Home » » DONGENG ; PRAJURIT Vs PATIH

DONGENG ; PRAJURIT Vs PATIH

Written By Unknown on Selasa, 12 Maret 2013 | Selasa, Maret 12, 2013

Ombak itu terlihat tenang di tengah lautan yang luas ini. Sepanjang mata memandang hanya air yang terlihat. Meskipun dalam penglihatan air itu tenang, dalam yang dirasakan perahu sang raja tidak demikian. Perahu itu sedikit bergoyang karena ombak yang bergelombang meskipun tidak besar. Perahu kecil itu seperti titik yang berada di atas kertas warna biru.
Lautan luas yang tenang itu tidak ada yang mengerti berisi apa saja. Binatang lucu seperti kuda laut dan ikan-ikan cantik terlihat jelas di dasar laut, serta rumput laut yang bergoyang mengikuti arus ombak tak dapat terhindar dari mata biasa yang melihatnya. Karang-karang yang menjadi rumah para ikan-ikan itu sudah sepantasnya mendapat perlindungan karena keindahannya yang mempesona semua mata memandang.

Namun, dibalik semua keindahan itu pasti ada hal lain yang tidak diduga. Seekor hiu tiba-tiba mendekati perahu kecil yang dinaungi oleh sang raja, patih, dan prajuritnya itu. Sang raja dan patih terlihat panik ketika hiu tersebut mulai mendorong-dorong perahunya. Sang raja terus memanggil patihnya untuk meminta pertolongan.
Sang patih terdiam sejenak dan meminta raja untuk diam pula seperti dirinya. Hiu tersebut mendadak berhenti mendorong perahu kecil sang raja. Sang raja dan patih berdiam sambil berpikir bagaimana cara mereka menghadapi hiu tersebut jika menyerang kembali. Prajurit yang sejak tadi hanya mendayung perahu mengambil suaranya,
“Bagaimana jika kita tombak saja hiu tersebut jika ia menyerang kembali?” Prajurit berkata.
Sang patih berpikir sejenak dan langsung menyanggah perkataan prajurit tersebut, “Tidak, jangan sampai kita membunuhnya hanya untuk menyelamatkan diri sendiri. Hiu tersebut pasti juga mempunyai alasan mendorong perahu kecil kita. Jika tidak, kenapa ia tidak langsung memakan kita yang kecil ini?”
Sang rajapun berpikir dua kali dengan apa yang diucapkan patih. Mungkin saja hiu tersebut ingin menunjukkan sesuatu kepada sekelompok orang dalam perahu kecil yang tersesat di tengah laut seperti ini. Benar saja, ketika semua terdiam hiu tersebut kembali mendorong-dorong perahu kecil sang raja. Prajurit sudah bersiap dengan tombak ditangannya untuk menghantam tubuh hiu besar tersebut.
Tiba-tiba raja menghentikan aksi prajurit dengan teriakannya yang cukup besar. Prajuritpun meletakkan kembali tombak tersebut ke lantai perahu kecil. Mereka bertiga memandangi apa yang telah dilakukan hiu terhadap perahu kecil mereka. Hiu tersebut hanya terus mendorong perahu kecil tersebut sampai terlihat daratan. Ketika air mulai dangkal, hiu tersebut berhenti mendorong dan kembali ke lautan.
Sang raja kemudian menyuruh prajurit untuk mendayung perahu kecil yang didiami mereka menuju daratan, kemudian sang raja meminta patih untuk mendekat padanya lalu berdiskusi bagaimana caranya untuk tetap bertahan hidup dan kembali ke kerajaan. Saat masih di lautan menuju daratan, prajurit berbisik kepada sang raja,
“Wahai rajaku, aku tidak menyalahkanmu, tetapi aku hanya hendak bertanya. Mengapa aku yang bekerja keras seperti mendayung kapal ini hanya mendapat upah yang pas-pasan? Sedangkan patih yang kerjanya hanya mengobrol dengan raja dan tidak melakukan hal-hal yang berat mendapatkan upah yang tinggi dari engkau rajaku?”
Sang raja tersenyum dan berkata, “Prajuritku, nanti akan kutunjukkan jawabannya.”
Tak lama kemudian, mereka tiba di daratan tersebut. Daratan yang sunyi di pinggir pantainya, menandakan pulau tersebut seperti belum terjamah manusia. Namun, betapa kagetnya sang raja saat mendengar suara  bising dari dalam hutan. Sontak sang rajapun memanggil prajurit tanpa sepengetahuan patihnya.
“Prajurit, tolong kamu lihat apa yang terjadi di dalam hutan tersebut.” Sang raja meminta.
Tanpa berpikir panjang, prajurit langsung meluncur ke dalam hutan melihat keadaan. Tak lama kemudia prajurit kembali menghampiri sang raja.
“Ada segerombolan monyet liar sedang berkumpul di tengah hutan raja.” Ujar prajurit.
“Apa yang dilakukannya hingga menimbulkan suara bising seperti itu?” Sangraja bertanya.
“Sebentar raja, akan saya lihat.” Prajurit menjawab.
Prajurit kembali masuk ke tengah hutan melihat keadaan lalu segera kembali menghadap sang raja seperti sebelumnya.
“Ternyata segerombolan monyet sedang bermain bola api rajaku.” Ujar prajurit.
“Ada berapa monyet hingga suara bising itu tak ada hentinya?” Raja bertanya kembali.
Dengan secepat kilat prajurit itu berlari masuk ke dalam hutan lagi dan dengan nafas terengah-engah prajurit itu menyampaikan apa yang ditanyakan raja kepadanya.
“Ada sekitar 50 ekor monyet liar yang sedang bermain bola api rajaku.” Ujar prajurit sambil mencarin oksigen. Setelah menjawab prajurit bertanya kepada raja, “Apakah masih ada yang ditanyakan lagi rajaku?”
“Baik, sudah cukup. Terima kasih.” Jawab raja. “Sekarang perhatikanlah.” Raja meminta dengan senyumnya.
“Patih, tolong lihat apa yang terjadi di dalam hutan.” Sang raja meminta patihnya.
Patih dengan tenang berjalan memasuki hutan menuju tempat bising tersebut. Setelah melihat asal suara tersebut, patih kembali dan menghampiri sang raja. Sang raja bertanya kembali, “Apa yang terjadi di dalam hutan patih?”
Prajurit masih memperhatikan apa yang ingin ditunjukkan oleh sang raja.
“Ada segerombolan monyet liat sekitar 50 ekor. Mereka sedang berkumpul bermain bola api di tengah hutan. Kemudian saya melihat banyak makanan di sekitarnya, mungkin mereka juga sedang mengadakan pesta karena banyak makanan di dalam hutan. Ada yang ingin ditanyakan kembali rajaku?” Ujar patih dengan panjang lebar.
“Sudah cukup, terima kasih.” Jawab sang raja.
Sang raja langsung menghampiri prajuritnya dan berkata, “Itu adalah jawaban dari pertanyaanmu tadi wahai prajuritku. Apakah kamu mengerti sekarang? Pikirkanlah!!
Galang Wicaksono
Jakarta-Semarang, 28 Febuari 2013
09.23. Waktu Laptop tua renta
Share this article :

Kunjungan

Update

 
Copyright © 2013. BERBAGI ILMU SOSIAL - All Rights Reserved | Supported by : Creating Website | Arif Sobarudin