Sejarah
polemik Al-Aqso
1.
Awal
di bangunya masjid Al-Aqso
2.
Latar belakang
Isu
Palestina dan Al-Aqsa secara keseluruhanya telah menjadi tumpuan antar bangsa
dan terangkat sebagai isu yang sangat besar. Tanpa mengira sebuah pertikaian di
antara bangsa atau agama namun yang lebih penting, ia sebenarnya banyak dengan
nilai-nilai kebenaran dan kebatilan , juga soal-soal keadilan dan kezaliman.
Mungkin bagi pengkaji akademik hanya sebuah permasalahan agama dan bangsa, ……..
Dari
perspektif sejarah kehidupan manusia, bumi palestina terletak di antara kawasan
penempatan terawal manusia yang menghubungkan dua kehidupan yang berasaskan
tanah lembah yang subur antara lembah Furat (Euphrates) Mesopotamia, di timur dan lembah Nil Mesir di Barat .
palestin juga terletak daerah tanah yang agak subur yang menghubungkan
Mesopotamia dan Mesir yang dikenali sebagai daerah “bulan sabit yang subur” (The Fretile Crescent). Bumi palestina
ini menduduki sebagian besar dari pesisiran pantai di Timur Laut Mediterranean.
Nama
palestina berasal dari bahasa Greek (Philistia)
merujuk kepada mereka yang mula-mula menduduki kawasan jalur pantai bagian
selatan palestina yang terletak di antara Tel Eviv dan Gaza pada abad ke 12 SM.
Penempatan awal inilah yang menyebabkan kawasan itu dikenal sebagai “tanah
orang palestina” (The Land of Philistines).
Nama
palestin (philistina) ini sebutanya
dipopulerkan pada zaman pemerintahan Roman sejak abad-abad awal Masehi dengan
nama “Syria-philistina” merujuk pada
bagian selatan dari pada wilayah Syria. Apda zaman pemerintahan Islam yang
berkuasa pada zaman Ottoman pada zaman modern, nama Palestina tetap tersebut
hingga saat ini. Pada sesudah perang Dunia I di bawah Mandat British, nama
palestina terus digunakan secara resmi dengan rujukan kepada daerah yang
terletak di pesisiran Pantai sebelah Timur Laut Mediterranean sebagaimana di
maksud sejak zaman Roman.
inilah keistimewaan palestina, satu kawasan penempatan kecil yang subur
di pinggir daratan tandus yang luas, daratan yang berada di tengah- tengah
laluan di antara dua kehidupan, Mesopotamia dan Mesir. Melihat kepada penduduknya,
ia senantiasa menjadi destinasi pilihan kepada kaum “habiru” (sebutan dialek pribumi) yang merujuk pada pengungsi luar,
khasnya para pengembara dari salah satu dari kedua bagian kehidupan itu yang
menjadikan palestina sebagai tempat persinggahan sementara bagi perjalanan ke
bagian yang bersebelahan. Perkataan” Habiru” dengan makna diatas juga
disebut sebagai “Apiru” di Mesir dan
Hebrew oleh pendatang Mesopotamia. Berdasarkan fenomena ini adalah di katakan bahwa
Abraham, seorang ketua keluarga (patriarch)
dan Induk generasi pertama Hebrew dari Mesopotamia dan telah berhijrah ke
Palestina. Dan seterusnya di dalam mencari kehidupan yang lebih baik beliau
turut juga berhijrah ke Mesir, namun akhirnya kembali semula menetap di
Palestina.
Menurut Sumber Barat, berdasarkan beberapa penemuan arkeologi menunjukan
sejarah penempatan awal manusia di bumi palestina telah terwujud sejak zaman
batu tua (Paleolithic) yaitu 12000 SM
– 8000 SM. Sementara kehidupan terawal penduduk palestina yang hidup berasaskan
system Negara-Kota dikesan di antara akhir zaman gangsa dan awal zaman besi
(3000 SM-1600 SM). Di antara kottanya yang masyhur ialah Megiddo dan Jericho di selatan Palestina. Di dalam tempo
ini, sejak awal tahun 3000 SM dan tahun seterusnya sejarah mengenai palestina
mulai di catatkan terutama oleh ahli-ahli sejarah Mesir. Catatan ini di
antaranyamerekam gelombang penghijrahan suku-suku kaum semitik ke Mesir dan
Palestina dan usaha mereka menegakan kekuasaan dan pengaruh di kedua bagian
wilayah itu.
Pada abad ke-19 SM kaum hyksos
dari rumpun semitik telah muncul sebagian golongan pemerintah dinasti terawal
di Mesir. golongan ini juga turut melebarkan pengaruh mereka kebagian palestina
dengan kerjasama sekutu-sekutunya dari lain-lain suku-kaum semitik yang serumpun
denganya, yaitu rumpun Al-samiyah (semitic)
dari keturunan Sam bin Nuh a.s.
