Home » » CONTOH PENELITIAN SOSIAL KUANTITATIF

CONTOH PENELITIAN SOSIAL KUANTITATIF

Written By Unknown on Kamis, 02 Mei 2013 | Kamis, Mei 02, 2013


PENGARUH JARAK TEMPUH DARI DESA KE KOTA TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN DESA
(Studi pendidikan di desa sidomakmur dengan desa Negara Ratu)
All Tugas
(Penelitian Kuantitatif)
Oleh
A S
1116011014

 
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
T.A 2012

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Daerah yang memiliki system kekerabatan paguyuban biasanya terdapat di daerah yang masih bersifat tradisional salah satunya disebut dengan desa, perekonomian yang bergerak di sektor agraris dan pola perekonomian yang relatif lambat membuat desa selalu dalam keadaan terbelakang dalam hal pembangunan baik itu infrastruktur hingga pendidikan.  jarak tempuh yang jauh dari pusat kota dan aksesnya membuat desa susah berkembang dan bertambah terbelakang. Kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan masih menjadi problem utama dari masyarakat desa itu sendiri maka dari itu pembanguanan sehurusnya di lakukan mulai dari desa kemudian bisa merambah ke ranah yang lebih tinggi seperti ke kecamatan-kecamatan, apabila   kesejahteraan di mulai dari desa maka sebuah kecamatan itu pula yang akan maju kemudian kabupatenya juga terlihat akan gerak pembangunan. Kehidupan di desa memang memiliki kekurangan  mulai dari fasilitas umum sampai dengan fasilitas kehidupan sehari-hari akan tetapi dalam hal pendidikan jangan sampai tertinggal oleh masyarakat yang ada di kota karena pendidikan itu yang penting guna membangun desa dari keterbelakangan di mulai dengan generasi yang terdidik dan pemuda-pemuda yang memberikan akan perubahan bagi tempat tinggalnya.
Jarak tempuh dari desa ke kota biasanya akan mempengaruhi tingkat pendidikan di tempat tersebut, fasilitas yang minim dan keinginan masyarakat dan anak-anak untuk melanjutkan jejang pendidikan yang lebih tinggi sangat rendah, hal ini membuat bertambah buruknya suatu perkembangan desa. Adanya perasaan yang menerima apa adanya inilah yang harus dirubah apabila kemajuan desa akan terlaksana. Pertumbuhan desa memang bisa di lihat apabila sector agrarianya maju dan modern karena disinilah peran desa dalam perekonomian untuk memberikan bahan-bahan dasar kebutuhan manusia yang bersifat primer. Kemajuan akan agraria bisa memaksimalkan pendapatan yang mereka peroleh dengan begitu kemakmuran masyarakat desa bisa maksimal akan tetapi peningkatan pendidikan juga harus ditingkatkan agar pembangunan yang ada di pedesaan lebih seimbang yang tidak hanya pada perekonomianya saja tetapi pembangunana generasi juga harus di utamakan hal ini akan memberikan pembanguna berkelanjutan sacara silmutan karena pertumbuhan sacara terus menerus tidak hanya pada perekonomian saja akan tetapi pendidikan itulah yang akan menunjang generasi muda untuk lebih maju dan dapat bersaing pada dunia yang semakin berkembang.
Permasalahan ini memang menarik untuk di kaji guna mengetahui bagaimana pengaruhnya desa yang memiliki jarah tempuh yang jauh dari kota. Kota memang memiliki berbagai hal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada didalamnya maupun di sekitarnya termasuk dalam dunia pendidikan. Maka dari itu penulis ingin mengetahui seberapa banyak tingkat pendidikan pada masyarakat desa yang memiliki jarak tertentu dari kota.
B.     Identifikasi Masalah
Permasalahan rendahnya pendidikan pada masyarakata desa memang menjadi suatu permasalahan klasik atau permasalahan yang terus terjadi apabila tidak adanya pembangunan di bidang pendidikan. Dalam tingkat pendidikan tidak hanya di lihat pada satu sisi saja akan tetapi berbagai yang mempengaruhi termasuk jarak jauh dari kota. Lalu bagaimanakah tingkat pendidikan masyarakat desa yang memiliki jarak dari kota ? apakah hanya factor jarak jauh saja yang mempengaruhi tingkat pendidikan ? bagaimana perbedaan motivasi untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi pada  anak-anak dan masyarakat desa yang memiliki jarak berbeda dari desa ke kota ?
C.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja yang melatar belakangi tingkat pendidikan di desa ?
2.      Bagaimana hubungan antara desa dan kota pada pendidikan ?
3.      Berapakah jarak tempuh yang bisa mempengaruhi tingkat pendidikan ?


