Home » » LAHIRNYA SOSIOLOGI SEBAGAI SUATU ILMU PENGETAHUAN

LAHIRNYA SOSIOLOGI SEBAGAI SUATU ILMU PENGETAHUAN

Written By Unknown on Jumat, 25 Mei 2012 | Jumat, Mei 25, 2012


PENDAHULUAN

Uraian utama pada bab empat ini adalah menjelaskan sumbangan pemikiran sosial yang berguna bagi lahirnya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Sumbangan pemikiran itu khususnya dari tokoh Saint Simon, Auguste Compte dan Herbert Spencer. Ke tiga tokoh ini akan diuraikan secara jelas mulai dari riwayat hidup hingga sumbangan pemikiran mereka yang begitu berarti dan berperan dalam melahirkan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. menjelaskan riwayat hidup dan sumbangan pemikiran Saint Simon terhadap
    sosiologi.
2. menjelaskan riwayat hidup dan sumbangan pemikiran A. Compte terhadap sosiologi.
3. menjelaskan riwayat hidup dan sumbangan pemikiran H. Spencer terhadap sosiologi.

A.    Saint Simon

1.   Riwayat Hidup

Saint Simon dilahirkan dari keluarga bangsawan pada tahun 1760. Simon adalah seorang amatir dan avontunis di bidang ilmu pengetahuan. Selain itu, beliau juga seorang ahli tehnik matematik sekaligus seorang pemikir agama.

Buku-buku karyanya antara lain:
  1. An Introductie on to the Scientific Work of the Nineteenth Century (1808)
  2. Memoir upon the Science of Man (1813)
  3. Treatise on Universal Gravitation (1814)
  4. Monograph yang berjudul The Reconstruction of European Society (1816)
  5.  Industry (1817)
  6. New Cristiany (1825)

2.  Sumbangan Pemikiran Terhadap Sosiologi

Saint Simon berusaha untuk menggunakan metoda ilmu alam di dalam mempelajari masyarakat. Simon juga menyatakan bahwa dalam mempelajari masyarakat harus secara menyeluruh, sebab semua gejala sosial adalah saling berhubungan satu sama lain, dan oleh sebab itu pula sejarah perkembangan masyarakat sebenarnya menunjukan suatu kesamaan.
Menurut Simon, semua ilmu pengetahuan haruslah bersifat positif yang dicapai melalui metoda-metoda pengamatan, eksperimentasi dan generalisasi sebagaimana yang digunakan dalam ilmu alam.

a.  Ajaran  tentang Perkembangan Sosial
Saint Simon menggunakan 2 prinsip untuk menerangkan perkembangan sosial :
1. Adanya perkembangan yang terus menerus dan meluas dari masyarakat
2. Hukum tentang kemajuan pengetahuan manusia

Menurut Simon, dua prinsip tersebut yang mampu merubah masyarakat. Simon mengatakan bahwa adanya kesejajaran (paralelisme) antara perkembangan individu dengan masyarakat yang kemudian diterangkannya dalam dua cara berfikir manusia, yaitu:
  1. Cara berfikir Sintesis
  2. Cara berfikir Analisis

Masyarakat yang berpola pikir sintesis akan bersifat konstruktif atau organis, dan pada masyarakat yang berfikir analisis akan membawa pemikiran yang kritis. Simon mengambil contoh masyarakat periode kritis adalah pada masa Yunani sampai kelahiran Socrates, kemudian masa reformasi Eropa pada abad pertengahan sampai terjadinya Revolusi Perancis yang merupakan awal dari periode konstruktif atau organis.

Saint Simon mengatakan bahwa bentuk pengetahuan manusia berkembang mulai dari tingkatannya yang spekulatif atau theologies menuju tingkatannya yang semakin konkrit, atau bersifat positif atau ilmiah. Ini berarti bahwa kita harus memandang masyarakat secara keseluruhan yang berkembang dari tingkatannya yang berdasarkan pemikiran yang spekulatif atau theologies, menuju masyarakat yang diorganisir berdasarkan pemikiran yang bersifat positif atau ilmiah.

b.  Ajaran tentang Organisasi Politik
Simon mengemukakan tiga bentuk lembaga perundang-undangan yaitu:
  1. Invitation, yang bertugas untuk merumuskan hukum-hukum
  2. Examination, yang bertugas menyusun kebijaksanaan
  3. Execution, yang bertugas untuk menetapkan hukum-hukum serta kebijaksanaan tersebut dalam kenyataan sehari-hari


B.   Auguste Comte

1.   Riwayat Hidup

Auguste Comte lahir di Perancis pada tahun 1798. Comte adalah anak keluarga monarki Katolik yang terdidik dalam lingkungan psikologi dan kedokteran pada Polytechnique. Kemudian, Comte mengajar filsafat positivistic dan mendirikan masyarakat positivis. Dalam tradisi filsafat pencerahan, beliau berpengalaman pada katalis politik Perancis sebagaimana pasca penolakan revolusi, permulaan revolusi industri, dan konflik yang meningkat antara ilmu dan agama.

