Para ahli sosiologi mengemukakan bahwa setiap orang merupakan bagian
dari suatu sistem sosial. Sekolah bukanlah sekedar suatu perkumpulan
yang terdiri dari pelaksana adminsitrasi, guru dan murid dengan segala
sifat dan pembawaan mereka masing-masing. Lebih dari itu, sekolah
merupakan suatu sistem sosial yang di dalamnya terdapat seperangkat
hubungan yang mapan yang menentukan apa yang terjadi di sekolah.
Ciri-ciri pembawaan para individu tidak terlalu penting jika
dibandingkan dengan pola-pola interaksi. Apakah kepala sekolah seorang
yang periang, tenang, jelek, cerdas atau biasa saja, ia tetap sebagai
kepala sekolah dan harus bertindak sebagaimana seharusnya para sekolah
bertindak. Demikian pula halnya dengan para guru, murid, penjaga
sekolah, pegawai adminsitrasi dan orang lain yang terlibat dalam urusan
sekolah, terlepas dari ciri-ciri kepribadian mereka. Memang pembawaan
para individu mempunyai pengaruh terhadap kemampuan mereka menjalankan
peranan, namun tidak menentukan peranan itu sendiri. Kita hanya bisa
mengetahui sedikit tentang sekolah, jika kita sekedar mempelajari
kepribadian para individu di dalamnya. Sebaliknya, kita akan mengetahui
banyak sekali tentang sekolah, jika kita mempelajari harapan-harapan
dari masing-masing orang terhadap satu sama lainnya dalam peranannya
yang berbeda.
1. Interaksi di sekolah
Sistem interaksi di sekolah dapat ditinjau sekurang-kurangnya dari tiga perspektif yang berbeda: (1) hubungan antara orang dalam dengan orang luar, (2) hubungan antara orang-orang dalam yang memiliki kedudukan berbeda, dan (3) hubungan antara orang-orang dalam yang memiliki kedudukan yang sama.
Orang yang paling banyak mengadakan hubungan di luar sistem adalah pengawas sekolah. Dialah orang yang bertanggung jawab mengoperasikan jenis sekolah yang dikehendaki masyarakat. Di samping itu, pengawas sekolah dipandang oleh orang-orang yang berada di dalam sistem sebagai pelindung mereka terhadap tuntutan orang-orang luar yang tidak masuk akal dan tidak profesional. Pengawas sekolah juga dipandang sebagai orang yang berusaha memelihara keharmonisan hubungan antara kelompok-kelompok yang berbeda di dalam sekolah.
Namun, bukan hanya para pengawas sekolah yang mengadakan interaksi dengan orang luar. Para murid merasa bahwa orang tua mereka memiliki harapan-harapan tertentu menyangkut bagaimana seharusnya putra-putri mereka berperilaku di sekolah. Sesungguhnya, harapan-harapan orang tua dan latar belakang keluarga berpengaruh besar terhadap prestasi yang dicapai anak didik. Para guru dan kepala sekolah juga merupakan bagian dari masyarakat mereka. Mereka membawa sikapnya ke sekolah, sikap yang terbentuk melalui hubungan mereka dengan para tetangga, teman, dan berbagai macam kelompok lainnya.
Konflik yang sudah melekat dalam hubungan sekolah cukup banyak jumlahnya. Tanggung jawab penjaga sekolah menyangkut kebersihan bertentangan dengan keinginan masyarakat untuk menggunakan gedung sekolah semaksimal mungkin. Kebebasan profesional guru bertentangan dengan kepentingan pengawas sekolah dalam menciptakan kelancaran pengajaran pada tiap-tiap kelas. Keinginan kepala sekolah unuk mencoba metode baru berhadap-hadapan dengan sikap enggan guru dan murid untuk menerima perubahan.
Sistem sekolah dapat dipandang sebagai kumpulan sejumlah orang yang menjalankan beberapa peranan dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Sistem sekolah dapat pula dipandang sebagai sejumlah kelompok yang bertentangan satu sama lainnya untuk mencapai tujuan yang berbeda.
2. Sistem Status Siswa
Di sekolah terdapat sistem status yang menyerupai sistem kelas sosial pada masyarakat umumnya. Keanggotaannya banyak bergantung pada latar belakang kelas sosial keluarga murid. Kebanyakan sekolah memiliki murid yang berasal dari latar belakang kelas sosial yang berbeda-beda. Sejak di jenjang sekolah lanjutan pertama, para murid telah mulai mengelompokkan diri mereka ke dalam klik-klik. Anggota setiap klik berasal dari latar belakang kelas sosial yang sama.
