Sumber: fakta-ilmu.blogspot.com |
Sampai
sekarang kalangan akademis -terutama dari bidang sosiologi dan
antropologi- merasa cukup sulit untuk memberikan suatu ciri-ciri khas
manusia Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh adanya beraneka etnis di
Indonesia dengan karakteristiknya.
Akan tetapi, kesulitan
tersebut menjadi tidak berarti bagi seorang Mochtar Lubis, wartawan dan
sastrawan otodidak yang hanya lulus Hollandsch Inlandsche School (HIS).
Dalam Manusia Indonesia: Sebuah pertanggung jawab (selanjutnya Manusia
Indonesia), minimal, Mochtar Lubis telah ’mampu’ untuk membuat suatu
kesimpulan atau bahkan menggeneralisir sifat-sifat dari 130 juta manusia
Indonesia pada waktu itu (pada saat buku ini terbit, 1977/1978).
Pertanggungjawaban Mochtar Lubis ini, mungkin saja belatar belakang
dari hasil perjalanan panjang serta pengalamannya di dalam pergumulan
bangsa Indonesia pada masa kolonialisme Belanda; ekspansi Dari Nippon,
perjuangan memperebutkan dan mempertahankan kemerdekaan sampai pada
menurunnya semangat kebersamaan serta kesatuan bangsa akhir-akhir ini.
Dalam perjalanan panjang tersebut, Mochtar Lubis bertemu dengan
berbagai lapisan masyarakat sekaligus berhadapan serta berbenturan
dengan ‘kekuatan dan kekuasaan besar’ yang ada sehingga ia harus
terhempas untuk beberapa saat.
Dengan latar belakang itulah,
maka dalam Manusia Indonesia ditemukan nada-nada sinis yang jujur atau
mungkin saja mengungkapkan apa adanya keadaan manusia secara universal
dan bukan saja di Indonesia.
Jika memang dalam Manusia Indonesia
adalah suatu ungkapan realitas maka ternyata manusia Indonesia penuh
dengan paradoks yang tetap saja tak terselami oleh siapa pun, termasuk
oleh Mochtar Lubis sendiri.
1. Hipokrit alias Munafik:
Berpura-pura, lain di muka – lain di belakang, merupakan sebuah ciri utama manusia Indonesia. Sifat ini muncul karena sejak lama manusia Indonesia mengalami penindasan sehingga dipaksa oleh kekuatan-kekuatan dari luar untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya dirasakannya atau dipikirkannya ataupun yang sebenarnya dikehendakinya, karena takut akan mendapat ganjaran yang membawa bencana bagi dirinya.
Berpura-pura, lain di muka – lain di belakang, merupakan sebuah ciri utama manusia Indonesia. Sifat ini muncul karena sejak lama manusia Indonesia mengalami penindasan sehingga dipaksa oleh kekuatan-kekuatan dari luar untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya dirasakannya atau dipikirkannya ataupun yang sebenarnya dikehendakinya, karena takut akan mendapat ganjaran yang membawa bencana bagi dirinya.
2. Segan dan Enggan Bertanggung Jawab:
Atas perbuatannya, putusannya, kelakuannya, pikirannya, dan sebagainya.
“Bukan saya", adalah kalimat yang cukup populer di mulut manusia Indonesia. Atasan menggeser tanggung jawab tentang suatu kegagalan pada bawahannya, dan bawahannya menggesernya ke yang lebih bawah lagi, dan demikian seterusnya. Akan tetapi jika merupakan suatu keberhasilan, maka mereka paling depan mengatakan, itu karena saya. .
“Bukan saya", adalah kalimat yang cukup populer di mulut manusia Indonesia. Atasan menggeser tanggung jawab tentang suatu kegagalan pada bawahannya, dan bawahannya menggesernya ke yang lebih bawah lagi, dan demikian seterusnya. Akan tetapi jika merupakan suatu keberhasilan, maka mereka paling depan mengatakan, itu karena saya. .
3. Berjiwa Feodal:
Mereka yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan harus dihormati oleh yang
dikuasai, yang kecil dan tanpa kekuasaan harus mengabdi kepada yang
besar. Segala sesuatu yang berhubungan dengan yang berkuasa, juga harus
dihormati oleh mereka yang di bawahnya, isteri bawahan harus menghormat
isteri atasan, anak bawahan harus menomersatukan anak atasan, dan
seterusnya.
Sikap-sikap feodalisme ini dapat kita lihat dalam
tatacara upacara resmi kenegaraan, dalam hubungan-hubungan organisasi
kepegawaian (umpamanya jelas dicerminkan dalam susunan kepemimpinan
organisasi-organisasi isteri pegawai-pegawai negeri dan angkatan
bersenjata), dalam pencalonan isteri pembesar negeri dalam daftar
pemilihan umum. Isteri komandan, isteri menteri otomatis jadi ketua,
bukan berdasar kecakapan dan bakat leadership-nya, atau pengetahuan dan
pengalamannya atau perhatian dan pengabdiannya..
4. Masih Percaya Takhyul:
Dulu, dan sekarang juga, masih ada yang demikian, manusia Indonesia
percaya bahwa batu, gunung, pantai, sungai, danau, karang, pohon,
patung, bangunan, keris, pisau, pedang, itu punya kekuataan gaib,
keramat, dan manusia harus mengatur hubungan khusus dengan ini semua.