D.    Tujuan Penelitian
1.      Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendidikan yang ada di kedua pedesaan
2.      Untuk mengetahui penyebab tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang ada di ke dua desa
3.      Untuk mengetahui berapa jarak tempuh untuk mencapai ke sekolah di berbagai tingkat pendidikan di antara kedua desa
4.      Untuk mengetahui laju pertumbuhan pendidikan di kedua desa yang mempunyai masing-masing jarak jauh yang berbeda dari kota’

E.     Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat berjalan dengan baik, maka ruang lingkup penelitian ini perlu dibatasi pada;
1.      Variable Bebas
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah jarak tempuh dari desa ke kota
2.      Variable Terikat
Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian adalah tingkat pendidikan di desa.
Penelitian ini terbatas pada pengaruh jarak tempuh dari desa ke kota terhadap tingkat pendidikan desa yaitu untuk mengetahui perbedaan tingkat pendidikan di masing-masing desa yang memiliki jarak tempuh berbeda yang telah kami tentukan


F.      Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada intelektual yang akan meneliti bidang pendidikan khususnya pada kajian sosial. Disamping itu penelititan ini diharapkan agar dapat memberikan dorongan dan motivasi kepada peneliti lain, guna mengembangkan penelitian lanjutan yang belum terungkap dalam penelitian ini agar penelitian lebih lengkap.
2.      Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi pihak yang terkait untuk digunakan sebagai bahan acuan dalam mengembangkan terhadap perkembangan pendidikan pada masyrakat desa.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    LANDASAN TEORI
1.      Desa
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri (Sutardjo Kartohadikusumo, 1953 : 2). Adapun definisi desa dilihat dari pendektan geografis yaitu, Desa merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain (Bintarto, 1983:16).
Desa, atau udik, menurut definisi "universal", adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa (Wikipedia.org/desa). Desa memiliki suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra ribuan jiwa
  2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan
3.      Cara berusaha (ekonomi) aalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. (Paul H Landis, 2012).
Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten (UU no. 22 tahun 1999). Pandangan atau pengertian desa dalam artian administratif sebagai daerah otonom tingkat bawah (The Liang Gie, 1976 : 27), UU 1948/22 adalah lain dengan desa sebagai Inlandsch gemeente Menurut IGO/IGOB. Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan.
Kewenangan desa adalah:
  • Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa
  • Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.
  • Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
  • Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa. (Wikipedia.org/Desa).
Adapun Unsur-unsur desa adalah :
Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak beserta penggunaanya, termasuk juga unsure lokasi, luas dan batas yang merupakan lingkungan geografi setempat.
Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa. Jadi, menyangkut seluk-beluk kehidupan masyarakat  desa (rural society).
Ketiga unsur desa ini tidak lepas satu sama lain, artinya tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan (Bintarto, 1983 : 14). Unsur daerah, penduduk dan tata kehidupan merupakan suatu kesatuan hidup atau “living unit” , daerah menyediakan kemungkinan hidup, penduduk menggunakan kemungkinan yang di sediakan oleh daerah itu guna mempertahankan hidup. Tata kehidupan dalam artian yang baikmemberikan jaminan akan ketenteraman dan keserasian hidup bersama di desa (Bintarto, 1977 : 15).

