaan lain di pinggiran.
- Upakota,
untuk kawasan mudyawisma dan adiwisma.
- Upakota (sub-urban)
kawasan industry (Harris dan Ullman, 1945)
- Teori
Ketinggian Bangunan
Teori
ini menyatakan bahwa perkembangan struktur kota dapat dilihat dari variabel
ketinggian bangunan. DPK atau CBD secara garis besar merupakan daerah dengan
harga lahan yang tinggi, aksesibilitas sangat tinggi dan ada kecenderungan
membangun struktur perkotaan secara vertikal. Dalam hal ini, maka di DPK atau
CBD paling sesuai dengan kegiatan perdagangan (retail activities), karena
semakin tinggi aksesibilitas suatu ruang maka ruang tersebut akan ditempati
oleh fungsi yang paling kuat ekonominya (Bergel, 1955).
- Teori
Konsektoral
Teori
Konsektoral dilandasi oleh struktur ruang kota di Amerika
Latin. Dalam teori ini disebutkan bahwa DPK atau CBD merupakan tempat utama
dari perdagangan, hiburan dan lapangan pekerjaan. Di daerah ini terjadi proses
perubahan yang cepat sehingga mengancam nilai historis dari daerah tersebut.
Pada daerah – daerah yang berbatasan dengan DPK atau CBD di kota-kota Amerika
Latin masih banyak tempat yang digunakan untuk kegiatan ekonomi, antara lain
pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi lemah dan sebagian
lain dipergunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran (Griffin dan
Ford, 1980).
- Teori
Historis
DPK
atau CBD dalam teori ini merupakan pusat segala fasilitas kota dan merupakan
daerah dengan daya tarik tersendiri dan aksesibilitas yang tinggi (Alonso, 1964).
- Teori Poros
Menitikberatkan
pada peranan transportasi dalam mempengaruhi struktur keruangan kota. Asumsinya
adalah mobilitas fungsi-fungsi dan penduduk mempunyai intensitas yang sama dan
topografi kota seragam. Faktor utama yang mempengaruhi mobilitas adalah poros
transportasi yang menghubungkan CBD dengan daerah bagian luarnya.Aksesibilitas
memperhatikan biaya waktu dalam sistem transportasi yang ada. Sepanjang poros
transportasi akan mengalami perkembangan lebih besar dibanding zona di
antaranya. Zona yang tidak terlayani dengan fasilitas transportasi yang cepat Poros
(Babcock, 1960).
3,
Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
2002 : 263). Pendidikan secara umum
adalah
segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan. (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16).
Unsur-Unsur Pendidikan
1.
Input
Sasaran pendidikan, yaitu : individu, kelompok,
masyarakat
2.
Pendidik
Yaitu pelaku pendidikan
3.
Proses
Yaitu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain
4.
Output
Yaitu melakukan apa yang diharapkan / perilaku
(Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16)
Tujuan Pendidikan
·
Menanamkan pengetahuan / pengertian,
pendapat dan konsep-konsep
·
Mengubah sikap dan persepsi
·
Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang
baru (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 68)
Faktor Yang Mempengaruhi
Pendidikan
Faktor yang mempengaruhi pendidikanadalah sebagai berikut :
1. Ideologi
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama
khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan
pendidikan.
2. Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang
mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
3. Sosial Budaya
Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya
pendidikan formal bagi anak-anaknya.
4. Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui
pengetahuan dan keterampilan agar tidak kalah dengan negara maju.
5. Psikologi
Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih bernilai (Hasbullah, 2001).
B. KERANGKA
PEMIKIRAN
Tingkat pendidikan di desa memang masih sangat rendah karena
memiliki berbagai factor mulai dari factor ekonomi, fasilitas, budaya
masyarakat dan termasuk jarak tempuh dari desa ke kota, pada umumnya pendidikan yang rendah di desa
berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan desa yang memiliki cirri bahwa desa
yang berpendidikan rendah merupakan desa yang terbelakang dan tidak berkembang.
Adanya pengaruh jarak tempuh dari desa ke kota
merupakan memunculkan indicator bahwa tingkat pendidikan desa yang lebih jauh dari perkotaan memiliki
tingkat pindidikan di dalam masyarakatnya masih rendah.
C. HIPOTESIS
PENELITIAN
1. Jarak
tempuh dari desa ke kota terdapat pengaruh terhadap tingkat pendidikan
masyarakat desa yang mempunyai akses
lebih jauh dari kota.