Buku-buku karyanya antara lain:
  1. A Course of Positive Philosophy (1830-1862)
  2. A General view of Positivism (1848)
  3. Subjective Synthetis (1856)

Comte sangat dikenal sebagai seorang yang telah memberikan nama Sosiologi. Sosiologi baru disebut sebagai ilmu pada abad 19. Dan usaha untuk membangunnya sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri barulah pada jaman Auguste Compte. Dalam konteks kemasyarakatan Comte, dapat dipahami bahwa tujuan utama sosiologi nya adalah mengeliminasi konstruksi masyarakat modern secara revolusioner (seperti menghentikan disorganisasi moral). Comte tertarik dengan organisasi masyarakat dalam konteks humanisme positivistik filsafatnya.

2.  Sumbangan Pemikiran Terhadap Sosiologi

Sejak melakukan fondasi terhadap masyarakat, gagasan sosiologinya menekan pada tuntunan moral. Comte berupaya mengembangkan “fisika sosial” yang akan melahirkan hukum-hukum sosial dan reorganisasi sosial, sesuai dengan sistem nilai yang dikemukakan oleh Comte yang banyak bernilai dan sebagai hal yang sangat natural.
Dalam hal ini, dikatakan Comte bahwa tugas sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan positif adalah mengkaji dan memahami sistem ini secara menyeluruh untuk memberikan sumbangan bagi pemecahan ilmiah terhadap masalah-masalah sosial.

3.   Metodologi Auguste Comte

Menurut Comte, alam semesta diatur oleh hukum-hukum alam yang tak terlihat (invisible natural) sejalan dengan evolusi dan perkembangan alam pikiran atau nilai-nilai sosial yang dominan. Comte menyatakan bahwa proses evolusi ini terjadi melalui tiga tahapan utama yang disebut dengan hukum tentang perkembangan intelegensi manusia (the law of the three stages), yaitu: tahapan theologies atau fiktif, tahapan metafisis atau abstrak, dan tahapan scientifik atau positivistik sebagai proses peradaban dan pengaruh faktor-faktor tertentu, seperti kebosanan, harapan hidup, sifat-sifat populasi, dan lain sebagainya. Dengan adanya ketiga tahapan tersebut, dapat mengubah tatanan naluri yang rendah menuju tatanan yang lebih tinggi yang mengarah pada penekanan yang bersifat intelektual menuju tahapan positif, yaitu tahapan yang paling ilmiah dan keutuhan moralitas.  Dalam setiap tahap perkembangan intelegensi manusia  terdapat pula bagian-bagian yang merupakan sub-ordinat.

Tahap tingkatan pemikiran yang bersifat theological atau fictitious dapat dibagi  dalam tiga sub ordinat yaitu: fetishism, polytheism, dan monotheism. Fetishism adalah tingkatan pemikiran yang menganggap bahwa semua gejala yang terjadi dan bergerak dibawah pengaruh kekuatan supernatural atau kekuatan gaib. Oleh para ahli agama sebagai perkembangan agama pada tingkat animisme. Proses evolusi manusia berkembang ke tahap Polytheism yaitu tingkatan pemikiran bahwa segala sesuatu yang ada di alam dikendalikan oleh dewa-dewa. Perkembangan selanjutnya ke tingkat pemikiran yang Monotheism yang menganggap hanya ada satu Tuhan yang mengendalikan alam ini.

Tingkat pemikiran manusia kedua adalah the methaphysical or abstract stage yaitu tingkat pemikiran yang menganggap bahwa alam semesta ini segala sesuatunya diatur oleh hukum-hukum alam. Tahap ini adalah tahap transisi manusia untuk sampai ke tahap ketiga dari tingkatan pemikiran manusia yaitu the positive or scientific stage, yaitu suatu tingkatan pemikiran yang menganggap semua gejala alam dengan segala isinya hanya dapat diterangkan serta dipahami melalui kenyataan-kenyataan obyektif/positif. Arti cara berfikir positif adalah suatu cara berfikir bahwa untuk memahami semua gejala alam haruslah melalui pengamatan/observasi terhadap gejala itu sendiri tanpa melihat kekuatan-kekuatan yang abstrak di luar kenyataan itu.