Fungsi dan Potensi Desa
Desa memiliki fungsi dan potensi yaitu ;
·         Pertama, dalam hubunganya dengan kota, maka desa yang merupakan ‘hinterland’ atau daerah dukung berfungsi sebagai suatu daerah pemberi bahan makan pokok seperti padi, jagung, ketela, disamping bahan makan lain seperti kacang, kedelai, buah-buahan dan bahan makan lain yang berasal dari hewan.
·         Kedua, desa ditinjau dari sudut potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja (man power) yang tidak kecil artinya.
·         Ketiga, dari segi kegiatan kerja (occupation) desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industry, desa nelayan dan sebagainya,
Salah satu peranan pokok desa terletak di bidang ekonomi. Daerah pedesaan merupakan tempat produksi pangan dan produksi komoditi ekspor (Sutopo Suwono, 1980)

Desa mempunyai Potensi Fisis dan Potensi Nonfisis yaitu :
a.       Potensi Fisis
Potensi fisis meliputi antara lain :
- Tanah
- Air
- Iklim
- Ternak
- Sumber Daya Manusia / SDM
b.      Potensi non-fisis
- Masyarakat Desa
Masyarakat desa adalah kelompok sosial dengan hubungan yang erat dengan tingkat solidaritas yang tinggi.
- Lembaga dan Organisasi Sosial
Suatu badan perkumpulan yang membantu masyarakat desa dalam kehidupan sehari-hari. Contoh : KUD / koperasi unit desa, LMD / Lembaga musyawarah desa, LKMD / Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, BKIA / Balai Kesehatan Ibu dan Anak, dan lain sebagainya.
- Aparatur dan Pamong Desa
Aparat desa memiliki tugas untuk menjaga kelancaran administrasi desa dan menggerakkan sdm desa. Contoh : kepada desa / kades, lurah, kepala adat, kepala dusun, dan lain-lain (Bintarto, 1977 : 19-20)