Salah satu studi yang mendalam tentang pengaruh faktor kelas sosial di sekolah dilakukan oleh Hollingshead (1949). Ia menemukan bahwa mereka yang berada pada kelas sosial yang paling bawah tidak berpartisipasi dalam sejumlah kegiatan sekolah – pesta, seni tari, olah raga, drama – dan jarang belajar secara serius. Sebuah penelitian yang lebih baru memperjelas gambaran tersebut dan menunjukkan bahwa sikap yang ditunjukkan oleh anak yang berkelas sosial rendah di sekolah, sesuai dengan pandangan masyarakat terhadap status kelas sosial rendah dalam kehidupan masyarakat dewasa. Walaupun murid dari kalangan kelas sosial rendah memiliki apresiasi dan rasa senang yang tinggi terhadap sekolah, sebagaimana halnya dengan murid yang berasal dari keluarga yang lebih kaya, namun murid dari kelangan kelas sosial rendah tersebut lebih banyak mengeluh bahwa mereka sering “dilupakan”. Mereka ini juga lebih negatif dan ragu-ragu terahadap kemampuan mereka sendiri.
Hasil studi diatas didasarkan pada perbandingan terhadap track (pengelompokan murid berdasarkan kemampuannya) di sejumlah sekolah lanjutan pertama dan menengah. Walaupun siswa dari kalangan kelas sosial rendah lebih besar kemungkinannya berada pada track rendah, namun hal tersebut tidak berlaku pada semua sekolah. Sejumlah murid dari kalangan kelas sosial rendah, terbukti mampu mencapai track yang tinggi. Bagi murid seperti itu, pengalaman masa sekolah mereka sangat berbeda dengan pengalaman masa sekolah para murid lainnya yang berlatar belakang kelas sosial sama.
Disekolah juga terdapat sistem status yang didasarkan pada prestasi murid. Sistem ini bertumpang-tindih dengan sistem status kelas sosial. Sebuah studi tentang sistem ini menunjukkan bahwa peringkat teratas diduduki oleh para bintang olah raga, dan status tertinggi bagi wanita diduduki oleh para kekasih para bintang olah raga tersebut. Kegiatan lain (drama, musik) berada pada peringkat kedua, dan prestasi akademik yang gemilang menempati peringkat yang ketiga. Studi tersebut tidak memperhitungkan adanya perubahan menyangkut semakin besarnya perhatian terhadap program olah raga bagi wanita. Apakah kelak olahragawati akan memperoleh status yang sama dengan olahragawan?.
3. Klik Siswa
Klik siswa adalah kelompok kecil yang terdiri dari teman-teman akrab, biasanya terdiri dari murid-murid yang memiliki tingkat status yang sama. Klik semacam itu merupakan kelompok utama yang diikat oleh minat yang sama dan persahabatan. Setiap kelas biasanya memiliki dua klik atau beberapa pasangan (kelompok yang terdiri dari dua orang), serta beberapa siswa lepas (mereka yang tidak termasuk baik dalam klik maupun pasangan). Seorang pemimpin siswa adakalanya menyatukan seluruh siswa dalam kelas untuk mendukung atau menentang tujuan tertentu.
Perilaku para murid umumnya didorong oleh hasrat untuk diterima di disenangi oleh para anggota klik mereka, karena tidak ada yang lebih pahit bagi seorang siswa daripada perasaan tidak “diterima”. Penelitian sosiometrik dapat mengidentifikasi hubungan antara para anak didik. Mereka diberi beberapa pertanyaan, misalnya siapa yang mereka anggap sebagai teman-teman dekat atau kepada siapa mereka meminta nasehat. Segelintir murid, yang secara sosiometrik disebut “para bintang”, akan dipilih oleh kebanyakan murid. “Para bintang” inilah yang merupakan pemimpin. Mereka yang tidak dipilih oleh seorang pun
1. Interaksi di sekolah
Sistem interaksi di sekolah dapat ditinjau sekurang-kurangnya dari tiga perspektif yang berbeda: (1) hubungan antara orang dalam dengan orang luar, (2) hubungan antara orang-orang dalam yang memiliki kedudukan berbeda, dan (3) hubungan antara orang-orang dalam yang memiliki kedudukan yang sama.
Orang yang paling banyak mengadakan hubungan di luar sistem adalah pengawas sekolah. Dialah orang yang bertanggung jawab mengoperasikan jenis sekolah yang dikehendaki masyarakat. Di samping itu, pengawas sekolah dipandang oleh orang-orang yang berada di dalam sistem sebagai pelindung mereka terhadap tuntutan orang-orang luar yang tidak masuk akal dan tidak profesional. Pengawas sekolah juga dipandang sebagai orang yang berusaha memelihara keharmonisan hubungan antara kelompok-kelompok yang berbeda di dalam sekolah.
Namun, bukan hanya para pengawas sekolah yang mengadakan interaksi dengan orang luar. Para murid merasa bahwa orang tua mereka memiliki harapan-harapan tertentu menyangkut bagaimana seharusnya putra-putri mereka berperilaku di sekolah. Sesungguhnya, harapan-harapan orang tua dan latar belakang keluarga berpengaruh besar terhadap prestasi yang dicapai anak didik. Para guru dan kepala sekolah juga merupakan bagian dari masyarakat mereka. Mereka membawa sikapnya ke sekolah, sikap yang terbentuk melalui hubungan mereka dengan para tetangga, teman, dan berbagai macam kelompok lainnya.