2. Adeanya
perbedaan tingkat pendidikan masyarakat desa dari desa yang satu dengan desa
yang lain karena mempunyai jarak tempuh dari kota yang berbeda.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif Kuantitatif
karena dalam pelaksanaannya meliputi Menghitung data, analisis dan
interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun
sebagai penelitian induktif yakni mencari dan mengumpulkan data yang ada
di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor, unsur-unsur
bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.(Nazir, 1998: 51)
B.
Instrumen
Penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka
peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai
alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk
pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan
data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan
reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat
ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut
dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk
menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik
statistik tertentu. Pada penelitian ini untuk menguji adanya hubungan Jarak
tempuh dari desa kekota(variabel independent
(X)) dengan Tingkat pendidikan desa (variabel dependent (Y)) digunakan korelasi pearson product moment, sedangkan untuk menguji adanya pengaruh Jarak tempuh
dari desa kekota (variabel independent
(X)) dengan Tingkat pendidikan desa
(variabel dependent (Y)) digunakan
koefisien determinasi.
C.
Populasi
dan Sampel
2.
Populasi
Menurut Warsito (1992: 49), populasi adalah keseluruhan
objek penelitian yang dapat terdiri dari mausia, hewan, tumbuhan, gejala,
nilai tes, atau peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu dalam suatu penelitian. Populasi yang penulis gunakan
sebagai objek penelitian adalah masyarakat desa yang terletak di desa
Sidomakmur, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur dan Masyarakat desa
Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan
3.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti,
(Arikunto, 2002:29 109). Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan jenis metode random sampling. Teknik sampling ini diberi
nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur”
subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek-subjek dalam
populasi dianggap sama. Adapun caranya adalah dengan memberikan kuisoner
kepada masyarakat kedua desa yang akan kami teliti yaitudesa Sidomakmur dan
desa Negara Ratu. Menurut Notoatmodjo, 2003 yang terdapat pada Setyarini
(2007: 41) untuk mengetahui ukuran sampel representative yang didapat
berdasarkan rumus sederhana adalah sebagai berikut:
representative yang didapat berdasarkan rumus sederhana
adalah sebagai berikut:
N
n =
--------------
Nd2 + 1
Dimana:
N : besarnya populasi
n : besarnya sampel
d : tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan 10%.
Dengan rumus tersebut dapat dihitung ukuran sampel dari
populasi 9920 dengan mengambil tingkat kepercayaan ( d ) = 10%, sebagai
berikut:
N
n = ---------------
Nd2
+ 1
9920
n = -------------------------
(9920) (0.10)2 + 1
9920
= -------------------------
100,2
= 99,01
= 99
D.
Definisi Operasional
Operasional Variabel
Untuk meneliti bagaimana pengaruh jarak tempuh dari
desa ke kota terhadap tingkat pendidikan desa, penulis menentukan operasionalisasi variabel sebagai
berikut :
- Variable Independent atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel
lainnya dan merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variable dependent (terikat). Data yang menjadi variabel independent (Variabel X) adalah Jarak
Tempuh Dari Desa Kekota.
- Variable Dependent atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Data yang menjadi variabel dependent (Variabel Y) adalah Tingkat Pendidikan Desa.
Tabel 3.2
Operasional
Variabel
Variabel
|
Konsep Variabel
|
Indikator
|
Skala
|
No. Kuesioner
|
Jarak
Tempuh Dari Desa Kekota.
(independent)
|
Jarak
tempuh dari desa kekota merupakan bentuk berapa lama atau seberapa jauh akses
perjalanan menuju wilayah kota
|
1.
Jarak kilometer yang jauh.
2.
Minimnya kendaraan atau transportasi
3.
Bentuk fisik jalan
|
Ordinal
|
1 - 3
4 – 5
6 - 7
|
Tingkat
Pendidikan Desa (dependent)
|
Tingkat
pendidikan desa merupakan ukuran tinggi dan rendahnya pendidikan yang ada di
desa
|
1. Perekonomian keluarga
2. Kepedulian masyarakat desa terhadap
Pendidikan
3. Pekerjaan orang tua
|
Rasio
|
|
Dalam operasionalisasi variabel ini
variabel indepandent
(X) menggunakan skala ordinal.