2.  Kota
Kota adalah suatu wadah yang memiliki batasan administrasi wilayah seperti kotamadya dan kota administratif. Kota juga berarati suatu lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris , misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan (Mendagri RI No. 4/ 1980). Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar local (Max Weber).
Sedangkan dari segi geogroafis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yangditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya (Bintarto, 1983 : 36).
Dari berbagai disiplin ilmu Kota memiliki pengertian sebagai berikut :
·          Demografis. Pemusatan penduduk tinggi dengan kepadatan tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
·          Sosiologis. Adanya sifat heterogen, budaya – urbanisasi yang mendominasi budaya desa.
·          Ekonomis. Adanya proporsi lapangan pekerjaan yang dominan di sekitar non pertanian seperti industri, pelayanan jasa, transport dan pedagang.
·          Fisik. Dominasi wilayah terbangun dan struktur binaan.
·          Administrasi. Suatu wilayah wewenang yang dibatasi oleh suatu wilayah yuridikasi yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku (Djoko Sujarto, 1992).
Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota) dan sebagai tempat pemukiman yang relatif besar, berpenduduk padat dan permanen dari individu-individu yang secara sosial heterogen (Schoorl, JW., 1984 : 274). Tidak hanya itu, Kota juga sebagai pusat pelayanan jasa, produksi, distribusi, serta pintu gerbang atau simpul transportasi bagi kawasan permukiman dan wilayah produksi sekitarnya (Bhudy Tjahyati Soegiyoko, 1999).
Kota itu tumbuh tidak dengan sendiriya, melainkan manusialah yang mengembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sehari-hari, kebutuhan sosial, kebutuhan ekonomi, politik dan kebutuhan cultural, ternyata bahwa pola pemukiman dalam hal ini kota, mengalami perubahan dan kemajuan dari zaman ke zaman sesuai dengan kemampuan manusia setempat dan tata geografi daerah tersebut (Bintarto, 1977 : 8).
Ciri fisik kota meliputi hal sebagai berikut:
  • Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan
  • Tersedianya tempat-tempat untuk parkir
  • Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga
Ciri kehidupan kota adalah sebagai berikut:
  • Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
  • Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial di antara warganya.
  • Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan.
  • Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.
  • Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi.
  • Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar.
  • Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi (Bintarto, 1983 : 45).
Teori-teori yang melandasi struktur ruang kota yang paling dikenal yaitu:
  • Teori Konsentris
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/8/89/Gmbrteorikonsentris.jpg
Teori Konsentris
Teori ini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central Business District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota. DPK atau CBD tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama, bagian paling inti atau RBD (Retail Business District) dengan kegiatan dominan pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan dengan peruntukan kegiatan ekonomi skala besar, seperti pasar, pergudangan (warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama (storage buildings).
  1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat, bank, museum, hotel, restoran dan sebagainya.
  2. Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosial ekonomi. Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum karena zona ini dihuni penduduk miskin. Namun demikian sebenarnya zona ini merupakan zona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya.
  3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini yaitu working men's homes.
  4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar.
  5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi.
  6. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran. (Burgess, 1925)
  • Teori Sektoral
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/4/4f/Gmbrteorisektoral.jpg
Teori Sektoral
Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki pengertian yang sama dengan yang diungkapkan oleh Teori Konsentris.
  1. Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kontor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.
  2. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.
  3. Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh.
  4. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma.
  5. Sektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat (Hoyt, 1939).
  • Teori Inti Berganda
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/a/a3/Gmbrteoriintiberganda.jpg/250px-Gmbrteoriintiberganda.jpg
Teori Inti Berganda
Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD adalah pusat kota yang letaknya relatif di tengah-tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu growing points. Zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota, berupa pusat fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat distrik spesialisasi pelayanan, seperti retailing, distrik khusus perbankan, teater dan lain-lain. Namun, ada perbedaan dengan dua teori yang disebutkan di atas, yaitu bahwa pada Teori Pusat Berganda terdapat banyak DPK atau CBD dan letaknya tidak persis di tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar.
  1. Pusat kota atau Central Business District (CBD).
  2. Kawasan niaga dan industri ringan.
  3. Kawasan murbawisma atau permukiman kaum buruh.
  4. Kawasan madyawisma atau permukiman kaum pekerja menengah.
  5. Kawasan adiwisma atau permukiman kaum kaya.
  6. Pusat industri berat.
  7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran.
  8. Upakota, untuk kawasan mudyawisma dan adiwisma.
  9. Upakota (sub-urban) kawasan industry (Harris dan Ullman, 1945)
  • Teori Ketinggian Bangunan
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan struktur kota dapat dilihat dari variabel ketinggian bangunan. DPK atau CBD secara garis besar merupakan daerah dengan harga lahan yang tinggi, aksesibilitas sangat tinggi dan ada kecenderungan membangun struktur perkotaan secara vertikal. Dalam hal ini, maka di DPK atau CBD paling sesuai dengan kegiatan perdagangan (retail activities), karena semakin tinggi aksesibilitas suatu ruang maka ruang tersebut akan ditempati oleh fungsi yang paling kuat ekonominya (Bergel, 1955).
  • Teori Konsektoral
Teori Konsektoral dilandasi oleh struktur ruang kota di Amerika Latin. Dalam teori ini disebutkan bahwa DPK atau CBD merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan dan lapangan pekerjaan. Di daerah ini terjadi proses perubahan yang cepat sehingga mengancam nilai historis dari daerah tersebut. Pada daerah – daerah yang berbatasan dengan DPK atau CBD di kota-kota Amerika Latin masih banyak tempat yang digunakan untuk kegiatan ekonomi, antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi lemah dan sebagian lain dipergunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran (Griffin dan Ford, 1980).
  • Teori Historis
DPK atau CBD dalam teori ini merupakan pusat segala fasilitas kota dan merupakan daerah dengan daya tarik tersendiri dan aksesibilitas yang tinggi (Alonso, 1964).
  • Teori Poros
Menitikberatkan pada peranan transportasi dalam mempengaruhi struktur keruangan kota. Asumsinya adalah mobilitas fungsi-fungsi dan penduduk mempunyai intensitas yang sama dan topografi kota seragam. Faktor utama yang mempengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang menghubungkan CBD dengan daerah bagian luarnya.Aksesibilitas memperhatikan biaya waktu dalam sistem transportasi yang ada. Sepanjang poros transportasi akan mengalami perkembangan lebih besar dibanding zona di antaranya. Zona yang tidak terlayani dengan fasilitas transportasi yang cepat Poros (Babcock, 1960).
3, Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.  (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263). Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16).
Unsur-Unsur Pendidikan  
1.      Input
Sasaran pendidikan, yaitu : individu, kelompok, masyarakat
2.      Pendidik
Yaitu pelaku pendidikan
3.    Proses
Yaitu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain
4.    Output
Yaitu melakukan apa yang diharapkan / perilaku (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16)
Tujuan Pendidikan  
·         Menanamkan pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep
·         Mengubah sikap dan persepsi 
·         Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru  (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 68)
Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan 
Faktor yang mempengaruhi pendidikanadalah sebagai berikut :
 1.  Ideologi 
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan pendidikan.
2.      Sosial Ekonomi 
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 
3.      Sosial Budaya 
Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya.
4.      Perkembangan IPTEK 
Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan agar tidak kalah dengan negara maju. 
5.      Psikologi 
Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih bernilai (Hasbullah, 2001).
B.     KERANGKA PEMIKIRAN
Tingkat pendidikan di  desa memang masih sangat rendah karena memiliki berbagai factor mulai dari factor ekonomi, fasilitas, budaya masyarakat dan termasuk jarak tempuh dari desa ke kota,  pada umumnya pendidikan yang rendah di desa berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan desa yang memiliki cirri bahwa desa yang berpendidikan rendah merupakan desa yang terbelakang dan tidak berkembang.
Adanya pengaruh jarak tempuh dari desa ke kota merupakan memunculkan indicator bahwa tingkat pendidikan desa  yang lebih jauh dari perkotaan memiliki tingkat pindidikan di dalam masyarakatnya masih rendah.
C.     HIPOTESIS PENELITIAN
1.      Jarak tempuh dari desa ke kota terdapat pengaruh terhadap tingkat pendidikan masyarakat desa  yang mempunyai akses lebih jauh dari kota.
2.      Adeanya perbedaan tingkat pendidikan masyarakat desa dari desa yang satu dengan desa yang lain karena mempunyai jarak tempuh dari kota yang berbeda.


BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif Kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi Menghitung data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yakni mencari dan mengumpulkan data yang ada di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.(Nazir, 1998: 51)
B.       Instrumen Penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Pada penelitian ini untuk menguji adanya hubungan Jarak tempuh dari desa kekota(variabel independent (X)) dengan Tingkat pendidikan desa (variabel dependent (Y)) digunakan korelasi pearson product moment, sedangkan untuk menguji adanya pengaruh Jarak tempuh dari desa kekota (variabel independent (X)) dengan Tingkat pendidikan desa (variabel dependent (Y)) digunakan koefisien determinasi.


C.    Populasi dan Sampel

2.      Populasi
Menurut Warsito (1992: 49), populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari mausia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Populasi yang penulis gunakan sebagai objek penelitian adalah masyarakat desa yang terletak di desa Sidomakmur, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur dan Masyarakat desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

3.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, (Arikunto, 2002:29 109). Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis metode random sampling. Teknik sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek-subjek dalam populasi dianggap sama. Adapun caranya adalah dengan memberikan kuisoner kepada masyarakat kedua desa yang akan kami teliti yaitudesa Sidomakmur dan desa Negara Ratu. Menurut Notoatmodjo, 2003 yang terdapat pada Setyarini (2007: 41) untuk mengetahui ukuran sampel representative yang didapat berdasarkan rumus sederhana adalah sebagai berikut:

representative yang didapat berdasarkan rumus sederhana adalah sebagai berikut:
          N
n = --------------
       Nd2 + 1

Dimana:
N : besarnya populasi
n : besarnya sampel
d : tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan 10%.

Dengan rumus tersebut dapat dihitung ukuran sampel dari populasi 9920 dengan mengambil tingkat kepercayaan ( d ) = 10%, sebagai berikut:
           N
n = ---------------
        Nd2 + 1
     

               9920
n = -------------------------
        (9920) (0.10)2 + 1

               
              9920
  = -------------------------
              100,2
  = 99,01
  = 99

        
D.    Definisi Operasional
Operasional Variabel 
Untuk meneliti bagaimana pengaruh jarak tempuh dari desa ke kota terhadap tingkat pendidikan desa, penulis menentukan operasionalisasi variabel sebagai berikut :
  1. Variable Independent atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya dan merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependent (terikat). Data yang menjadi variabel independent (Variabel X) adalah Jarak Tempuh Dari Desa Kekota.
  2. Variable Dependent atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Data yang menjadi variabel dependent (Variabel Y) adalah Tingkat Pendidikan Desa.
Tabel 3.2
 Operasional Variabel
Variabel
Konsep Variabel
Indikator
Skala
No. Kuesioner
Jarak Tempuh Dari Desa Kekota.
(independent)