Sejak dari abad ke-19 SM dan seterusnya sehingga abad-abad ke-17 SM dan
ke-16 SM. Banyak kota-kota didirikan oleh golongan pemerintah Hyksos dan sekutunya di Mesir dan di Palestina.
Pembinaan kota-kota ini adalah untuk tujuan keselamatan dan pertahanan di dalam
pertumbuhan di antara mereka dengan suku-suku
kaum Kan’an yang terlebih dahulu mendiami bumi subur palestina.
Suku-suku kaum Kan’an yang dimajsudkan adalah Amorites (berasal dari Lebanon), Hitties (berasal dari Anatolia) dan juga philistine (berasal dari kepulauan aegean). Demikianlah sebabnya di
dalam Bible bumi Palestina disebut
sebagai Kan’an.
Menurut sumber catatan Islam/Arab, kumpulan pengungsi semitik yang dimaksudkan
bermusuh dengan suku-suku kaum Kan’an itu adalah kaum Amaliq dari Utara
semenanjung tanah Arab yang berhijrah ke Daerah-Daerah Sham, Mesir dan Iraq.
Mereka juga adalah dari satu rumpun yang sama dari Ibrahim a.s yaitu rumpun
Al-Samiyah (semitic).
Menurut perspektif Barat, catatan-catatan sejarah palestina yang
berasaskan penemuan-penemuan arkeologi, sebelum kedatatangan kaum Hebrew ke
sana dicatat sebagai sejarah zaman pra-Bible (pre-biblical period). Sementara catatan sejarah palestina yang
bermula dengan kedatangan kaum Hebrew ke sana dicatat sebagai sejarah zaman
awal Bible (The Erlier Biblical period).
Di dalam Jewish Bible, negei Palestina umumnya di sebut dengan nama bimi
Kan’an (Land of cana’an), merujuk kepada negeri yang didiami suku-suku
kaum yang telah ada di Palestina semenjak zaman gangsa (3000 SM). Sejarah
kehidupan suku-suku kaum itu dianggap sebagai sejarah pra-Bible yaitu sebelum
kedatangan Patriarch Abraham. Induk
kepada Bani Israel ke sana. Sejarah Bani Israel di Palestina (sejarah zaman
Bible) dikatakan bermula di sekitar tahun 2000 SM apabila Patriarch Abraham daripada Mesopotamia telah diarahkan oleh Tuhanya
meninggalkan negeri asalnya dan berhijrah ke bumi Kan’an, negeri yang di
janjikan untuknya dan zuriatnya, Bani Israel. Menurut Jewish Bible (Old
testaments) bahwa Tuhan memerintahkan Abraham
supaya berhijrah ke negeri yang dijanjikan untuknya dan untuk zuriat nyayaitu
negeri Kan’an (Genesis; 12: 1-7).
Peristiwa hijrah inilah yang menjadi puncak persoalan dan permasalahan
yang berkepanjangan di bumi palestina
hingga kini. Walaupun telah terwujud disana kehidupan Kan’an , sejak akhir
Milinium ke-3 SM, namun pada pandangan Yahudi kehidupan suku-suku kaum Kan’an
sebelum zaman Bible yaitu, sebelum kaum Hebrew menetap disana sebagai sejarah
pra-Bible yang hanya dianggap sebagai kehidupan pra-sejarah. Kaum yahudi
mengemukakan hujjah “geotheology” yang
berasaskan Bible sebagai “historical geography” mereka. Menurut “geotheology” Yahudi, bahwa Tuhan
telah menjanjikan kepada Abraham untuk mewariskan bumi Kan’an “dari sungai di
Egypt hingga sungai besar Euphrates” kepada zuriatnya. Menambahkan lagi masalah
itu karena kaum Yahudi berpegang teguh kepada ajaran Agama mereka yaitu
Judaism, yang mentafsirkan kenyataan dari Jewish Bible bahwa zuriat Abraham
yang dimaksudkan adalah Bani Israel atau kaum bangsa Yahudi. Dengan janji ini
mereka menganggap bangsa Israel sajalah pemilik Palestina atau bumi Kan’anyang
sah. Berdasarkan dakwaan ini bumi kan’an juga dinamakan menurut tradisi Yahudi
sebagai bumi Israel (Eretz Yisrael).
Demikian zaman ini pada umunya menurut perspektif Barat, palestina
dirujuk sebagai tanah suci dan disebut juga negeri Israel (Land of Israel). Perspektif umum Barat mengenai sejarah palestina
jelas menggambarkan kuatnya pengaruh Bible dalam membentuk perspektif mereka
mengenai kaum Hebrew sehingga sejarah kaum itu disinonimkan dengan sejarah
Bible. Perspektif berasaskan Bible ini turut diakui oleh sebagian dari
cendikiawan Barat di dalam penulisan-penulisan mereka.