Pengertian dari skala ordinal menurut Sugiyono adalah:
“Skala ordinal adalah skala
pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan
peringkat construct yang diukur.” (2009:98)
Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan
adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada
jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk
kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala
likert.
Skala likert menurut Sugiyono adalah sebagai berikut:
“Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial.” (2009:86)
Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka
responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang
diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3
Skala Likert Untuk Kuesioner Positif
Jawaban Responden
|
Skor
|
Sangat Setuju
|
5
|
Setuju
|
4
|
Kurang Setuju
|
3
|
Tidak Setuju
|
2
|
Sangat Tidak
Setuju
|
1
|
Sedangkan
skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan
negatif adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Skala Likert Untuk Kuesioner Negatif
Jawaban
Responden
|
Skor
|
Sangat Setuju
|
1
|
Setuju
|
2
|
Kurang Setuju
|
3
|
Tidak Setuju
|
4
|
Sangat Tidak Setuju
|
5
|
Sedangkan pada variabel dependent (Y) menggunakan skala ukur rasio. Menurut Bambang Jatmiko
menyatakan bahwa:
“Rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan
untuk menyatakan peringkat antar tingkatan dan jarak atau interval antar
tingkatkan sudah jelas dan memiliki nilai
0 (nol) yang mutlak”. (2008:41)
E.
Teknik Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Penelitian Lapangan (Field Research),
dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang
menjadi objek untuk mendapatkan data primer (data yang diambil langsung dari
perusahaan).
Data primer ini didapatkan melalui
teknik-teknik sebagai berikut:
a. Metode
pengamatan atau Observasi adalah pengumpulan data dengan cara pengamatan
langsung pada objek yang sedang diteliti. Dalam penulisan laporan ini, penulis
mengadakan pengamatan langsung pada masyarakat di kedua desa yaitu desa
Sidomakmur Kec.Melinting Kab. Lampung Timur dan desa Negara Ratu Kec. Natar
Kab. Lampung Selatan
b. Metode
wawancara atau Interview adalah pengumpulan data dengan melakukan tanya
jawab langsung dengan pihak yang terkait langsung dengan permasalahan yang
penulis teliti. Pada penelitian ini interview di lakukan pada beberapa masyarakat yang akan di jadikan sampel
c. Kuesioner
Teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah
kuesioner tertutup suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dan yang menjadi responden dalam
penelitian ini yaitu masyarakat yang menjadi objek
2. Studi
Pustaka (Library Research), merupakan data sekunder penelitian yang dilakukan
untuk menghimpun teori-teori, pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
yang diperoleh dari buku-buku kepustakaan serta literature lainnya yang
dijadikan sebagai landasan teoritis dalam rangka melakukan pembahasan.
F.
Analisis Data
Berdasarkan
pertimbangan tujuan penelitian, maka penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dan penelitian verifikatif.
Dalam
pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian
deskriptif dan verifikatif yang
dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan.
- Penelitian Deskriptif adalah jenis
penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh perusahaan
berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data.
Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian
deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh jarak tempuh dari
desa kekota terhadap tingkat pendidikan desa.
- Penelitian Verifikatif adalah penelitian
yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan
statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y) yang diteliti.
Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah
diterima atau ditolak.
1.
Metode
Analisis Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metode pengolahan data berbentuk angka.
Karena data variabel independent (X)
(jarak tempuh dari desa kekota) yang dikumpulkan melalui kuesioner masih
memiliki skala ordinal, maka sebelum di olah dan dipasangkan dengan data
variabel dependent (Y) (tingkat
pendidikan desa) berbentuk rasio, data ordinal terlebih dahulu dikonversi
menjadi data interval dengan menggunakan Method
of Successive Interval (MSI). Menurut
Syarifudin Hidayat pengertian Method of
Successive Interval adalah: ”Metode Successive
Interval adalah metode penskalaan untuk menaikan skala pengukuran ordinal
ke skala pengukuran interval”. (2005:55)
Successive
Interval dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
1. Perhatikan
nilai jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner
2. Untuk
setiap pertanyaan tersebut, lakukan perhitungan ada berapa responden yang
menjawab skor 1, 2, 3, 4, 5 = frekuensi
( f )
3. Setiap frekuensi
dibagi dengan banyaknya n responden dan hasilnya = proporsi ( p )
4. Kemudian
hitung proporsi kumulatifnya ( pk )
5.