Konflik yang sudah melekat dalam hubungan sekolah cukup banyak jumlahnya. Tanggung jawab penjaga sekolah menyangkut kebersihan bertentangan dengan keinginan masyarakat untuk menggunakan gedung sekolah semaksimal mungkin. Kebebasan profesional guru bertentangan dengan kepentingan pengawas sekolah dalam menciptakan kelancaran pengajaran pada tiap-tiap kelas. Keinginan kepala sekolah unuk mencoba metode baru berhadap-hadapan dengan sikap enggan guru dan murid untuk menerima perubahan.
Sistem sekolah dapat dipandang sebagai kumpulan sejumlah orang yang menjalankan beberapa peranan dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Sistem sekolah dapat pula dipandang sebagai sejumlah kelompok yang bertentangan satu sama lainnya untuk mencapai tujuan yang berbeda.
2. Sistem Status Siswa
Di sekolah terdapat sistem status yang menyerupai sistem kelas sosial pada masyarakat umumnya. Keanggotaannya banyak bergantung pada latar belakang kelas sosial keluarga murid. Kebanyakan sekolah memiliki murid yang berasal dari latar belakang kelas sosial yang berbeda-beda. Sejak di jenjang sekolah lanjutan pertama, para murid telah mulai mengelompokkan diri mereka ke dalam klik-klik. Anggota setiap klik berasal dari latar belakang kelas sosial yang sama.
Salah satu studi yang mendalam tentang pengaruh faktor kelas sosial di sekolah dilakukan oleh Hollingshead (1949). Ia menemukan bahwa mereka yang berada pada kelas sosial yang paling bawah tidak berpartisipasi dalam sejumlah kegiatan sekolah – pesta, seni tari, olah raga, drama – dan jarang belajar secara serius. Sebuah penelitian yang lebih baru memperjelas gambaran tersebut dan menunjukkan bahwa sikap yang ditunjukkan oleh anak yang berkelas sosial rendah di sekolah, sesuai dengan pandangan masyarakat terhadap status kelas sosial rendah dalam kehidupan masyarakat dewasa. Walaupun murid dari kalangan kelas sosial rendah memiliki apresiasi dan rasa senang yang tinggi terhadap sekolah, sebagaimana halnya dengan murid yang berasal dari keluarga yang lebih kaya, namun murid dari kelangan kelas sosial rendah tersebut lebih banyak mengeluh bahwa mereka sering “dilupakan”. Mereka ini juga lebih negatif dan ragu-ragu terahadap kemampuan mereka sendiri.
Hasil studi diatas didasarkan pada perbandingan terhadap track (pengelompokan murid berdasarkan kemampuannya) di sejumlah sekolah lanjutan pertama dan menengah. Walaupun siswa dari kalangan kelas sosial rendah lebih besar kemungkinannya berada pada track rendah, namun hal tersebut tidak berlaku pada semua sekolah. Sejumlah murid dari kalangan kelas sosial rendah, terbukti mampu mencapai track yang tinggi. Bagi murid seperti itu, pengalaman masa sekolah mereka sangat berbeda dengan pengalaman masa sekolah para murid lainnya yang berlatar belakang kelas sosial sama.
Disekolah juga terdapat sistem status yang didasarkan pada prestasi murid. Sistem ini bertumpang-tindih dengan sistem status kelas sosial. Sebuah studi tentang sistem ini menunjukkan bahwa peringkat teratas diduduki oleh para bintang olah raga, dan status tertinggi bagi wanita diduduki oleh para kekasih para bintang olah raga tersebut. Kegiatan lain (drama, musik) berada pada peringkat kedua, dan prestasi akademik yang gemilang menempati peringkat yang ketiga. Studi tersebut tidak memperhitungkan adanya perubahan menyangkut semakin besarnya perhatian terhadap program olah raga bagi wanita. Apakah kelak olahragawati akan memperoleh status yang sama dengan olahragawan?.
3. Klik Siswa
Klik siswa adalah kelompok kecil yang terdiri dari teman-teman akrab, biasanya terdiri dari murid-murid yang memiliki tingkat status yang sama. Klik semacam itu merupakan kelompok utama yang diikat oleh minat yang sama dan persahabatan. Setiap kelas biasanya memiliki dua klik atau beberapa pasangan (kelompok yang terdiri dari dua orang), serta beberapa siswa lepas (mereka yang tidak termasuk baik dalam klik maupun pasangan). Seorang pemimpin siswa adakalanya menyatukan seluruh siswa dalam kelas untuk mendukung atau menentang tujuan tertentu.
Perilaku para murid umumnya didorong oleh hasrat untuk diterima di disenangi oleh para anggota klik mereka, karena tidak ada yang lebih pahit bagi seorang siswa daripada perasaan tidak “diterima”. Penelitian sosiometrik dapat mengidentifikasi hubungan antara para anak didik. Mereka diberi beberapa pertanyaan, misalnya siapa yang mereka anggap sebagai teman-teman dekat atau kepada siapa mereka meminta nasehat. Segelintir murid, yang secara sosiometrik disebut “para bintang”, akan dipilih oleh kebanyakan murid. “Para bintang” inilah yang merupakan pemimpin. Mereka yang tidak dipilih oleh seorang pun