Jakarta, Tidak ada satu orang tua pun yang tidak sedih jika Anaknya justru menjadi sakit, sering tidur setelah diberikan vaksin. Vaksin yang seharusnya bisa melindunginya dari penyakit justru membuatnya terserang penyakit.
Adalah Ben Foy (8), bocah laki-laki yang bisa tidur tanpa peringatan, di manapun, kapanpun, bahkan sekalipun ia tidak merasakan kantuk. Dalam sehari ia bisa tertidur hingga 20 kali. Selain itu ia juga bisa ambruk jika terlalu bersemangat, seperti dilansir Daily Mail, Rabu (11/9/2013).
Ibunya, Lindsey (33), mengatakan bahwa dalam hal ini harusnya suntikan Pandemrix harus disalahkan. Terlebih lagi pada tahun 2011 Departemen Kesehatan di Inggris telah memberikan aturan di mana vaksin tersebut tidak harus diberikan kepada orang yang berumur di bawah 20 tahun karena bisa mengakibatkan narkolepsi.
Selain itu, di Inggris sudah lebih dari 10 orang anak yang teridentifikasi mengidap narkolepsi sebagai hasil dari vaksin tersebut. Vaksin ini sudah diberikan hampir satu juta anak dibawah umur lima tahun pada tahun 2009, dan 2010 karena itu berkaitan dengan narkolepsi.
Selain itu, ternyata narkolepsi yang menyerangnya ini membuat Ben jadi lebih mudah marah dan menyalahkan kondisinya. "Sebelumnya diberikan vaksin itu, Ben adalah anak yang sehat. Namun itu sebelum ia menunjukkan gejala narkolepsi. Mulanya ia terkena narkolepsi dimulai perlahan, dan awalnya ia hanya terlihat lebih lelah dari biasanya, " ujar Lindsey.
Namun Lindsey tidak berpikir macam-macam saat melihat kondisi Ben. Ia hanya berpikir bahwa mungkin ia terlalu kelelahan sekolah. Karena pada saat itu adalah awal dia kembali ke sekolah.
"Namun tidak lama, ia mulai sering tertidur dan gurunya mengatakan kepada kami ia terus tidur siang di mejanya dan mereka akan berjuang membangunkannya. Kemudian ia juga mulai kelelahan jalan ke rumah dari sekolah dan mulai ambruk, sejak itulah kami sadar ada yang tidak beres," cerita Lindsey.
Tidak hanya terkena narkolepsi, ia juga mengidap katapleksi, di mana seseorang yang terkena penyakit ini akan tiba-tiba kehilangan kekuatannya karena emosi yang kuat seperti kegembiraan.
Ben mendapat vaksin ini pada Januari 2010 dan mulai menunjukkan gejala pertama pada bulan September berikutnya. Memerlukan waktu 2 tahun untuk mengetahui apa yang terjadi pada dirinya, dengan sebelumnya dokter mengirim Ben untuk melakukan beberapa tes. Tes tersebut adalah CT scan, penelitian tidur, MRI, tes darah, pungsi lumbal dan ECG.
Selama dua tahun dokter tidak tahu apa yang terjadi pada Ben, hal tersebut sangat membuat Lindsey stres. Hingga pada akhirnya Lindsey berusaha terus mencari-cari apa yang terjadi pada anaknya melalui internet, Lindsey pun menemukan bahwa anaknya mengidap narkolepsi.
"Akhirnya saya baca mengenai narkolepsi dan ada kemungkinan berkaitan dengan vaksin flu babi. Saat saya membacanya saya langsung berpikir bahwa apa yang digambarkan di internet sama seperti apa yang dialami Ben," cerita Lindsey.
Meski Lindsey sudah menduga bahwa anaknya terkena Narkolepsi, para dokter tidak langsung mendiagnosanya demikian, mereka tetap harus melakukan tes sebelum bisa membuat diagnosis resmi.
Guna menyembuhkan penyakit Ben, keluarganya memilih untuk tidak mengobati kondisinya dengan obat resep dari dokter hingga bulan Mei tahun ini. "Obat-obatan yang awalnya ditawarkan kepada Ben terkait dengan anti-depresan dan memiliki efek samping yang sangat serius," kata kakeknya, Brian (60).
"Kami membawanya ke psikiater anak dan mengubah pola makannya. Kami juga menyadari bahwa Ben akan ambruk ketika dia terlalu senang, jadi saya akan berusaha mengaturnya," tambah Brian.
Karena katalepsi yang diderita, Ben harus berhenti sepenuhnya bermain sepak bola selama sekitar dua tahun karena ia terus ambruk di lapangan.
"Sekarang dia sudah besar, dia mampu mengenali dirinya ketika dia akan ambruk dan dia akan ambruk dia akan keluar beberapa menit dari permainan hingga akhirnya bisa kembali main," katanya.
Keluarga Ben berharap kasus yang dialami Ben bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih sadar terhadap kaitannya narkolepsi dengan vaksin flu babi. Selain itu juga memaksa pemerintah untuk bertanggung dan memberikan ganti rugi pada keluarga seperti kami.
Narkolepsi adalah gangguan tidur yang menyebabkan seseorang tiba-tiba tertidur pada waktu yang tidak tepat. Ini adalah kondisi neurologis jangka panjang yang mengganggu pola tidur normal.
Gejalanya meliputi serangan tidur, kantuk di siang hari dan katalepsi, kelemahan otot saat menanggapi emosi. Hal ini sering disebabkan oleh respon autoimun, ketika antibodi dilepaskan oleh tubuh tapi bukannya menghancurkan penyakit, mereka justru menyerang sel-sel sehat.
Pada kasus narkolepsi, antibodi menyerang area pada otak yang memproduksi zat yang mengatur tidur. Penyakit ini tidak ada obatnya, namun dengan pengaturan pola tidur dan hidup sehat. Meskipun begitu, di beberapa kasus, pengobatan dengan mengonsumsi antidepresi atau stimulan juga dapat membantu.