Home » » Definisi kepribadian menurut Antropologi

Definisi kepribadian menurut Antropologi

Written By Unknown on Rabu, 21 Agustus 2013 | Rabu, Agustus 21, 2013


Definisi kepribadian menurut Antropologi
Para ahli biologi mendalami dan mempelajari seutu deskripsi mengenai system organ suatu jenis atau spesies binatang , biasanya juga sekaligus mempelajari kelakuan binatang-binatang itu. Deskripsi mengenai pola-pola kelakuan binatang – binatang itu (seperti mencari makan, menghindari macam bahaya, menyerang musuh, beristirahat, mencari betina saat masa birahi, bersetubuh, mencari tempat untuk melahirkan, memelihara dan melindungi keturunannya dan sebagainya) biasanya berlaku untuk seluruh spesies yang menjadi objek perhatiannya.
Berbeda dengan hal makhluk manusia yang dipelajari secara intensif hingga detail oleh para ahli biologi, anatomi, fisiologi, patologi dan para dokter tetapi belum banyak diketahui pola-pola kelakuany. Pola-pola kulakuan yang berlakuuntuk seluruh jenis homo sapiens hamper tidak ada, bahkan untuk semua individu manusia yang termasuk saturaspun, seperti ras mongoid, raskaukasoid, ras negroid atau ras australoid, tidak ada suatu system pola kelakuan yang seragam.  Ini disebabkan karena kelakuan manusia homo sapiens tidak hanya timbul dari  dan di tentukan oleh system organic biologinya saja, akan tetapi sangat dipengaruhi dan di tentukan oleh akal dan jiwanya, sedemikian rupa sehingga variasi pola kelakuan antara seorang individu homo sapiens dengan homo sapiens lainya, dapat sangat besar. Malahan, pola kelakuan tiap manusia secara individual sebenarnya sangat unik dan berbeda. Karena itu para ahli antropologi, sosiologi dan psikologi yang mempelajari pola-pola kelakuan manusia ini jiga tidak lagi bicara mengenai pola-pola kelakuan atau patterns of behavior dari manusi, tetapi mengenai pola-pola tingkah laku, pola-pola tindakan (patterns of action) apabila seorang ahli antropologi sosiologi atau psikologi berbicara mengenai ‘pola kelakuan manusia’ maka yang dimaksudnya adalah kelakuan dalam arti yang sangat khusus, yaitu kelakuan organisme manusia yang ditentukan oleh naluri dorongan-dorongan reflex-refleks atau kelakuan manusia yang tidak lagi dipengaruhi dan ditentukan oleh akal dan jiwanya (yaitu kelakuan manusia yang membabi buta)

