Home » , » Sejarah polemik Al-Aqso

Sejarah polemik Al-Aqso

Written By Unknown on Senin, 29 Oktober 2012 | Senin, Oktober 29, 2012


Sejarah polemik Al-Aqso
1.      Awal di bangunya masjid Al-Aqso
2.       Latar belakang
Isu Palestina dan Al-Aqsa secara keseluruhanya telah menjadi tumpuan antar bangsa dan terangkat sebagai isu yang sangat besar. Tanpa mengira sebuah pertikaian di antara bangsa atau agama namun yang lebih penting, ia sebenarnya banyak dengan nilai-nilai kebenaran dan kebatilan , juga soal-soal keadilan dan kezaliman. Mungkin bagi pengkaji akademik hanya sebuah permasalahan agama dan bangsa, ……..
Dari perspektif sejarah kehidupan manusia, bumi palestina terletak di antara kawasan penempatan terawal manusia yang menghubungkan dua kehidupan yang berasaskan tanah lembah yang subur antara lembah Furat (Euphrates) Mesopotamia, di timur dan lembah Nil Mesir di Barat . palestin juga terletak daerah tanah yang agak subur yang menghubungkan Mesopotamia dan Mesir yang dikenali sebagai daerah “bulan sabit yang subur” (The Fretile Crescent). Bumi palestina ini menduduki sebagian besar dari pesisiran pantai di Timur Laut Mediterranean.
Nama palestina berasal dari bahasa Greek (Philistia) merujuk kepada mereka yang mula-mula menduduki kawasan jalur pantai bagian selatan palestina yang terletak di antara Tel Eviv dan Gaza pada abad ke 12 SM. Penempatan awal inilah yang menyebabkan kawasan itu dikenal sebagai “tanah orang palestina” (The Land of Philistines).
Nama palestin (philistina) ini sebutanya dipopulerkan pada zaman pemerintahan Roman sejak abad-abad awal Masehi dengan nama “Syria-philistina” merujuk pada bagian selatan dari pada wilayah Syria. Apda zaman pemerintahan Islam yang berkuasa pada zaman Ottoman pada zaman modern, nama Palestina tetap tersebut hingga saat ini. Pada sesudah perang Dunia I di bawah Mandat British, nama palestina terus digunakan secara resmi dengan rujukan kepada daerah yang terletak di pesisiran Pantai sebelah Timur Laut Mediterranean sebagaimana di maksud sejak zaman Roman.
inilah keistimewaan palestina, satu kawasan penempatan kecil yang subur di pinggir daratan tandus yang luas, daratan yang berada di tengah- tengah laluan di antara dua kehidupan, Mesopotamia dan Mesir. Melihat kepada penduduknya, ia senantiasa menjadi destinasi pilihan kepada kaum “habiru” (sebutan dialek pribumi) yang merujuk pada pengungsi luar, khasnya para pengembara dari salah satu dari kedua bagian kehidupan itu yang menjadikan palestina sebagai tempat persinggahan sementara bagi perjalanan ke bagian  yang bersebelahan. Perkataan” Habiru” dengan makna diatas juga disebut sebagai “Apiru” di Mesir dan Hebrew oleh pendatang Mesopotamia. Berdasarkan fenomena ini adalah di katakan bahwa Abraham, seorang ketua keluarga (patriarch) dan Induk generasi pertama Hebrew dari Mesopotamia dan telah berhijrah ke Palestina. Dan seterusnya di dalam mencari kehidupan yang lebih baik beliau turut juga berhijrah ke Mesir, namun akhirnya kembali semula menetap di Palestina.
Menurut Sumber Barat, berdasarkan beberapa penemuan arkeologi menunjukan sejarah penempatan awal manusia di bumi palestina telah terwujud sejak zaman batu tua (Paleolithic) yaitu 12000 SM – 8000 SM. Sementara kehidupan terawal penduduk palestina yang hidup berasaskan system Negara-Kota dikesan di antara akhir zaman gangsa dan awal zaman besi (3000 SM-1600 SM). Di antara kottanya yang masyhur ialah Megiddo dan  Jericho di selatan Palestina. Di dalam tempo ini, sejak awal tahun 3000 SM dan tahun seterusnya sejarah mengenai palestina mulai di catatkan terutama oleh ahli-ahli sejarah Mesir. Catatan ini di antaranyamerekam gelombang penghijrahan suku-suku kaum semitik ke Mesir dan Palestina dan usaha mereka menegakan kekuasaan dan pengaruh di kedua bagian wilayah itu.
