BAGAIMANA PACARAN MENURUT ISLAM ?
sumber : Ngaji Salaf 2000
Pada pembahasan sesion ini kita akan mengangkat masalah
pacaran. Pacaran yang sudah merupakan fenomena mengejala dan bahkan sudah
seperti jamur dimusim hujan menjadi sebuah ajang idola bagi remaja . Cinta
memang sebuah anugerah, cinta hadir untuk memaniskan hidup di dunia apalagi rasa cinta kepada
lawan jenis, sang pujaan hati atau sang kekeasih hati menjadikan cinta itu
begitu terasa manis bahkan kalo orang bilang bila orang udah cinta maka empedu
pun terasa seperti gula. Begitulah cinta, sungguh hal yang telah banyak
menjerumuskan kaum muslimin ke dalam jurang kenistaan manakala tidak berada
dalam jalur rel yang benar. Mereka sudah tidak tahu lagi mana cinta yang
dibolehkan dan mana yang dilarang.
Kehidupan seorang muslim atau muslimah tanpa pacaran adalah
hambar, begitulah kata mereka. Kalau dikatakan nggak usah kamu pacaran maka
serentak ia akan mengatakan " Lha kalo nggak pacaran, gimana kita bisa
ngenal calon pendamping kita ?". kalo dikatakan pacaran itu haram akan
dikatakan, " pacaran yang gimana dulu.". Beginilah keadaan kaum muda
sekarang, racun syubhat, dan racun membela hawa nafsu sudah menjadi sebuah
hakim akan hukum halal-haram, boleh dan
tidak. Tragis memang kondisi kita ini, terutama yang muslimah. Mereka para
muslimah kebanyakan berlomba-lomba untuk mendapatkan sang pacar atau sang
kekasih, apa sebabnya, " Aku takut nggak dapat jodoh ". Muslimah
banyak ketakutannya tentang calon pendamping, karena mereka tahu bahwa perbandingan
laki-laki dan perempuan adalah 1 : 5. Tapi apakah jalan pacaran sebagai
penyelesaian ? Jawabnya Tidak. Bagaimana bisa, kita ikuti selengkapnya
pembahasan ini sebagai berikut, ( diambil dari buku Pacaran dalam Kacamata
Islam karya Abdurrahman al-Mukaffi)
Dikatakan beliau bahwa
pacaran dikategorikan sebagai nafsu syahwat yang tidak dirahmati oleh
Allah, karena ketiga rukun yang menumbuhkan rasa cinta menyatu di luar
perkawinan. Hal ini dilakukan dengan dalih sebagai suatu penjajakan guna
mencari partner yang ideal dan serasi bagi masing-masing pihak. Tapi dalam
kenyataannya masa penjajakan ini tidak lebiih dimanfaatkan sebagai pengumbaran
nafsu syahwat semata-mata, bukan bertujuan secepatnya untuk melaksanakan
perkawinan
Hal ini tercermin dari anggapan mereka bahwa merasakan ideal
dalam memilih partner jika ada sifat-sifat sebagai berikut :
Mereka merasa beruntung sekali jika selalu dapat berduaan,
dan berpisah dalam waktu pendek saja tidak tahan rasanya. Dan keduanya merasa
satu sama lain saling memerlukan.
Mereka merasa cocok satu sama lainnya. Karena segala
permasalahan yang sedang dihadapi dan dirasakan menjadi masalah yang perlu
dicari pemecahannya bersama. Hal ini dimungkinkan karena mereka satu dengan
lainnya merasa dapat mencapai saling pengertian dalam seluruh aspek
kehidupannya.
Mereka satu sama lain senantiasa berusaha sekuat tenaga
untuk menuruti kemauan sang kekasih. Hal ini dimungkinkan karena perasaan cinta
yang telah tumbuh secra sempurna dengan pertautan yang kuat.
Tapi tanpa disadari, pacaran itu sendiri telah melambungkan
perasaan cinta makin tinggi. Di sisi lain pacaran menjurus pada hubungan intim
yang merusak cinta, melemahkan dan meruntuhkannya. Karena pada hakekatnya
hubungan intim dalam pacaran adalah tujuan yang hendak dicapai dalam pacaran.
Oleh karena itu orang yang pacaran selalu mendambakan kesyahduan. Dengan
tercapainya tujuan tersebut kemungkinan tuntutannya pun mereda dan gejolak
cintanya melemah. Hingga kebencian menghantui si bunga yang telah layu, karena
si kumbang belang telah menghisap kehormatan secara haram.
Tak ubahnya seperti apa yang dinginkan oleh seorang pemuda
untuk memadu cinta dengan dara jelita kembang desanya. dalam pandangannya sang
dara tampak begitu sempurna. Higga kala itu pikiran pun hanyut, malam
terkenang, siang terbayang, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak, selalu
terbayang si dia yang tersayang. Hingga
tunas kerinduan menjamur menggapai tangan, menggelitik sambil berbisik. Bisikan
nan gemulai, tawa-tawa kecil kian membelai, canda-canda hingga terkulai, karena
asyik, cinta pun telah menggulai. Menggulai awan yang mengawang, merobek cinta
yang tinggi membintang, hingga luka mengubur cinta.