Susunan unsure unsure akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu  manusia itu disebut “kepribadian” atau personality. Definisi mengenai kepribadian tersebut masih sangat kasar sifatnya. Dan tidak banyak berbeda dengan arti yang diberikan dalam konsep seperti itu dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa popular, istilah kepribadian juga berarti cirri-ciri watak seseorang individu yang konsisten. Hal itu member kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus. Sedangkan dalam bahsa sehari-hari kita anggap bahwa seseorang tertentu mempunyai keribadian, memang yang biasanya yang kita maksud ialah bahwa seorang tersebut mempunyai beberapa cirri watak yang di perlihatkanya secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu lainya.
Kalau definisi umum yang banyak menyerupai arti konsep dalam bahasa sehari hari tersubut hendak kita pertajam maka akan banyak timbul kesukaran. Hal itu sudah banyak di lakukan oleh para ahli psikologi yang memang merupakan tugas mereka, namun tidak ada definisi yang tajam dan seragam di antara para ahli psikologiyang berasal dari berbagi aliran khusus dalam psikologi. Konsep kepribadian itu rupanya adalah suatu konsep yang yang demikian luas sehingga merupakan suatu kontruksi yang tidak mungkin di rumuskan dalam satu definisi yang tajam tetapi mencakup keseluruhannya. Karena itu bagi kita yang belajar antropologi, cukuplah kiranya kalau uantuk sementara kita pergunakan saja dahulu definisi yang masih kasar itu . sedangkan penggunaan definisi yang lebih tajam untuk analisis yang lebih mengkhususkan dan mendalam. Kita serahkan kepda para ahli psikologi.
Unsur unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Dalam lingkunngan hidup manusiaada bermacam macam hal yang dialami melalui penerimaan pancaindra dan alat penerima atau reseptor organ lain, misalnya sebagai getaran eter ( cahaya dan warna) getaran Ekuistik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan mekanikal (berat ringan) tekanan termikal(panas dingi) dan sebagainya, yang masuk kedalam sel sel tertentu dibagian-bagian tertentu otaknya. Disana berbagai macam proses fisik, fisiologi dan psikologi terjadi, yang menyebabkan berbagai macam getaran dan tekanan tadi diolah menjadi susunan yang di pancar atau diproyeksi oleh individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan tadi. Seluruh proses akal manusia yang sadar (conscious) tadi, dalam ilmu psikologi disebut “persepsi”.
Penggambaran tentang lingkungan tersebut berbeda dengan misalnya sebuah foto yang secara lengkap memuat semua unsur dari lingkungan yang terkena cahaya sehingga ditangkap oleh film melalui lensa kamera. Penggambaran oleh akal manusia hanya mengandung bagian bagian khusus yang mendapat perhatian dari akal si individu sehingga merupakan suatu penggambaran yang berfokus dari alam lingkungan yang baru saja dilihatnya tadi
Penggambaran tentang lingkungan dengan focus pada bagian bagian yang paling menarik perhatian seorang individu, seringkali juga di olah oleh suatu proses dalam akalnya yang menghubungkan penggambaran tadi dengan berbagai penggambaran lain sejenis yang pernah diterima dan diproyeksikan oleh kala dalam masa lalu, kemudian timbul kembali sebagai kenangan atau penggambaran lama dalam kesadaran nya. Dengan demikian diperoleh suatu penggambaran suatu pengambaran baru dengan lebih banyak pengertian tentang keadaan lingkungan tadi. Penggabaran baru dengan pengertian baru seperti itu, dalam ilmu psikologidisebut apersepsi.
Ada kalanya suatu persepsi, setelah di proyeksikan kembali oleh individu menjadi suatu penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian bagian yang menyebabkan individu itu tertarik, akan lebih intensif memusatkan akalnyaterhadap bagian bagian khusus tadi. Penggambaran yang lebih intensif berfokus (terjadi karena pemusatan akal yang lebih intensif tadi ) dalam ilmu psikologi di sebut pengamatan.
Seorang individu dapat juga mengabung dan membanding bandingkan bagian bagian dari suatu penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas asas tertentu secara konsisten. Dengan proses akal itu individu mempunyai suatu kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak, sebenarnya dalam kenyataan tidak serupa dengan salah satu dari berbagai macam penggambaran yang menjadi bahan kongkrit dari penggambaran itu. Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang tempat-tempat tertentu dimuka bumi ini, bahka juga diluar bumi inipadahal ia belum pernah melihat atau mempersepsikan tempat tempat tadi. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu ilmu sosial di sebut konsep.
Dalam usaha pengamatan oleh seoran individu dengan cara seperti terurai tadi maka penggambaran tentang lingkungan tersebut ada yang di tambah tambah dan dibesar besarkan dan ada yang dikurangi serta di kecil kecilkan pada bagian bagian tertentu. bahkan ada pula yang digabung gabungkan dengan penggambaran penggambaran lain, menjadi penggambaran yang baru sama sekali, sebenarnya tidak akan pernah ada dalam kenyataan, penggambaran baru yang sering kali juga tidak realistis itu dalam ilmu psikologi disebut fantasi.
Kemampuan akal yang membentuk konsep, dan untuk berfantasi , sudah tentu sangat penting bagi makhluk manusia. Jika tanpa kemampuan tersebut (terutama konsep dan fantasi  yang mempunyai nilai guna dan keindahan, yakni kemampuan akal yang kreatif) maka manusia tidak akan dapat mengembangkan cita-cita dan gagasan-gagasan ideal. Selain itu manusia juga tidak akan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan tidak akan dapat mengkreasikan karya karya keseniannya.

Share this article :

Kunjungan

Update

 
Copyright © 2013. BERBAGI ILMU SOSIAL - All Rights Reserved | Supported by : Creating Website | Arif Sobarudin