Definisi kepribadian
menurut Antropologi
Para ahli biologi
mendalami dan mempelajari seutu deskripsi mengenai system organ suatu jenis
atau spesies binatang , biasanya juga sekaligus mempelajari kelakuan
binatang-binatang itu. Deskripsi mengenai pola-pola kelakuan binatang –
binatang itu (seperti mencari makan, menghindari macam bahaya, menyerang musuh,
beristirahat, mencari betina saat masa birahi, bersetubuh, mencari tempat untuk
melahirkan, memelihara dan melindungi keturunannya dan sebagainya) biasanya
berlaku untuk seluruh spesies yang menjadi objek perhatiannya.
Berbeda dengan hal
makhluk manusia yang dipelajari secara intensif hingga detail oleh para ahli
biologi, anatomi, fisiologi, patologi dan para dokter tetapi belum banyak
diketahui pola-pola kelakuany. Pola-pola kulakuan yang berlakuuntuk seluruh
jenis homo sapiens hamper tidak ada, bahkan untuk semua individu manusia yang
termasuk saturaspun, seperti ras mongoid, raskaukasoid, ras negroid atau ras
australoid, tidak ada suatu system pola kelakuan yang seragam. Ini disebabkan karena kelakuan manusia homo
sapiens tidak hanya timbul dari dan di
tentukan oleh system organic biologinya saja, akan tetapi sangat dipengaruhi dan
di tentukan oleh akal dan jiwanya, sedemikian rupa sehingga variasi pola kelakuan
antara seorang individu homo sapiens dengan homo sapiens lainya, dapat sangat
besar. Malahan, pola kelakuan tiap manusia secara individual sebenarnya sangat
unik dan berbeda. Karena itu para ahli antropologi, sosiologi dan psikologi
yang mempelajari pola-pola kelakuan manusia ini jiga tidak lagi bicara mengenai
pola-pola kelakuan atau patterns of behavior dari manusi, tetapi mengenai
pola-pola tingkah laku, pola-pola tindakan (patterns of action) apabila seorang
ahli antropologi sosiologi atau psikologi berbicara mengenai ‘pola kelakuan
manusia’ maka yang dimaksudnya adalah kelakuan dalam arti yang sangat khusus,
yaitu kelakuan organisme manusia yang ditentukan oleh naluri dorongan-dorongan
reflex-refleks atau kelakuan manusia yang tidak lagi dipengaruhi dan ditentukan
oleh akal dan jiwanya (yaitu kelakuan manusia yang membabi buta)
Susunan unsure unsure
akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari
tiap-tiap individu manusia itu disebut
“kepribadian” atau personality. Definisi mengenai kepribadian tersebut masih
sangat kasar sifatnya. Dan tidak banyak berbeda dengan arti yang diberikan
dalam konsep seperti itu dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa popular,
istilah kepribadian juga berarti cirri-ciri watak seseorang individu yang
konsisten. Hal itu member kepadanya suatu identitas sebagai individu yang
khusus. Sedangkan dalam bahsa sehari-hari kita anggap bahwa seseorang tertentu
mempunyai keribadian, memang yang biasanya yang kita maksud ialah bahwa seorang
tersebut mempunyai beberapa cirri watak yang di perlihatkanya secara lahir,
konsisten, dan konsekuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu
tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu lainya.
Kalau definisi umum
yang banyak menyerupai arti konsep dalam bahasa sehari hari tersubut hendak
kita pertajam maka akan banyak timbul kesukaran. Hal itu sudah banyak di
lakukan oleh para ahli psikologi yang memang merupakan tugas mereka, namun
tidak ada definisi yang tajam dan seragam di antara para ahli psikologiyang
berasal dari berbagi aliran khusus dalam psikologi. Konsep kepribadian itu
rupanya adalah suatu konsep yang yang demikian luas sehingga merupakan suatu
kontruksi yang tidak mungkin di rumuskan dalam satu definisi yang tajam tetapi
mencakup keseluruhannya. Karena itu bagi kita yang belajar antropologi,
cukuplah kiranya kalau uantuk sementara kita pergunakan saja dahulu definisi
yang masih kasar itu . sedangkan penggunaan definisi yang lebih tajam untuk
analisis yang lebih mengkhususkan dan mendalam. Kita serahkan kepda para ahli
psikologi.