Jarak tempuh dari desa kekota merupakan bentuk berapa lama atau seberapa jauh akses perjalanan menuju wilayah kota
1.      Jarak kilometer yang jauh.
2.      Minimnya kendaraan atau transportasi
3.      Bentuk fisik jalan
Ordinal

1 - 3
4 – 5

6 - 7
Tingkat Pendidikan Desa (dependent)
Tingkat pendidikan desa merupakan ukuran tinggi dan rendahnya pendidikan yang ada di desa
1.    Perekonomian keluarga
2.       Kepedulian masyarakat desa terhadap Pendidikan
3.       Pekerjaan orang tua

Rasio

















Dalam operasionalisasi variabel ini variabel indepandent (X) menggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Sugiyono adalah: “Skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct yang diukur.” (2009:98)
Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.
Skala likert menurut Sugiyono adalah sebagai berikut: “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.” (2009:86)
Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3
Skala Likert Untuk Kuesioner Positif
Jawaban Responden
Skor
Sangat Setuju
5
Setuju
4
Kurang Setuju
3
Tidak Setuju
2
Sangat Tidak Setuju
1

 
            
Sedangkan skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan negatif adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Skala Likert Untuk Kuesioner Negatif
Jawaban Responden
Skor
Sangat Setuju
1
Setuju
2
Kurang Setuju
3
Tidak Setuju
4
Sangat Tidak Setuju
5

Sedangkan pada variabel dependent (Y) menggunakan skala ukur rasio. Menurut Bambang Jatmiko menyatakan bahwa:
“Rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan dan jarak atau interval antar tingkatkan sudah jelas dan memiliki nilai  0 (nol) yang mutlak”. (2008:41)

E.     Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.         Penelitian Lapangan (Field Research), dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer (data yang diambil langsung dari perusahaan).
Data primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut:
a.       Metode pengamatan atau Observasi adalah pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung pada objek yang sedang diteliti. Dalam penulisan laporan ini, penulis mengadakan pengamatan langsung pada masyarakat di kedua desa yaitu desa Sidomakmur Kec.Melinting Kab. Lampung Timur dan desa Negara Ratu Kec. Natar Kab. Lampung Selatan
b.      Metode wawancara atau Interview adalah pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pihak yang terkait langsung dengan permasalahan yang penulis teliti. Pada penelitian ini interview di lakukan pada beberapa masyarakat yang akan di jadikan sampel
c.       Kuesioner
Teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tertutup suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dan yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang menjadi objek
2.      Studi Pustaka (Library Research), merupakan data sekunder penelitian yang dilakukan untuk menghimpun teori-teori, pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yang diperoleh dari buku-buku kepustakaan serta literature lainnya yang dijadikan sebagai landasan teoritis dalam rangka melakukan pembahasan.
F.      Analisis Data
Berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian, maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan penelitian verifikatif.
Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan.
  1. Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh jarak tempuh dari desa kekota terhadap tingkat pendidikan desa.
  2. Penelitian Verifikatif adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y) yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.
1.    Metode Analisis Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metode pengolahan data berbentuk angka. Karena data variabel independent (X) (jarak tempuh dari desa kekota) yang dikumpulkan melalui kuesioner masih memiliki skala ordinal, maka sebelum di olah dan dipasangkan dengan data variabel dependent (Y) (tingkat pendidikan desa) berbentuk rasio, data ordinal terlebih dahulu dikonversi menjadi data interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI). Menurut Syarifudin Hidayat pengertian Method of Successive Interval  adalah: ”Metode Successive Interval adalah metode penskalaan untuk menaikan skala pengukuran ordinal ke skala pengukuran interval”. (2005:55)
Successive Interval dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.      Perhatikan nilai jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner
2.      Untuk setiap pertanyaan tersebut, lakukan perhitungan ada berapa responden yang menjawab skor 1, 2, 3, 4, 5  = frekuensi ( f )
3.      Setiap  frekuensi  dibagi dengan banyaknya n responden dan hasilnya = proporsi ( p )
4.      Kemudian hitung proporsi kumulatifnya ( pk )
5.      Dengan menggunakan tabel normal, dihitung nilai distribusi normal (Z) untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.