Metode positif ini, mengembangkan penggunaan observasi (penelitian), percobaan (eksperiment), serta perbandingan untuk memahami keseluruhan statistika dan dinamika sosial. Metode-metode tersebut memberikan gambaran terhadap hukum-hukum sosial melalui eksperimentasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagaimana halnya evolusi masyarakat secara umum. Dengan ini, Comte menyebutkan sebagai metodologi yang mengarah pada pengembangan yang lebih luas terhadap model teorinya yang didasarkan organik dan natural, yaitu pada asumsi-asumsi organik dan natural.  

4.   Tipologi  Masyarakat Compte

Auguste Comte membagi masyarakat atas dua bagian utama yaitu model masyarakat statis (sosial statics) yang menggambarkan struktur sosial kelembagaan masyarakat dan prinsip perubahan sosial yang meliputi sifat-sifat sosial (agama seni, keluarga, kekayaan, dan organisasi sosial), dan sifat kemanusian (naluri emosi, perilaku, dan inteligensi). Dan model masyarakat dinamis (sosial dynamics) yang menggambarkan struktur sosial kelembagaan masyarakat dan prinsip perubahan sosial yang terdiri atas hukum-hukum perubahan sosial, dan faktor yang berhubungan dengan tingkat kebosanan masyarakat, usia harapan hidup, perkembangan penduduk, dan tingkat perkembangan intelektual. Comte memandang bagian-bagian ini sebagai suatu kesatuan yang berkembang melalui tiga macam tahapan perkembangan intelektual menuju positivisme. Tipologi Comte ini lebih menggambarkan unsur-unsur pokok dan beberapa proses dalam sistem sosial sehingga dapat mengantisipasi pekerjaan selanjutnya oleh golongan struktur fungsional, bahkan konflik para ahli teori sosiologi. 

Dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa pandangan-pandangan Comte itu tidak sederhana dan karya-karyanya yang menggambarkan dasar-dasar, baik bagi sosiologi maupun teori sosiologi, dan mengandung unsur-unsur yang signifikan yang masih relevan dengan masalah-masalah sosiologi yang ada dalam masyarakat modern saat ini. Dengan mengonseptualisasikan masyarakat seperti yang dilakukan Comte, dimana Comte telah meletakan dasar pengembangan sebuah ilmu tentang kemayarakatan. Meskipun sebenarnya Compte tidak pernah menyebut nama sosiologi, sebab semua ajaran sosial tentang apa yang kita sebut dengan sosiologi pada dewasa ini, oleh Compte disebut dengan ‘sosial physics’. Namun, sejarah telah menyebut bahwa Auguste Compte adalah pendiri sosiologi.


C.    Herbert Spencer

1.  Riwayat Hidup

Herbert Spencer adalah seorang bangsawan Inggris yang dilahirkan dari keluarga pembangkang (nonconformist dissenter). Spencer menerima pendidikan klasik dirumahnya dan bekerja sebagai seorang juru gambar, kemudian menjadi editor pada majalah “The Economist”. Pandangan Spencer tentang masyarakat tampaknya dipengaruhi oleh Revolusi Industri dan ekspansi ekonomi, dari perspektif teori evolusi Darwin. Teorinya sangat banyak berhubungan dengan tipe evolusi organik, seperti halnya teori Comte tentang pembagian masyarakat menjadi masyarakat statis dan dinamis. Karya-karya utama Spencer antaranya:
1. Sosial Statics (1850)
2. First Principle (1862)
3. The Study of Sociology (1873)

Perhatian utama Spencer adalah melacak atau menemukan proses evolusi sosial melalui masyarakat secara historis dan sosiologis. Dalam penerapan prinsip-prinsip evolusi biologis terhadap masyarakat merupakan sesuatu yang tidak begitu mengejutkan. Dengan demikian, analogi organik yang diterapkan pada masyarakat secara langsung dalam kerangka evolusi. Memahami evolusi organik seperti ini menjadi penting untuk kontrol yang lebih besar terhadap masyarakat yang mengakibatkan korelasi yang lebih dekat antara kebutuhan-kebutuhan individual dan masyarakat. Seperti juga Comte, Spencer juga menjelaskan tentang teori organik, evolusi, dan dasar-dasar teori praktis kemasyarakatan yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang tertinggi.

