Jakarta - Kehadiran Google Glass tidak akan lengkap tanpa toko aplikasi khusus untuk gadget tersebut. Google pun menyiapkan app store untuk segera 'buka toko'.
Google tak ingin terburu-buru memastikan kualitas dari perangkat itu sendiri. Saat ini, meski developer dan pengguna terpilih sudah mengeksplorasi Google Glass, nyatanya aplikasi untuk perangkat ini belum cukup banyak, setidaknya jika dibandingkan dengan aplikasi reguler Android.
Pasalnya, seperti dilansir Slash Gear, Rabu (4/9/2013), platform Google Glass berbeda dengan smartphone atau tablet. Terbilang baru, cara memakai dan spesifikasi teknis pun berbeda dari smartphone dan tablet. Tak heran, perlu penyesuaian dari aplikasi untuk bisa digunakan di gadget ini.
Sejak diperkenalkan, Google Glass menuai popularitas. Keajaiban yang ditawarkannya memang membuat banyak penggila gadget ingin memilikinya. Meski demikian, kacamata pintar Google ini juga memancing kontroversi.
Pimpinan dewan kongres AS bahkan sampai menulis surat kepada Google, berkaitan dengan kekhawatiran terhadap isu privasi Google Glass. Kongres AS menyarankan adanya kontrol lebih jauh dalam penggunaan Google Glass guna memastikan gambar maupun video yang diambil menggunakan kacamata tersebut tidak diambil tanpa izin.
Dalam responsnya, Google mengatakan kacamata pintarnya tidak menggunakan teknologi facial recognition. Untuk pengambilan foto dan video, diperlukan perintah suara sehingga orang lain akan mengetahuinya.
Semua file yang direkam oleh Google Glass juga bisa dihapus oleh si pengguna dan Google menjaga ketat API untuk aplikasi Google Glass guna menghindari bocornya batasan privasi.
Tak cukup sampai di situ, Google memberlakukan pelarangan untuk menjual kembali gadget tersebut. Kebijakan ini dilakukan untuk memastikan informasi pribadi tidak berpindah ke tangan orang lain. Jika pengguna mengalami kecurian atau kehilangan, mereka pun bisa menghapus data mereka dari jarak jauh.