Namun menurut sumber Islam bahwa kehidupan terawal di bumi palestina
khasnya di Baitul Al-Maqdis (Jerusalem)bukan hanya bermula sejak
tahun 3000 SM sebagaimana pendapat para Arkeologis maupun sejak tahun 1000 SM
menurut kaum Yahudi, tetapi telah terwujud sejak zaman Adam a.s. Palestina
adalah sebagian dari bumi Syam yang berkat, dimana Baitul Al-Maqdis adalah Ibu negerinya sejak zaman awal bumi
diciptakan Allah swt. Menurut beberapa nas yang shahih, kewujudan Baitul Al-Maqdis diatas muka bumi ini
hanyalah 40 tahun terkemudian daripada pembinaan Bait-i-llah di makkah, sedangkan Bait-i-llah telah dibina sebelum Adam a.s mendiami di dunia ini.
Mengenai peristiwa hijrah Nabi Ibrahim ke Palestina, Al-Qur’an membuat
penjelasan yang sedikit berbeda, dimana Allah swt menyelamatkan Ibrahim,
Istrinya sarah dan anak saudaranya Lut dari Namrud, pemerintah Iraq yang zalim
ke negeri Syam yang Allah swt berkatkan. Di Syam (Palestina) Allah swt
menjanjikan Ibrahim akan mendapat zuriat yang shaleh yaitu Ismail, Ishaq dan
putranya Ya’kub yang juga akan diangkat menjadi Nabi (Al-Anbiya : 71-72).
Jelas perbedaan diantara kenyataan Jewish Bible dengan Al-Qur’an. Bible
menyebut Tuhan menjanjikan Abraham dengan penganugerahan bumi Kan’an. Sedangkan
Al-Qur’an menyebut Allah swt hanya menjanjikan zuriat yang shalih di bumiNya
yang diberkahi bukanya bumi yang dijanjikan. Perbedaan kenyataan dan tafsiran
di dalam dua kitab suci itulah yang membawa kepada pertikaian yang berterusan
diatas bumi palestinahingga hari ini[1].
3.
Masjid
suci ke-3 sebagai medan jihad
4.
614
M Yerusalem jatuh dan dikuasai oleh Persia
5.
629
M Romawi Bizantium berhasil merebut kembali kota Yerusalem
6.
638
M/ 15 H kholifah umar telah berhasil merebut Yerusalem dan menerima penyerahan
kunci Yerusalem langsung dari sophronius
7.
1096
M Jatuh ketangan salibis (nasrani) dengan komando Paus Urbanus II
8.
1128-1187
M/ 521-589 H kembali ke pangkuan muslimin melalui proses selama 88 tahun (80)
91 tahun (H). mulai dari Imaaduddin Zanky, Nuruddin Zanky dan akhirnya
Shalahuddin Al-ayubi.
9.
Sejarah
perusakan baitul maqdis di abad modern
Umat yahudi
memang bertekad untuk menghancurkan dua bangunan utama yang terletak di
pelataran haram asy syarif, yaitu masjid Al-Aqso (masjid umar) dan kubah asy
sakhro. Sejak rezim zionis menduduki Alquds, berbagai macam upaya untuk
menghancurkan kedua bangunan tersebut telah dilakukan. Proses ini bermula sejak
kaum zionis menduduki yerussalem timur pada 1967-1968 M, yaitu ketika mereka
pertama kali memulai melakukan ekskavasi di sekitar tempat pelataran haram
Al-syarif untuk mencari sisa-sisa peninggalan kuil kedua yang pernah dibangun
sejak zaman herodes, tetapi sebelum memasuki kajian spesifik seputar motif dan
tujuan akhir yang ingin diraih oleh bangsa zionis. Mari kita mengetahui
beberapa perusakan fisik yang telah terjadi di berbagai macam bangunan yang
berada diatas pelataran haram Asy Syarif sejak 1967 sampai sekarang.
Perusakan tahap pertama
Ekskavasi
yang pertama telah dilakukan beberapa saat setelah menduduki wilayah bangsa
arab di timur yerussalem sejak 1967. Ekskavasi ini meliputi perusakan sepanjang
70 meter bagian bawah tembok. Pada sisi selatan sampai masjid kaum wanita yang
kedalamnya mencapai 14 meter. Sehingga membahayakan rumah dan bangunan warga
sipil yang tinggal disekitar lokasi tersebut.penggalian ini dibiayai oleh
hebraik university yang dilaksanakan oleh tim yang dipimpin Prof. Benjamin
Meizar.
