a. gaya
demokratis
adalah cara dan irama seseorang
pemimpin dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode
pembagian tugas secara merata dan adil, kemudian pemilihan tugas tersebut
dilakukan secara terbuka, antar bawahan dianjurkan berdiskusi tentang
keberadaannya untuk membahas tugasnya, baik bawahan yang teredah sekalipun
boleh meyampaikan saran serta diakui haknya, dengan demikian dimiliki
persetujuan dan konsensus atas kesepakatan bersama.
2. gaya
birokratis dalam kepemimpinan pemeritahan
gaya birokratis adalah cara dan irama
seorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai
metode tanpa pandang bulu, artinya setiap bawahan harus diperlakukan sama
disiplinnya, spesialisasi tugas yang khusus, kerja yang ketat pada aturan (rule),
sehingga kemudian bawahan menjadi kaku tetapi sederhana (zakelijk).
2. gaya
kebebasan
merupakan gaya dan irama seorang
pemimpin pemerintahan dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai
metode pemberian keleluasaan pada bawahan seluas-luasnya, metode ini dikenal
juga dengan Laissez faire atau libelarism. Dalam gaya ini setiap
bawahan bebas bersaing dalam berbagai strategi ekonomi, politik, hukum dan
administrasi.
2. gaya
otokratis
adalah cara dan irama seorang pemimpin
dalam menghadapi bawahan dan masyaraktnya dengan metode paksaan kekuasaan (coercive
power)..
Prof. Dr. Sondang P.
Siagian, MPA dengan bukunya “Teori&Praktek Kepemimpinan” mengatakan bahwa
gaya kepemimpinan seseorang tidak bisa berubah menghadapi situasi bagaimanapun.
Jika seorang pemimpin memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang otokratik, gaya
kepemimpinannya pun akan otokratik pula, terlepas dari situasi yang
dihadapinya. Sebaliknya, seseorang yang pada dasarnya berpandangan demokratik
akan secara konsisten menggunakan gaya kepemimpinannya yang partisipatif
meskipun situasi organisasional yang dihadapinya sesungguhnya menuntut gaya
kepemimpinan yang lain. Menurut teori situasional, seorang pemimpin yang paling
otokratik sekalipun akan mengubah gaya kepemimpinannya yang otokratik itu
dengan gaya lain, misalnya agak demokratistik tergantung situasi. Sebaliknya
seseorang yang menggunakan gaya kepemimpinan yang demokratik mungkin saja
bertindak otoriter apabila situasi menghendakinya. Prof. Sondang Siagian
berpendapat bahwa teori yang sangat dominan tentang kepemimpinan yang efektif
dewasa ini adalah teori kepemimpinan yang situasional atau teori kontingesi “contingency
theory”
Sedangkan menurut
Drs. Pamudji, nampaknya telah terjadi pencampur-adukan antara gaya kepemimpian
dengan tipe kepemimpinan. Misalnya gaya otokratis, oleh Drs. Pamudji dimasukkan
ke salah satu tipe, yaitu tipe otokratis, sedangkan gaya partisipatif dan gaya
kebebasan dimasukkan ke dalam tipe demokratis. Di samping tipe-tipe otokratis
dan demokratis, masih dijumpai tipe-tipe lain seperti tipe militeristik,
paternalistik, karismatis, tradisional, rasional/birokratis dan lain-lain.
Dalam bahasan gaya kepemimpinan, sering dibedakan antara gaya motivasi
(motivation style), gaya kekuasaan (power style), dan gaya pengawasan
(supervisory style). Jadi menurut Drs. Pamudji, gaya kepemimpinan dapat
dibedakan menjadi gaya motivasi, kekuasaan, dan pengawasan.
http://greensirius.blogspot.com