POPE URBAN II 1042-1099
Seratus
Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat
Terus terang saja, tak banyak
lagi orang yang ingat siapa itu Paus Urban II, walaupun sesungguhnya tidak banyak
orang yang punya pengaruh begitu kuat dan langsung dalam sejarah manusia
seperti Paus Urban II. Apa sebab? Karena dialah Paus yang menggerakkan orang
Kristen berperang merebut kembali tanah suci dari orang-orang Islam. Dari
situlah bermula Perang Salib.
Paus Urban --nama aslinya Odo de
Lagery-- dilahirkan sekitar tahun 1042 dekat kota Chatillon-sur-Marne di
Perancis. Dia berasal dari famili bangsawan Perancis dan peroleh pendidikan
yang baik. Selagi muda dia seorang pendeta di kota Rheims. Kemudian, naik
setingkat demi setingkat, jadi bishop, lantas akhirnya terpilih jadi Paus tahun
1088.
Dia seorang Paus yang kuat,
efektif dan politikus peka menghadapi keadaan yang menguntungkan. Tapi, bukan
lantaran itu semua yang membikin namanya tercantum dalam urutan daftar buku
ini. Tindakan yang terutama membikin dia dikenang adalah kejadian tanggal 27
Nopember 1095. Dia memprakarsai dan menggerakkan suatu persidangan dewan gereja
yang besar di kota Clermont, Perancis. Di sana, di muka beribu-ribu massa Urban
mengucapkan pidato yang barangkali paling efektif dalam sejarah, suatu pidato
yang mempengaruhi Eropa berabad-abad berikutnya. Dalam pidatonya itu dia
memprotes keras terhadap orang Seljuk Turki yang dianggapnya menduduki Tanah
Suci, mengotori tempat-tempat keramat orang Kristen dan mengganggu
peziarah-peziarah Kristen. Urban berseru kepada seluruh dunia Kristen bersatu
gandeng-bergandeng tangan dalam sebuah "perang suci" untuk merebut
kembali Tanah Suci orang Kristen. Pidato itu memang brilian. Dia menggugah sentimen
agama, dia menggugah hasrat-hasrat manusiawi yang lazim, dia memberi gambaran
kebahagiaan bukan saja spiritual melainkan pula material. Dia tunjukkan dalam
pidato yang hebat itu betapa Tanah Suci itu merupakan daerah subur dan kaya,
jauh lebih subur dan kaya ketimbang negeri-negeri orang Kristen di Eropa. Dan
tak lupa Urban menjamin barang siapa yang ikut Perang Salib ini akan terbebas
dari hukuman balasan, akan terbebas dari dosa.
Tentu saja, pidato yang begitu
memikat ditilik dari segala sudut, mendapat sambutan meriah dan menggemparkan.
Motif-motif kepentingan pribadi bergejolak dan mencari pintu pemenuhannya.
Sebelum dia mengakhiri pidatonya, massa banyak berteriak, "Deus le
Volt!" (Tuhan menghendakinya). Teriakan ini segera menjadi teriakan perang
para peserta Perang Salib. Dalam tempo hanya selang beberapa bulan, Perang
Salib pertama pun meledak. Ledakan pertama ini diikuti dengan rentetan panjang
perang suci (ada delapan perang besar dan banyak perang kecil lainnya) yang
memakan waktu sekitar 200 tahunan. Urban sendiri wafat tahun 1099, dua minggu
sesudah Perang Salib pertama berhasil merebut Darussalam. Tampaknya, berita itu
belum sampai ke telinga Urban. Dia sudah tiada lebih dulu.
Tampaknya kurang begitu perlu
menjelaskan arti penting Perang Salib. Seperti halnya tiap perang, perang apa
saja, peristiwa itu punya pengaruh langsung terhadap mereka yang terlibat,
begitu pula terhadap penduduk sipil yang kena tawan. Bagaimanapun layak
dicatat, Perang Salib mendekatkan Eropa dengan Byzantium dan budaya Islam yang
saat itu lebih maju ketimbang budaya Eropa. Kontak ini merintis jalan ke arah
jaman "Renaissance" yang pada gilirannya lebih menyemarakkan
perkembangan peradaban Eropa.
Paus Urban II tercantum di
daftar ini bukan semata lantaran arti pentingnya dalam hubungan Perang Salib,
tetapi tampaknya perang itu tak akan pecah andaikata Urban tidak pernah hadir
di dunia ini dan tanpa inspirasi yang diberikannya. Memang, kondisinya sudah
matang. Sebab, kalau kondisinya belum sampai begitu, pidato Urban hanya seperti
jatuh ke kuping orang tuli. Tidak akan ada pengaruh apa-apa. Tetapi, memang
memulai suatu gerakan di Eropa memerlukan kepemimpinan tokoh sentral. Tak ada
raja-raja setempat yang becus melakukan itu. (Taruhlah andaikata seorang kaisar
Jerman memaklumkan perang melawan Turki dan menggerakkan Angkatan
Bersenjatanya, rasanya boleh diragukan akan banyak pangeran-pangeran Inggris
yang menyertainya). Hanya ada satu tokoh di Eropa Barat yang kekuasaan dan
wibawanya mampu melangkahi perbatasan negeri. Dan orang itu adalah Paus. Cuma
Paus yang mampu mengusulkan rencana yang melibatkan seluruh kerajaan Eropa
Barat dengan harapan sebanyak mungkin orang ambil bagian. Tanpa kepemimpinan
Paus dan tanpa pidato dramatis yang diucapkannya, gerakan massa yang namanya
Perang Salib itu tak akan pernah terjadi.
Begitu juga, andaikata ada Paus
lain, kecil kemungkinan dia melangkah ke depan menyuguhkan suatu ide Perang
Salib. Sebab, usul macam begini bukanlah suatu sikap praktis. Sebab umumnya
pemimpin yang menengok ke kanan dan ke kiri berulang kali sebelum mengambil
sikap biasanya enggan menentukan garis langkah yang menyimpang dari kebiasaan,
karena konsekuensinya sulit diramalkan. Mengandung keserbatidakpastian. Tetapi,
Paus Urban II berani berbuat begitu. Dan dengan langkah itu malahan dia menjadi
tokoh yang lebih besar dan memberikan pengaruh jangka panjang kepada sejarah
kemanusiaan, lebih melekat ketimbang lain-lain manusia masyhur.