Kepercayaan serupa ini membawa manusia Indonesia jadi tukang bikin
lambang. Kita percaya pada jimat dan jampe. Untuk mengusir hantu kita
memasang sajen dan bunga di empat sudut halaman, dan untuk menghindarkan
naas atau mengelakkan bala, kita membuat tujuh macam kembang di tengah
simpang empat. Kita mengarang mantera. Dengan jimat dan mantera kita
merasa yakin telah berbuat yang tegas untuk menjamin keselamatan dan
kebahagiaan atau kesehatan kita..
5. Artistik:
Ciri ini
selalu memperlihatkan sesuatu yang indah, baik, bagus serta mempesonakan
untuk dipandang. Ciri ini bisa mampu menyimpan atau menyembunyikan
keadaan sebenarnya yang ada dalam hidupnya, jiwanya, kalbunya. Dia hidup
lebih banyak dengan naluri, dengan perasaannya, dengan perasan-perasaan
sensuilnya, Orang asing -turis mancanegara- paling senang menonton
nuansa artistik manusia Indonesia ini, karena memang dipertontonkan oleh
manusia Indonesia sendiri. Ciri ini mungkin datang dari sikap manusia
Indonesia yang ramah dan menyenangkan orang lain, sehingga tidak mau
siapa pun melihat hal-hal jelek, tidak baik, dan buruk dari dalam diri
mereka. .
6. Watak yang Lemah:
Foto ribuan cewek anak
buah Ratu Prostitusi Yunita Keyko. Keyko diduga sebagai mucikari besar
dengan 'ayam' atau gadis mencapai 2.600 orang. / merdeka.com
Karakter kurang kuat. Manusia Indonesia kurang dapat mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya. Dia mudah, apalagi jika dipaksa, dan demi untuk ’survive’ bersedia mengubah keyakinannya. Makanya kita dapat melihat gejala pelacuran intelektuil amat mudah terjadi dengan manusia Indonesia..
Karakter kurang kuat. Manusia Indonesia kurang dapat mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya. Dia mudah, apalagi jika dipaksa, dan demi untuk ’survive’ bersedia mengubah keyakinannya. Makanya kita dapat melihat gejala pelacuran intelektuil amat mudah terjadi dengan manusia Indonesia..
7. Tidak Hemat, Dia Bukan “Economic Animal”:
Malahan manusia Indonesia pandai mengeluarkan terlebih dahulu
penghasilan yang belum diterimanya, atau yang akan diterimanya, atau
yang tidak akan pernah diterimanya. Dia cenderung boros. Dia senang
berpakaian bagus, memakai perhiasan, berpesta-pesta. Hari ini ciri
manusia Indonesia menjelma dalam membangun rumah mewah, mobil mewah,
pesta besar, hanya memakai barang buatan luar negeri, main golf,
singkatnya segala apa yang serba mahal.
8. Lebih suka tidak bekerja keras, kecuali kalau terpaksa:
Gejalanya hari ini adalah cara-cara banyak orang ingin segera menjadi “miliuner seketika”, seperti orang Amerika membuat instant tea, atau dengan mudah mendapat gelar sarjana sampai memalsukan atau membeli gelar sarjana, supaya segera dapat pangkat, dan dari kedudukan berpangkat cepat bisa menjadi kaya.
Gejalanya hari ini adalah cara-cara banyak orang ingin segera menjadi “miliuner seketika”, seperti orang Amerika membuat instant tea, atau dengan mudah mendapat gelar sarjana sampai memalsukan atau membeli gelar sarjana, supaya segera dapat pangkat, dan dari kedudukan berpangkat cepat bisa menjadi kaya.
9. Manusia Indonesia Tukang Menggerutu.:
Tetapi menggerutunya tidak berani secara terbuka, hanya jika dia dalam
rumahnya, atau antara kawan-kawannya yang sepaham atau sama perasaan
dengan dia.
10. Cepat Cemburu dan Dengki.:
Cemburu dan
dengki terhadap orang lain yang dilihatnya lebih maju dari dia.
Akibatnya mereka mudah untuk menjatuhkan orang lain dengan intrik,
fitnah, dan lain-lain.
11. Manusia Indonesia juga dapat dikatakan manusia sok.:
Kalau sudah berkuasa mudah mabuk berkuasa. Kalau kaya lalu mabuk harta, jadi rakus.
12. Manusia Indonesia juga manusia tukang tiru atau Plagiat.:
Kepribadian kita sudah terlalu lemah. Kita tiru kulit-kulit luar yang
mempesonakan kita. Banyak yang jadi koboi cengeng jika koboi-koboian
lagi mode, jadi hipi cengeng jika sedang musim hipi.tukang tiru. Hal ini
mengakibatkan manusia Indonesia ’hampir-hampir’ kehilangan identitasnya
sebagai bangsa yang mempunyai ciri kebudayaan sendiri.
Di samping itu, manusia Indonesia, juga mempunyai sifat bisa kejam, bisa meledak, ngamuk, membunuh, membakar, khianat, menindas, memeras, menipu, mencuri, korupsi, tidak peduli dengan nasib orang lain, dan lain-lain.
Di samping itu, manusia Indonesia, juga mempunyai sifat bisa kejam, bisa meledak, ngamuk, membunuh, membakar, khianat, menindas, memeras, menipu, mencuri, korupsi, tidak peduli dengan nasib orang lain, dan lain-lain.
Sumber: Facebook.com