Bagaimana pandangan Ibnu Qoyyim tentang hal ini ? Kata Ibnu
Qoyyim, " Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta.
Malah, cinta diantara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan
bermusuhan. Karena bila keduanya telah merasakan kenikmatan dan cita rasa
cinta, tidak boleh tidak akan timbul keinginan lain yang tidak diperoleh
sebelumnya. "
" Bohong !" Itulah pandangan mereka guna membela
hawa nafsunya yang dimurkai Allah, yakni berpacaran. Karena mereka telah
tersosialisasi dengan keadaan seperti ini, seolah-olah mengharuskan adanya
pacaran dengan bercintaan secara haram. Bahkan lebih dari itu mereka berani
mengikrarkan, bahwa cinta yang dilahirkan bersama dengan sang pacar adalah
cinta suci dan bukan cinta birahi. Hal ini didengung-dengungkan, dipublikasikan
dalam segala bentuk media, entah cetak maupun elektronika. Entah yang legal
maupun ilegal. Padahal yang diistilahkan kesucian dalam islam adalah bukanlah
semata-mata kepemudaan, kegadisan dan selaput dara saja. Lebih dari itu,
kesucian mata, telinga, hidung, tangan dan sekujur anggota tubuh, bahkan
kesucian hati wajib dijaga. Zinanya mata adalah berpandangan dengan lawan jenis
yang bukan muhrimnya, zinanya hati adalah
membayangkan dan menghayal, zinannya tangan adalah menyentuh tubuh
wanita yang bukan muhrim. Dan pacaran adalah refleksi hubungan intim, dan
merupakan ring empuk untuk memberi kesempatan terjadinya segala macam zina ini.
Rasulullah bersabda,
" Telah tertulis atas anak adam nasibnya dari hal zina.
Akan bertemu dalam hidupnya, tak dapat tidak. Zinanya mata adalah melihat, zina
telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan adalah
menyentuh, zina kaki adalah berjalan, zina hati adalah ingin dan
berangan-angan. Dibenarkan hal ini oleh kelaminnya atau didustakannya."
Jika kita sejenak mau introspeksi diri dan mengkaji hadist
ini dengan kepala dingin maka dapat dipastikan bahwa segala macam bentuk zina
terjadi karena motivasi yang tinggi dari rasa tak pernah puas sebagai watak
khas makhluk yang bernama manusia. Dan kapan saja, diman saja, perasaan tak
pernah puas itu selalu memegang peranan. Seperti halnya dalam berpacaran
ini. Pacaran adalah sebuah proses
ketidakpuasan yang terus berlanjut untuk sebuah pembuktian cinta. Kita lihat
secara umum tahapan dalam pacaran.
Perjumpaan pertama, yaitu perjumpan keduanya yang belum
saling kenal. Kemudian berkenalan baik melalui perantara teman atau inisiatif
sendiri. hasrat ingin berkenalan ini begitu menggebu karena dirasakan ada
sifat2 yang menjadi sebab keduanya merasakan getaran yang lain dalam dada.
Hubungan pun berlanjut, penilaian terhadap sang kenalan terasa begitu
manis, pertama ia nilai dengan daya
tarik fisik dan penampilannya, mata sebagai juri. Senyum pun mengiringi,
kemudian tertegun akhirnya , akhirnya jantung berdebar, dan hati rindu
menggelora. Pertanyaan yang timbul kemudaian adalah kata-kata pujian, kemudian
ia tuliskan dalam buku diary, "Akankah ia mencintaiku." Bila bertemu
ia akan pandang berlama-lama, ia akan puaskan rasa rindu dalam dadanya.
Pengungkapan diri dan pertalian, disinilah tahap ucapan I
Love You, "Aku mencintaimu". Si Juliet akan sebagai penjual akan
menawarkan cintanya dengan rasa malu, dan sang Romeo akan membelinya dengan,
"I LOve You". Jika Juliet diam dengan tersipu dan tertunduk malu,
maka sang Romeo pun telah cukup mengerti dengan sikap itu. Kesepakatan pun dibuat, ada ijin sang romeo untuk datang
kerumah, "Apel Mingguan atau Wakuncar ". Kapan pun sang Romeo pengin
datang maka pintu pun terbuka dan di sinilah mereka akan menumpahkan perasaan
masing-masing, persoalanmu menjadi persoalannya, sedihmu menjadi sedihnya,
sukamu menjadi riangnya, hatimu menjadi hatinya, bahkan jiwamu menjadi hidupnya.
