Pada 1311 di Vienna, dewan gereja membahas sebuah pertanyaan mengenai
apakah jiwa seorang manusia berada dalam hati ataukah dalam tubuh.
Dewan menyimpulkan bahwa jiwa menempati seluruh tubuh, namun mungkin
telah menjadi kebiasaan kita untuk mengenalinya dengan perasaan yang
mana membuat hati menjadi begitu penting bagi kita.
Dari asal mulanya, simbol hati seperti telah kita ketahui sekarang
memiliki banyak arti: mulai dari ketaatan spiritual hingga romantisme
cinta dan bahkan perasaan yang lebih kecil lainnya, simbol hati telah
diakui sebagai sebuah lambang, di mana telah dimengerti secara luas dan
merupakan bentuk dari keinginan dan kebutuhan dasar manusia.
Berasal dari Botani
Bentuk asli simbol hati berasal dari tanaman. Daun Ivy digunakan
sebagai dekorasi semata pada zaman oriental, seperti yang terlihat pada
bejana atau lukisan keramik pada 3.000 SM. Digunakan oleh Yunani,
kemudian Etruscans dan orang Roma, akhirnya memasuki kebudayaan Eropa.
Pada jambangan Yunani dapat berbentuk menyerupai sulur tumbuhan
merambat, seringkali dihubungkan dengan dewa tumbuhan, Dionysus, yang
melambangkan gairah dan sensualitas dari kehidupan manusia.
Sehingga menimbulkan konotasi pada setiap tingkatan ketika hal itu
timbul pada abad ke-4 Masehi sebagai sebuah tanda bagi rumah bordil di
Ephesus.
Sisi mulia dari daun Ivy ini terlihat ketika digunakan sebagai hiasan
batu nisan. Karena umur yang panjang dan kemampuan bertahan, tanaman
Ivy ini dianggap cocok sebagai perlambangan cinta dan untuk mengenang
yang telah pergi. Juga membantah dugaan bahwa daun Ivy yang tumbuh
berdekatan dengan sesuatu ibarat terlihat saling menyayangi dan setia
satu sama lain.
Oleh karena itu daun tanaman dapat ditemukan pada batu nisan Yunani
dan Romawi dan makam awal orang Kristiani di Katakomba sebagai sebuah
simbol keabadian cinta.
Setelah melalui sebuah proses yang sangat panjang, warna daunnya yang
hijau telah mengalami pergeseran arti menjadi seperti yang saat ini
tampak pada gambar hati berwarna merah pada permainan kartu.
Cinta yang tulus pada abad pertengahan dan arti kesusasteraannya merupakan hal yang sangat menentukan.
Terinspirasi oleh lukisan antik, pelukis biara memberikan daun hijau
itu sebuah warna baru yaitu merah. Pada lukisan-lukisan dari pasangan
sebuah pohon kehidupan yang lengkap dengan daun berbentuk hati mulai
terlihat dengan warna serupa dengan warna darah dan cinta, memberikannya
sebuah arti konotasi yang lebih.
Cara ini yang pada akhirnya membuat daun tersebut sebagai simbol hati.
Masih saja, hal yang paling menarik adalah, simbolisasi daun yang
cantik ini sebagai simbol sebuah organ manusia itu sendiri, serta
didukung oleh kurangnya pengetahuan tentang struktur tubuh.
Celah Informasi Medis
Pada zaman dahulu ada yang disebut pelajaran pengobatan (sekitar
tahun 850-1200 ), yang secara prinsip sepenuhnya dilakukan berdasarkan
catatan tertulis dan di bawah larangan agama yang taat.
Pada masa pemerintahan gereja, untuk bisa mengalami kebangkitan
kembali, tubuh manusia harus tetap tidak tersentuh, sehingga tindakan
otopsi dianggap hal tabu. Bahkan Operasi, pada masa lampau sangat-sangat
ditentang. Sehingga tidak ada orang yang benar-benar mengetahui seperti
apa bentuk hati manusia sebenarnya dan di tengah celah informasi inilah
simbol kecil ini muncul dan disambut baik yang akhirnya dipakai pada
buku-buku anatomi menggantikan bentuk hati sebenarnya.
Membutuhkan dokter dan seniman lainnya beberapa abad kemudian untuk menjelaskan titik persoalan ini.
Bahkan pada ilustrasi awal yang digambar oleh pelukis jenius zaman
Renaissance, Leonardo da Vinci, Anda akan menemukan kombinasi antara
gambar hati yang terdapat pada kartu permainan dan satu lagi dengan
bentuk nyatanya. Kemudian setelahnya Leonardo berhasil menggambarkannya
secara tepat.
Di sebuah lukisan dinding karya Giotto di Bondone, Cappella degli
Scrovegni di Padua, Anda menemukan hal langka, sebuah kiasan tentang
seorang dermawan yang memberikan hatinya ke surga, sambil memegang
sebuah anatomi hati lengkap dengan pembuluh darah, dilukis antara tahun
1304-1306. Lukisan ini mungkin dibuat berkenaan dengan para ilmuwan yang
pemikirannya maju yang pada saat itu telah mampu melakukan proses
otopsi secara legal.
Pada lukisan-lukisan lainnya yang tak terhitung, para seniman
memutuskan bahwa karena nilai pengakuannya yang tinggi dalam memainkan
kartu hati, maka akan digunakan kebanyakan untuk subyek yang bersifat
spiritual dan erotis.
Simbol hati dipromosikan secara luas oleh pemujaan Sacred Heart sejak
abad pertengahan dan walaupun tidak seutuhnya namun dijadikan sebagai
standar permainan kartu meja yang banyak digunakan setelah zaman
Renaissance.
Lucunya, tampak seperti tidak pernah ada argumentasi mengenai hak
paten (ide yang bertentangan bahwa hal ini pernah dibicarakan). Mungkin
karena disainnya yang sempurna membuat simbol hati ini menjadi favorit
semua orang yang berasal dari budaya Eropa menyebar ke seluruh penjuru
dunia. (Epochtimes/mer)
http://erabaru.net/sejarah/56-sejarah/3931-sejarah-simbol-hati