Unsur unsur yang
mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata
terkandung dalam otaknya. Dalam lingkunngan hidup manusiaada bermacam macam hal
yang dialami melalui penerimaan pancaindra dan alat penerima atau reseptor
organ lain, misalnya sebagai getaran eter ( cahaya dan warna) getaran Ekuistik
(suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan mekanikal (berat ringan) tekanan
termikal(panas dingi) dan sebagainya, yang masuk kedalam sel sel tertentu
dibagian-bagian tertentu otaknya. Disana berbagai macam proses fisik, fisiologi
dan psikologi terjadi, yang menyebabkan berbagai macam getaran dan tekanan tadi
diolah menjadi susunan yang di pancar atau diproyeksi oleh individu tersebut
menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan tadi. Seluruh proses akal manusia
yang sadar (conscious) tadi, dalam ilmu psikologi disebut “persepsi”.
Penggambaran tentang
lingkungan tersebut berbeda dengan misalnya sebuah foto yang secara lengkap
memuat semua unsur dari lingkungan yang terkena cahaya sehingga ditangkap oleh
film melalui lensa kamera. Penggambaran oleh akal manusia hanya mengandung
bagian bagian khusus yang mendapat perhatian dari akal si individu sehingga
merupakan suatu penggambaran yang berfokus dari alam lingkungan yang baru saja
dilihatnya tadi
Penggambaran tentang
lingkungan dengan focus pada bagian bagian yang paling menarik perhatian
seorang individu, seringkali juga di olah oleh suatu proses dalam akalnya yang
menghubungkan penggambaran tadi dengan berbagai penggambaran lain sejenis yang
pernah diterima dan diproyeksikan oleh kala dalam masa lalu, kemudian timbul
kembali sebagai kenangan atau penggambaran lama dalam kesadaran nya. Dengan
demikian diperoleh suatu penggambaran suatu pengambaran baru dengan lebih
banyak pengertian tentang keadaan lingkungan tadi. Penggabaran baru dengan
pengertian baru seperti itu, dalam ilmu psikologidisebut apersepsi.
Ada kalanya suatu
persepsi, setelah di proyeksikan kembali oleh individu menjadi suatu
penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian bagian yang
menyebabkan individu itu tertarik, akan lebih intensif memusatkan
akalnyaterhadap bagian bagian khusus tadi. Penggambaran yang lebih intensif
berfokus (terjadi karena pemusatan akal yang lebih intensif tadi ) dalam ilmu
psikologi di sebut pengamatan.
Seorang individu dapat
juga mengabung dan membanding bandingkan bagian bagian dari suatu penggambaran
lain yang sejenis, berdasarkan asas asas tertentu secara konsisten. Dengan
proses akal itu individu mempunyai suatu kemampuan untuk membentuk suatu
penggambaran baru yang abstrak, sebenarnya dalam kenyataan tidak serupa dengan salah
satu dari berbagai macam penggambaran yang menjadi bahan kongkrit dari
penggambaran itu. Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran
tentang tempat-tempat tertentu dimuka bumi ini, bahka juga diluar bumi
inipadahal ia belum pernah melihat atau mempersepsikan tempat tempat tadi.
Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu ilmu sosial di sebut konsep.
Dalam usaha pengamatan
oleh seoran individu dengan cara seperti terurai tadi maka penggambaran tentang
lingkungan tersebut ada yang di tambah tambah dan dibesar besarkan dan ada yang
dikurangi serta di kecil kecilkan pada bagian bagian tertentu. bahkan ada pula
yang digabung gabungkan dengan penggambaran penggambaran lain, menjadi
penggambaran yang baru sama sekali, sebenarnya tidak akan pernah ada dalam
kenyataan, penggambaran baru yang sering kali juga tidak realistis itu dalam
ilmu psikologi disebut fantasi.
Kemampuan akal yang
membentuk konsep, dan untuk berfantasi , sudah tentu sangat penting bagi
makhluk manusia. Jika tanpa kemampuan tersebut (terutama konsep dan
fantasi yang mempunyai nilai guna dan
keindahan, yakni kemampuan akal yang kreatif) maka manusia tidak akan dapat
mengembangkan cita-cita dan gagasan-gagasan ideal. Selain itu manusia juga
tidak akan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan tidak akan dapat
mengkreasikan karya karya keseniannya.