Kepala Divisi Anti-teror Uni Eropa, Gilles de Kerchove, menyampaikan hal ini kepada media Inggris dan dilansir PressTV, Rabu (24/4/2013). Menurutnya, sekitar 500 warga negara Eropa yang ada di Suriah ikut bergabung dengan kelompok pemberontak melawan rezim Presiden Assad.
Kerchove menyatakan, paling banyak warga negara Inggris, Irlandia dan Prancis yang ada di Suriah saat ini. Kemungkinan besar mereka juga ikut bergabung dengan pembrontak Suriah.
Namun Kerchove memperingatkan, warga negara Eropa yang bergabung dengan pemberontak tersebut rawan diradikalisasi. Bahkan, bisa menjadi ancaman serius ketika mereka pulang ke negara asalnya.
Pada Senin (22/4) lalu, sejumlah menteri luar negeri Uni Eropa bertemu di Luxemburg dan mencabut embargo minyak terhadap Suriah. Hal ini demi membantu kelompok pemberontak militan Suriah yang disokong negara-negara Barat.
Di bawah keputusan ini, negara-negara Eropa diperbolehkan untuk memberi minyak dari militan Suriah, yang secara tidak langsung menyediakan bantuan dana bagi mereka untuk membeli lebih banyak senjata.
Suriah dilanda krisis sejak Maret 2011 lalu dan terus berlangsung hingga saat ini. Puluhan ribu orang, termasuk tentara pemerintah Suriah, tewas dalam konflik berdarah ini.
Presiden Assad dituding melakukan pelanggaran HAM terhadap rakyatnya sendiri, didesak mundur dari jabatannya. Namun Assad selalu menolak mundur dan menuding konflik di negaranya didalangi oleh teroris dari luar negeri.