6.      Tentukan nilai densitas normal ( fd ) yang sesuai dengan nilai Z
7.      Tentukan nilai interval ( scale value ) untuk setiap skor jawaban dengan rumus sebagai berikut :
8.      Sesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu Skala Value (SV) yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan jawaban responden yang terkecil melalui transformasi berikut ini:

Transformed Scale Value    :  SV = - { Min data – Min SV }


Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan/pernyataan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.
Karena data jarak tempuh dari desa kekota pada penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner, sedangkan data tingkat pendidikan desa merupakan data sekunder yang diperoleh dari kelurahan kedua desa, agar data kedua variabel dapat dipasangkan maka data hasil kuesioner yang telah diintervalkan dirata-ratakan pada masing-masing kedua desa. Sehingga akan diperoleh satu nilai yang mewakili semua hasil kuesioner pada masing-masing kedua desa tersebut dan dipasangkan dengan data tingkat pendidikan desa  masing-masing kedua desa.

Sedangkan metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.    Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y). Dampak dari analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel dependent (tingkat pendidikan desa) dapat dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan keadaan variabel independent (jarak tempuh dari desa kekota). Atau dengan meningkatkan keadaan variabel dependent (tingkat pendidikan desa) dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel independent (jarak tempuh dari desa kekota). Dengan formulasi sebagai berikut:
Y = a + b X
 
                                                                                          
                                                                  Sumber:  Jonathan, 2005:73
 
Dimana nilai a dan b dicari terlebih dahulu dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:


                Sumber:  Jonathan, 2005:73
 
 




                Sumber:  Jonathan, 2005:73

Keterangan:
 a  = konstanta (nilai Y pada saat  nol)
 b  = koefesien regresi
X  = nilai variabel independent
Y  = nilai variabel dependent
2.    Analisis Korelasi Pearson
Koefisen korelasi pearson digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya hubungan linier antara variabel independent (X) dan variabel dependent (Y) serta mempunyai tujuan untuk meyakinkan bahwa pada kenyataannya terdapat hubungan antara pengaruh jarak tempuh dari desa ke kota terhadap tingkat pendidikan. Dengan formulasi sebagai berikut :
 
 


Sumber: Sugiyono, 2009:274
Keterangan :
                        r = Koefisien Korelasi                              
                        n = Jumlah Tahun Yang di Hitung
                        X = Variabel Bebas (Independent)     
Y= Variabel Terikat (Dependent)
Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 ≤ r ≤ +1 dimana :
a.    Apabila r = +1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan sangat kuat dan searah, artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga akan naik sebesar 1 atau sebaliknya.
b.   Apabila r = 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lebar atau tidak ada hubungan sama sekali.
c.    Apabila r = -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y akan turun sebesar 1 atau sebaliknya.

Untuk memberikan interpretasi koefisien korelasinya maka penulis menggunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 3.9
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,25
Korelasi sangat lemah (tidak ada)
>0,25 – 0,5
Korelasi cukup
>0,5 – 0,75
Korelasi kuat
>0,75 – 1
Korelasi sangat kuat
       Sumber : SPSS Teori dan Latihan, Jonathan Sarwono, 2005
3.    Koefisien Determinasi
Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi yang sering disebut koefisien penentu, karena besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r). Sehingga koefisien ini berguna untuk mengetahui besarnya kontribusi pengaruh jarak tempuh dari desa kekota, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
                                                                                        
Kd = (r)2 x 100 %
 
                        Sumber:  Jonathan, 2005:72
Keterangan :
Kd = Koefisien Determinasi
r     = Koefisien Korelasi



Share this article :

Kunjungan

Update

 
Copyright © 2013. BERBAGI ILMU SOSIAL - All Rights Reserved | Supported by : Creating Website | Arif Sobarudin