Dengan menggunakan tabel
normal, dihitung nilai distribusi normal (Z) untuk setiap proporsi kumulatif
yang diperoleh.

6. Tentukan
nilai densitas normal ( fd ) yang sesuai dengan nilai Z
7. Tentukan
nilai interval ( scale value ) untuk
setiap skor jawaban dengan rumus sebagai berikut :

8. Sesuaikan
nilai skala ordinal ke interval, yaitu Skala
Value (SV) yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah
menjadi sama dengan jawaban responden yang terkecil melalui transformasi
berikut ini:
Transformed
Scale Value : SV = - { Min data – Min SV }
Sebelum
kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu
dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama
dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui
tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur
penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan/pernyataan yang layak untuk
digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.
Karena data jarak tempuh dari desa kekota pada penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner,
sedangkan data tingkat pendidikan desa merupakan data sekunder yang
diperoleh dari kelurahan
kedua desa, agar data kedua variabel
dapat dipasangkan maka data hasil kuesioner yang telah diintervalkan dirata-ratakan pada masing-masing kedua desa. Sehingga akan diperoleh satu nilai yang
mewakili semua hasil kuesioner pada masing-masing kedua
desa tersebut dan dipasangkan dengan data tingkat pendidikan desa masing-masing kedua
desa.
Sedangkan metode
kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Analisis
Regresi Linier Sederhana
Analisis
regresi linier sederhana adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel independent
(X) terhadap variabel dependent (Y).
Dampak dari analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan
menurunnya variabel dependent (tingkat pendidikan desa) dapat dilakukan
melalui menaikkan dan menurunkan keadaan variabel independent (jarak
tempuh dari desa kekota). Atau dengan meningkatkan keadaan variabel dependent
(tingkat pendidikan desa) dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel independent
(jarak tempuh dari desa kekota). Dengan formulasi sebagai berikut:
|
Sumber: Jonathan, 2005:73
|
Sumber:
Jonathan, 2005:73
|
Sumber:
Jonathan, 2005:73
Keterangan:
a =
konstanta (nilai Y pada saat nol)
b = koefesien
regresi
X = nilai variabel independent
Y = nilai variabel dependent
2.
Analisis
Korelasi Pearson
Koefisen korelasi pearson digunakan
untuk mengukur ada atau tidaknya hubungan linier antara variabel independent (X) dan variabel dependent (Y) serta mempunyai tujuan
untuk meyakinkan bahwa pada kenyataannya terdapat hubungan antara pengaruh jarak
tempuh dari desa ke kota terhadap tingkat pendidikan. Dengan formulasi sebagai berikut :
|
Sumber:
Sugiyono, 2009:274
Keterangan :
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah Tahun Yang di Hitung
X =
Variabel Bebas (Independent)
Y=
Variabel Terikat (Dependent)
Koefisien
korelasi mempunyai nilai -1 ≤ r ≤ +1 dimana :
a.
Apabila
r = +1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan sangat kuat dan searah,
artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga akan naik sebesar 1 atau sebaliknya.
b.
Apabila
r = 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lebar atau tidak ada hubungan
sama sekali.
c.
Apabila
r = -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan berlawanan arah,
artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y akan turun sebesar 1 atau sebaliknya.
Untuk
memberikan interpretasi koefisien korelasinya maka penulis menggunakan pedoman
sebagai berikut:
Tabel 3.9
Interpretasi Koefisien
Korelasi
Interval Koefisien
|
Tingkat Hubungan
|
0,00 – 0,25
|
Korelasi
sangat lemah (tidak ada)
|
>0,25 – 0,5
|
Korelasi cukup
|
>0,5 – 0,75
|
Korelasi kuat
|
>0,75 – 1
|
Korelasi sangat kuat
|
Sumber :
SPSS Teori dan Latihan, Jonathan
Sarwono, 2005
3.
Koefisien
Determinasi
Dalam
analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien
determinasi yang sering disebut koefisien penentu, karena besarnya adalah
kuadrat dari koefisien korelasi (r
). Sehingga koefisien ini berguna untuk mengetahui
besarnya kontribusi pengaruh jarak tempuh dari desa kekota, dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

|
Keterangan
:
Kd =
Koefisien Determinasi
r = Koefisien
Korelasi