Pada abad ke-19 SM kaum hyksos dari rumpun semitik telah muncul sebagian golongan pemerintah dinasti terawal di Mesir. golongan ini juga turut melebarkan pengaruh mereka kebagian palestina dengan kerjasama sekutu-sekutunya dari lain-lain suku-kaum semitik yang serumpun denganya, yaitu rumpun Al-samiyah (semitic) dari keturunan Sam bin Nuh a.s.
Sejak dari abad ke-19 SM dan seterusnya sehingga abad-abad ke-17 SM dan ke-16 SM. Banyak kota-kota didirikan oleh golongan pemerintah Hyksos dan sekutunya di Mesir dan di Palestina. Pembinaan kota-kota ini adalah untuk tujuan keselamatan dan pertahanan di dalam pertumbuhan di antara mereka dengan suku-suku  kaum Kan’an yang terlebih dahulu mendiami bumi subur palestina. Suku-suku kaum Kan’an yang dimajsudkan adalah Amorites (berasal dari Lebanon), Hitties (berasal dari Anatolia) dan juga philistine (berasal dari kepulauan aegean). Demikianlah sebabnya di dalam Bible bumi Palestina disebut  sebagai Kan’an.
Menurut sumber catatan Islam/Arab, kumpulan pengungsi semitik yang dimaksudkan bermusuh dengan suku-suku kaum Kan’an itu adalah kaum Amaliq dari Utara semenanjung tanah Arab yang berhijrah ke Daerah-Daerah Sham, Mesir dan Iraq. Mereka juga adalah dari satu rumpun yang sama dari Ibrahim a.s yaitu rumpun Al-Samiyah (semitic).
Menurut perspektif Barat, catatan-catatan sejarah palestina yang berasaskan penemuan-penemuan arkeologi, sebelum kedatatangan kaum Hebrew ke sana dicatat sebagai sejarah zaman pra-Bible (pre-biblical period). Sementara catatan sejarah palestina yang bermula dengan kedatangan kaum Hebrew ke sana dicatat sebagai sejarah zaman awal Bible (The Erlier Biblical period).
Di dalam Jewish Bible, negei Palestina umumnya di sebut dengan nama bimi Kan’an (Land of cana’an), merujuk kepada negeri yang didiami suku-suku kaum yang telah ada di Palestina semenjak zaman gangsa (3000 SM). Sejarah kehidupan suku-suku kaum itu dianggap sebagai sejarah pra-Bible yaitu sebelum kedatangan Patriarch Abraham. Induk kepada Bani Israel ke sana. Sejarah Bani Israel di Palestina (sejarah zaman Bible) dikatakan bermula di sekitar tahun 2000 SM apabila Patriarch Abraham daripada Mesopotamia telah diarahkan oleh Tuhanya meninggalkan negeri asalnya dan berhijrah ke bumi Kan’an, negeri yang di janjikan untuknya dan zuriatnya, Bani Israel. Menurut Jewish Bible (Old testaments) bahwa Tuhan memerintahkan Abraham supaya berhijrah ke negeri yang dijanjikan untuknya dan untuk zuriat nyayaitu negeri Kan’an (Genesis; 12: 1-7).
Peristiwa hijrah inilah yang menjadi puncak persoalan dan permasalahan yang berkepanjangan  di bumi palestina hingga kini. Walaupun telah terwujud disana kehidupan Kan’an , sejak akhir Milinium ke-3 SM, namun pada pandangan Yahudi kehidupan suku-suku kaum Kan’an sebelum zaman Bible yaitu, sebelum kaum Hebrew menetap disana sebagai sejarah pra-Bible yang hanya dianggap sebagai kehidupan pra-sejarah. Kaum yahudi mengemukakan  hujjah “geotheology” yang berasaskan Bible sebagai “historical geography” mereka.  Menurut “geotheology” Yahudi, bahwa Tuhan telah menjanjikan kepada Abraham untuk mewariskan bumi Kan’an “dari sungai di Egypt hingga sungai besar Euphrates” kepada zuriatnya. Menambahkan lagi masalah itu karena kaum Yahudi berpegang teguh kepada ajaran Agama mereka yaitu Judaism, yang mentafsirkan kenyataan dari Jewish Bible bahwa zuriat Abraham yang dimaksudkan adalah Bani Israel atau kaum bangsa Yahudi. Dengan janji ini mereka menganggap bangsa Israel sajalah pemilik Palestina atau bumi Kan’anyang sah. Berdasarkan dakwaan ini bumi kan’an juga dinamakan menurut tradisi Yahudi sebagai bumi Israel (Eretz Yisrael).