Perusakan tahap kedua
Pada tahun
1869 penggalian yang di lakukan oleh Israel
pada tahap kedua telah
diselesaikan. Mereka telah merusak dinding haram Asy-Syarif sepanjang 80 Meter.
Tempat dimulainya ekskavasi tahap dua ini terletak pada posisi akhir dimana
mereka melakukan penggalian sebelumnya, dan merentang ke utara tembok hingga ke
baab maghriba yang kini sudah rusak total . penggalian ini berhasil mereka
lakukan dan mereka terkejut sewaktu menemukan bangunan milik muslimin yang
hilang, yaitu ‘sudut mulia’ dan pusat kajian Imam Syafi’I pada masa silam.
Mereka juga menemukan tiga bangunan istana peninggalan bani umayyah.
Perusakan tahap ketiga
Pada tahun
1970-1974 telah dimulai ekskavasi tahap ketiga, proyek illegal ini pun tidak
dilanjuti tahun 1975-1988. Area penggalian lorong-lorong ini meliputi kolong
gedung pengadilan merupakan situs tertua di yerussalem . penggalian bawah tanah
ini mencapai 180 Meter panjangnya. Lorong bawah tanah ini melewati banyak
kawasan perumahan, fasilitas umum, dan masjid-masjid diatasnya termasuk menara
qayt bay dan pasar tradisional
Al-qattanin dengan kedalaman mencapai 11-14 m. hal ini mengakibatkan bangunan
didalamnya mengalamikeretakan seperti di masjid utsmaniyyah (Ottoman Mosque),
sekolah Al-jawhari, Al-Manjakiyyah dan bagian bawah lapangan islam yang
akhirnya oleh zionis dibangun menjadi sinagog. Namun pihak zionis masih juga
belum menemukan situs bersejarah milik yahudi.
Perusakan tahap empat dan lima
Tahun
1973-1974 penggalian sekali lagi meliputi bagian bawah seluruh tembok sebelah
tenggara masjid Al-Aqso yang panjangnya mencapai 80 meter dengan kedalaman 20
meter. Ekskavasi ini melewati bagian bawah masjid Umar, tiga pintu teras, dan
koridor-koridor bagian tenggara.
Perusakan tahap keenam
Penggalian
disisi timur laut ini bermula tahun 1977, merentang dari bagian tengah seluruh
sisi tembok timur, yakni dari baab sayyidah maryam hingga sudut tembok disisi
timur laut.
Perusakan tahap ketujuh
Ekskavasi
ini bertujuan memperdalam galian disisi tembok Al-Burak (barat daya). Ia
melewati kolong dari beberapa situs bangunan penting disebelahnya, seperti
pelataran kuno islam, madrasah tankiriyyah, perpustakaan Al-khalidiyyah, dan 35 buah rumah yang dihuni
sekitar 250 warga palestina.
Perusakan tahap kedelapan
Penggalian
ini dimulai pada tahun 1977 sebagai lanjutan dari tahap keempat dan kelima.
Proses ekskavasi ini mengakibatkan keretakan dibeberapa sisi luar tembok
bangunan masjid AL-Aqso. Peristiwa ini juga mengakibatkan pertengkaran Natoury
Karta dan pihak Kementrian Agama.
Perusakan tahap kesembilan
Penggalian
ini dimulai pada tahun 1981. Kala itu angkatan bersenjata Israel menentukan
lokasi penggalian baru disisi barat tembok yang pernah diketemukan oleh seorang
kolonel inggris, weren tahun 1981. Departemen wakaf islam memberanikan diri
untuk turun tangan dan menghentikan aksi membabi buta rezim zionis ini dengan
cara mengisi ruang yang kosong tersebut dengan semen.
[1]
Diambil dari makalah “menggalang kesatuan umat islam menuju pembebasan masjid
Al-Aqso” ta’aruf Jama’ah Muslimin (HIZBULLAH) wilayah JABODETABEK dikutip dari
penyusun Dr. Mohd Roslan Mohd Nor (Beliau mendapat gelar Doktor dari University
Aberdeen di dalam bidang Islamic Jerusalem Studies dan sebagai pensyarah Senior
juga menjadi ketua di jabatan sejarah dan tamadun Islam, Akademi pengajian
Islam, University Malaya, Kuala Lumpur) dan Dr. Muhamad Fauzi Zakaria (Beliau merupakan
Ahli Jawatankuasa Lajnah Antarbangsa, persatuan Ulama Malaysia dan melakukan
kajian diperingkat Doktor falsafah mengenai ‘Bumi yang Dijanjikan’ menurut
Yahudi: satu kajian dari perspektif Islam. Beliau menghabiskan pengajianya di
Akademi Pengajian Islam, University Malaya, Kuala Lumpur.