Dalam hal sosiologi, Spencer memandang masyarakat sebagai suatu kesatuan dan perkembangan yang utuh, menggambarkan lebih dari sejumlah bagiannya dan bukunya subjek yang menghilangkan bagian-bagian itu. Hubungan-hubungannya sama dengan hubungan-hubungan fungsional dan menopang dalam organisme biologis. Dalam hal ini, Spencer merupakan seorang pelopor dari paham fungsionalis strukturalis kontemporer.


2.  Sumbangan Pemikiran Terhadap Sosiologi

Dalam tradisi Victorian, Spencer memandang bahwa alam semesta berada dalam keadaan yang terus-menerus mengalami evolusi dan perubahan (dissolusion). Spencer menganggap bahwa inilah tugas sosiologi untuk melacak proses-proses ini seperti yang mereka terapkan dalam masyarakat.

Spencer memandang masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh dan berkembang sesuai dengan hokum-hukum evolusi alam. Sistem organik ini terdiri atas subsistem inner dan outer dan secara terus-menerus berkembang jauh dari tingkat-tingkat baru sebagaimana ia berkembang dari masyarakat primitif  menuju masyarakat yang modern dan industri. Tugas utama sosiologi adalah memahami proses-proses ini secara lebih mendalam supaya tercipta sebuah masyarakat yang harmonis.

3.  Metodologi Herbert Spencer

Metodologi yang digunakan Spencer hampir sama dengan metodologi Comte, yaitu observasi empirik, metode perbandingan, serta sejarah deduktif dan induktif. Metode-metode ini digunakan untuk menjelaskan atau melacak proses evolusi sosial.

4.  Tipologi Masyarakat Spencer

Tipologi utama Spencer adalah pembagian masyarakat menjadi masyarakat statis dan masyarakat dinamis. Spencer menguraikan secara rinci sifat-sifat ideal dua tipe masyarakat tersebut. Spencer menggambarkan masyarakat berdasarkan kepatuhan individu, kekakuan yang tinggi, cara hidup yang teratur, dan ketentuan distribusi penghargaan serta bentuk sentralisasi yang tinggi dari pemerintah. Masyarakat industri dipandang sebagai kondisi yang memungkinkan individu memperoleh status yang lebih tinggi karena lebih sedikitnya peraturan, adanya disentralisasi, dan penghargaan yang menyebar dalam kontrak sosial. Tipe-tipe sosial ini pada dasarnya menggambarkan tingkatan-tingkatan evolusi dari primitif sampai modern.



RINGKASAN

Dari bahasan-bahasan diatas, setelah dikaji kembali ada sejumlah persamaan mendasar antara pemikiran Saint Simon, A. Compte dan H. Spencer yaitu :
  1. Memberikan reaksi terhadap masalah-masalah politik dan ekonomi pada masanya di dalam tradisi pencerahan.  Fokus kajian mereka adalah memahami bagaimana hukum-hukum alam berlaku dalam masyarakat sebagaimana yang telah berkembang dalam memberikan dasar-dasar ilmiah bagi kontrol sosial, dan kebahagiaan masyarakat.
  2. Memandang bahwa masyarakat diatur oleh hukum-hukum alam.
  3. Memandang masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkembang terus melalui serangkaian tahapan-tahapan menuju masyarakat yang lebih positif dan industri.
  4. Menjelaskan susunan masyarakat yang terdiri dari masyarakat statis dan dinamis serta masyarakat yang sintesis dan analitis.
  5. Menekankan pada observasi empiris dan metode komperatif sebagai metode-metode yang sesuai.
  6. Menggaris bawahi tipe-tipe masyarakat pada tahapan tertentu dari evolusi sebagai tipologi-tipologi dasar mereka.





DAFTAR PUSTAKA

De Haan, J. Bierens, 1953. Sosiologi Perkembangan dan Metode. Terjemahan Adnan Syamni. Yayasan Pembangunan. Jakarta.

Johnson, Paul D, 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern I. Gramedia. Jakarta

Kinloch, Graham. 2005. Perkembangan Dan Paradigma Utama Teori Sosiologi. Pustaka Setia. Bandung

Laeyendecker, L., 1994. Tata Perubahan dan Ketimpangan. Suatu Pengantar Sejarah Sosiologi. Gramedia. Jakarta.

M. Siahaan, Hotman. 1986. Pengantar Ke Arah Sejarah Dan Teori Sosiologi. Erlangga. Jakarta

Soekanto, Soerjono, 1986. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali. Jakarta.

Veeger, K.J., 1986. Realitas Sosial. Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu-Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Gramedia. Jakarta.
Share this article :

Kunjungan

Update

 
Copyright © 2013. BERBAGI ILMU SOSIAL - All Rights Reserved | Supported by : Creating Website | Arif Sobarudin