Demikian zaman ini pada umunya menurut perspektif Barat, palestina dirujuk sebagai tanah suci dan disebut juga negeri Israel (Land of Israel). Perspektif umum Barat mengenai sejarah palestina jelas menggambarkan kuatnya pengaruh Bible dalam membentuk perspektif mereka mengenai kaum Hebrew sehingga sejarah kaum itu disinonimkan dengan sejarah Bible. Perspektif berasaskan Bible ini turut diakui oleh sebagian dari cendikiawan Barat di dalam penulisan-penulisan mereka.
Namun menurut sumber Islam bahwa kehidupan terawal di bumi palestina khasnya di Baitul Al-Maqdis (Jerusalem)bukan hanya bermula sejak tahun 3000 SM sebagaimana pendapat para Arkeologis maupun sejak tahun 1000 SM menurut kaum Yahudi, tetapi telah terwujud sejak zaman Adam a.s. Palestina adalah sebagian dari bumi Syam yang berkat, dimana Baitul Al-Maqdis adalah Ibu negerinya sejak zaman awal bumi diciptakan Allah swt. Menurut beberapa nas yang shahih, kewujudan Baitul Al-Maqdis diatas muka bumi ini hanyalah 40 tahun terkemudian daripada pembinaan Bait-i-llah di makkah, sedangkan Bait-i-llah telah dibina sebelum Adam a.s mendiami di dunia ini. Mengenai peristiwa hijrah Nabi Ibrahim ke Palestina, Al-Qur’an membuat penjelasan yang sedikit berbeda, dimana Allah swt menyelamatkan Ibrahim, Istrinya sarah dan anak saudaranya Lut dari Namrud, pemerintah Iraq yang zalim ke negeri Syam yang Allah swt berkatkan. Di Syam (Palestina) Allah swt menjanjikan Ibrahim akan mendapat zuriat yang shaleh yaitu Ismail, Ishaq dan putranya Ya’kub yang juga akan diangkat menjadi Nabi (Al-Anbiya : 71-72).
Jelas perbedaan diantara kenyataan Jewish Bible dengan Al-Qur’an. Bible menyebut Tuhan menjanjikan Abraham dengan penganugerahan bumi Kan’an. Sedangkan Al-Qur’an menyebut Allah swt hanya menjanjikan zuriat yang shalih di bumiNya yang diberkahi bukanya bumi yang dijanjikan. Perbedaan kenyataan dan tafsiran di dalam dua kitab suci itulah yang membawa kepada pertikaian yang berterusan diatas bumi palestinahingga hari ini[1].
3.      Masjid suci ke-3 sebagai medan jihad
4.      614 M Yerusalem jatuh dan dikuasai oleh Persia
5.      629 M Romawi Bizantium berhasil merebut kembali kota Yerusalem
6.      638 M/ 15 H kholifah umar telah berhasil merebut Yerusalem dan menerima penyerahan kunci Yerusalem  langsung dari sophronius
7.      1096 M Jatuh ketangan salibis (nasrani) dengan komando Paus Urbanus II
8.      1128-1187 M/ 521-589 H kembali ke pangkuan muslimin melalui proses selama 88 tahun (80) 91 tahun (H). mulai dari Imaaduddin Zanky, Nuruddin Zanky dan akhirnya Shalahuddin Al-ayubi.
9.      Sejarah perusakan baitul maqdis di abad modern
Umat yahudi memang bertekad untuk menghancurkan dua bangunan utama yang terletak di pelataran haram asy syarif, yaitu masjid Al-Aqso (masjid umar) dan kubah asy sakhro. Sejak rezim zionis menduduki Alquds, berbagai macam upaya untuk menghancurkan kedua bangunan tersebut telah dilakukan. Proses ini bermula sejak kaum zionis menduduki yerussalem timur pada 1967-1968 M, yaitu ketika mereka pertama kali memulai melakukan ekskavasi di sekitar tempat pelataran haram Al-syarif untuk mencari sisa-sisa peninggalan kuil kedua yang pernah dibangun sejak zaman herodes, tetapi sebelum memasuki kajian spesifik seputar motif dan tujuan akhir yang ingin diraih oleh bangsa zionis. Mari kita mengetahui beberapa perusakan fisik yang telah terjadi di berbagai macam bangunan yang berada diatas pelataran haram Asy Syarif sejak 1967 sampai sekarang.
Perusakan tahap pertama
Ekskavasi yang pertama telah dilakukan beberapa saat setelah menduduki wilayah bangsa arab di timur yerussalem sejak 1967. Ekskavasi ini meliputi perusakan sepanjang 70 meter bagian bawah tembok. Pada sisi selatan sampai masjid kaum wanita yang kedalamnya mencapai 14 meter. Sehingga membahayakan rumah dan bangunan warga sipil yang tinggal disekitar lokasi tersebut.penggalian ini dibiayai oleh hebraik university yang dilaksanakan oleh tim yang dipimpin Prof. Benjamin Meizar.
Perusakan tahap kedua