Sepakat pengin terus bersama, berjanji sehidup semati, berjanji sampai rumah
tangga. Asyik dan syahdu.
Pembuktian, inilah sebuah pengungkapan diri, rasa cinta yang
menggelora pada sang kekasih seakan tak mampu untuk menolak ajakan sang
kekasih. " buktikan cintamu sayangku". Hal ini menjadikan perasaan
masing-masing saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan diantara keduanya.
Bila sudah seperti ini ajakan ciuman bahkan bersenggama pun sulit untuk
ditolak. Na'udzubillah
Begitulah akhirnya mereka berdua telah terjerumus dalam
nafsu syahwat, tali-tali iblis telah mengikat. Mereka jadi terbiasa jalan
berdua bergandengan tangan, canda gurau dengan cubit sayang, senyum tawa sambil
bergelayutan, dan cium sayang melepas
abang. Kunjungan kesatu, kedua, ketiga, keseratus, keseribu, dan yang tinggal
sekarang adalah suasana usang, bosan, dan menjenuhkan percintaan . Segalanya
telah diberikan sang juliet, Juliet pun menuntut sang Romeo bertanggung jawab ?
Ternyata sang romeo pergi tanpa pesan walaupun datang dengan kesan. Sungguh
malang nasib Juliet.
Wahai para Muslimah sadarlah akan lamunan kalian ,
bayang-bayang cinta yang suci, bukanlah
dengan pacaran , cobalah pikirkan buat kamu muslimah yang masih bergelimang
dengan pacaran atau kalian wahai pemuda yang suka gonta-ganti pacar. Cobalah
jawab dengan hati jujur pertanyaan-pertanyaan berikut dan renungkan ! Kami
tanya :
Apakah kamu dapat berlaku jujur tentang hal adegan yang
pernah kamu kamu lakukan waktu pacaran dengan si A,B,C s/d Z kepada calon
pasangan yang akan menjadi istri atau suami kamu yang sesungguhnya ? Kalau
tidak kenapa kamu berani mengatakan, pacaran merupakan suatu bentuk pengenalan
kepribadian antara dua insan yang saling jatuh cinta dengan dilandasi sikap
saling percaya ? Sedangkan kenapa kepada calon pasangan hidup kamu yang
sesungguhnya kamu berdusta ? Bukankah sikap keterbukaan merupakan salah satu
kunci terbinanya keluarga sakinah?
Mengapa kamu pusing tujuh keliling untuk memutuskan
seseorang menjadi pendamping hidupmu ? Apakah kamu takut mendapat pendamping
yang setelah sekian kali pindah tangan ? " Aku ingin calon pendamping yang
baik-baik" Kamu katakan seperti ini tapi mengapa kamu begitu gemar
pacaran, hingga melahirkan korban baru yang siap pindah tangan dengan kondisi "
Aku bukan calon pendamping yang baik" , bekas dari tanganmu, sungguh bekas
tanganmu ?
Jika kamu disuruh memilih diantara dua calon pasangan hidup
kamu antara yang satu pernah pacaran dan yang satu begitu teguh memegang
syari'at agama, yang mana yang akan kamu pilih ? Tentu yang teguh dalam
memegangi agama, ya Khan ? Tapi kenapa kamu berpacaran dengan yang lain
sementara kamu menginginkan pendamping yang bersih ?
Bagaimana perasaan kamu jika mengetahui istri/ suami kamu
sekarang punya nostalgia berpacaran yang sampai terjadi tidak suci lagi ? Tentu
kecewa bukan kepalang. Tetapi mengapa sekarang kamu melakukan itu kepada orang
yang itu akan menjadi pendamping hidup orang lain ?
Kalaupun istri/suami kamu sekarang mau membuka mulut tentang
nostalgia berpacaran sebelum menikah dengan kamu. Apakah kamu percaya jika dia
bilang kala itu kami berdua hanya bicara biasa-biasa saja dan tidak saling
bersentuhan tangan ? Kalau tidak kenapa ketika pacaran bersentuhan tangan dan
berciuman kamu bilang sebagai bumbu penyedap ?
Jika kamu nantinya sudah punya anak apakah rela punya anak
yang telah ternoda ? Kalau tidak kenapa kamu tega menyeret Ortu kamu ke dalam
neraka Api Allah ? Kamu tuntut mereka di hadapan Allah karena tidak melarang
kamu berpacaran dan tidak menganjurkan kamu untuk segera menikah.
Karena itu wahai muslimah dan kalian para pemuda kembalilah
ke fitrah semula. Fitrah yang telah menjadi sunattullah, tidak satupun yang
lari daripadanya melainkan akan binasa dan hancur.
Inti dari pembahasan ini adalah "PACARAN ITU HARAM"
Khusus pembahasan ini bila ada komplain atau pertanyaan
lanjutan silahkan kamu sampaikan di Forum Curhat dan Konsultasi
...T4CurTasi@egroups.com