Pada tahun 1869 penggalian yang di lakukan oleh Israel  pada tahap  kedua telah diselesaikan. Mereka telah merusak dinding haram Asy-Syarif sepanjang 80 Meter. Tempat dimulainya ekskavasi tahap dua ini terletak pada posisi akhir dimana mereka melakukan penggalian sebelumnya, dan merentang ke utara tembok hingga ke baab maghriba yang kini sudah rusak total . penggalian ini berhasil mereka lakukan dan mereka terkejut sewaktu menemukan bangunan milik muslimin yang hilang, yaitu ‘sudut mulia’ dan pusat kajian Imam Syafi’I pada masa silam. Mereka juga menemukan tiga bangunan istana peninggalan bani umayyah.
Perusakan tahap ketiga
Pada tahun 1970-1974 telah dimulai ekskavasi tahap ketiga, proyek illegal ini pun tidak dilanjuti tahun 1975-1988. Area penggalian lorong-lorong ini meliputi kolong gedung pengadilan merupakan situs tertua di yerussalem . penggalian bawah tanah ini mencapai 180 Meter panjangnya. Lorong bawah tanah ini melewati banyak kawasan perumahan, fasilitas umum, dan masjid-masjid diatasnya termasuk menara qayt bay dan pasar  tradisional Al-qattanin dengan kedalaman mencapai 11-14 m. hal ini mengakibatkan bangunan didalamnya mengalamikeretakan seperti di masjid utsmaniyyah (Ottoman Mosque), sekolah Al-jawhari, Al-Manjakiyyah dan bagian bawah lapangan islam yang akhirnya oleh zionis dibangun menjadi sinagog. Namun pihak zionis masih juga belum menemukan situs bersejarah milik yahudi.
Perusakan tahap empat dan lima
Tahun 1973-1974 penggalian sekali lagi meliputi bagian bawah seluruh tembok sebelah tenggara masjid Al-Aqso yang panjangnya mencapai 80 meter dengan kedalaman 20 meter. Ekskavasi ini melewati bagian bawah masjid Umar, tiga pintu teras, dan koridor-koridor bagian tenggara.
Perusakan tahap keenam
Penggalian disisi timur laut ini bermula tahun 1977, merentang dari bagian tengah seluruh sisi tembok timur, yakni dari baab sayyidah maryam hingga sudut tembok disisi timur laut.
Perusakan tahap ketujuh
Ekskavasi ini bertujuan memperdalam galian disisi tembok Al-Burak (barat daya). Ia melewati kolong dari beberapa situs bangunan penting disebelahnya, seperti pelataran kuno islam, madrasah tankiriyyah, perpustakaan  Al-khalidiyyah, dan 35 buah rumah yang dihuni sekitar 250 warga palestina.
Perusakan tahap kedelapan
Penggalian ini dimulai pada tahun 1977 sebagai lanjutan dari tahap keempat dan kelima. Proses ekskavasi ini mengakibatkan keretakan dibeberapa sisi luar tembok bangunan masjid AL-Aqso. Peristiwa ini juga mengakibatkan pertengkaran Natoury Karta dan pihak Kementrian Agama.
Perusakan tahap kesembilan
Penggalian ini dimulai pada tahun 1981. Kala itu angkatan bersenjata Israel menentukan lokasi penggalian baru disisi barat tembok yang pernah diketemukan oleh seorang kolonel inggris, weren tahun 1981. Departemen wakaf islam memberanikan diri untuk turun tangan dan menghentikan aksi membabi buta rezim zionis ini dengan cara mengisi ruang yang kosong tersebut dengan semen.


[1] Diambil dari makalah “menggalang kesatuan umat islam menuju pembebasan masjid Al-Aqso” ta’aruf Jama’ah Muslimin (HIZBULLAH) wilayah JABODETABEK dikutip dari penyusun Dr. Mohd Roslan Mohd Nor (Beliau mendapat gelar Doktor dari University Aberdeen di dalam bidang Islamic Jerusalem Studies dan sebagai pensyarah Senior juga menjadi ketua di jabatan sejarah dan tamadun Islam, Akademi pengajian Islam, University Malaya, Kuala Lumpur) dan  Dr. Muhamad Fauzi Zakaria (Beliau merupakan Ahli Jawatankuasa Lajnah Antarbangsa, persatuan Ulama Malaysia dan melakukan kajian diperingkat Doktor falsafah mengenai ‘Bumi yang Dijanjikan’ menurut Yahudi: satu kajian dari perspektif Islam. Beliau menghabiskan pengajianya di Akademi Pengajian Islam, University Malaya, Kuala Lumpur.
Share this article :

Kunjungan

Update

 
Copyright © 2013. BERBAGI ILMU SOSIAL - All Rights Reserved | Supported by : Creating Website | Arif Sobarudin