Home » » Meniru Kekuatan Politik Jokowi

Meniru Kekuatan Politik Jokowi

Written By Unknown on Jumat, 24 Mei 2013 | Jumat, Mei 24, 2013


Tidak sedikit orang yang dongkol dengan gebrakan Jokowi, yang dimulai dari proses pemilihan sampai hari ini dan menurut saya hal tersebut wajar saja. Betapa tidak zona nyaman yang selama ini dinikmati ‘dipaksa’ direnggut dengan gaya kepemimpinan yang tidak lazim bagi para pemimpin berstatus negeri.
Saya tidak dalam rangka mengkultuskan siapapun, hanya berupaya mencari hal-hal positif yang dipikirkan maupun dilakukan orang-orang di sekitarku yang sekiranya berguna bagi diri ini.

Para lawan politik Jokowi maupun orang-orang yang merasa ‘dirugikan’ berupaya mencari celah untuk ‘menyerang’ dengan berbagai trik dimana efeknya cenderung berbalik kepada ‘penyerang’. Tidak sedikit politikus politisi yang mengkritisi Jokowi malah mendapat kritikan tajam bahkan caci maki dari orang-orang di berbagai forum maya.
Untuk melakukan ’serangan’ kepada Jokowi, tidaklah cukup jika hanya mencari kelemahan-kekurangnya, sangat perlu mengetahui kekuatan yang selama ini digunakan Jokowi yang mampu mendapatkan simpati-dukungan dari berbagai lapisan, penjuru.
Saya kira, Jokowi sangat mendalami tata letak organ tubuh pada kepala manusia serta mampu menggunakannya dengan baik. Hal ini penting sebab layout organ pada tubuh manusia normal (tidak cacat) manapun sama di muka bumi ini.
Mengapa layout organ di kepala manusia susunannya demikian? Tentulah Sang Pencipta sudah merancangNya sedemikan rupa dengan maksud agar manusia menuruti kaidah susunannya.
Dimulai dengan mata pada posisi paling atas, selanjutnya telinga, lalu hidung dan mulut. Mengapa mulut tidak berada pada posisi paling atas? atau coba dibolak-balik susunannya atau mengapa susunan tersebut sama semua pada manusia?
Tentulah susunan ini punya makna yang semestinya dikuasai.
  • Mata, untuk melihat. Jokowi blusukan untuk menyaksikan secara langsung apa yang sebenarnya terjadi di lingkungan kekuasaannya.
  • Telinga, untuk mendengar. Bertatap langsung dengan rakyat akan diikuti dengan mendengarkan! mendengar apa, bagaimana rakyat saat ini.
  • Hidung, untuk mencium. Nah… tidak semua yang terjadi di masyarakat bisa nampak, tidak semua terdengar sampai di telinga. Untuk itu perlu hidung untuk mencium aroma. Aroma tidak sedap dari sampah, aroma pesing dari tikus-tikus, aroma ketek para preman dan berbagai aroma lainnya.
  • Mulut, untuk bicara. Berbicara langsung dengan masyarakat rasanya berbeda dengan  berbicara melalui media tv atau lainnya. Menyampaikan langsung apa yang dipikirkan, rencana apa yang sedang disusun, pekerjaan apa yang sedang dan mendesak dilakukan. Ini penting agar masyarakat memahami pemimpinnya dan disinilah bisa terjalin kerjasama jika terdapat komunikasi yang sesuai. Mulut tidak hanya untuk berbicara tetapi sekaligus menjadi jalan masuknya makanan, sayangnya perut ada di urutan bawah dari organ lain. Mungkin itu sebabnya Jokowi tidak gendut seperti pemimpin lainnya.
Sekedar ditahu saja bahwa sebagian besar jiwa manusia itu akan menyukai apa adanya, kenyataan, kesederhanaan, kedekatan, kesejukan. Siapakah diantara manusia yang suka dibohongi? Siapakah diantara manusia yang ingin dikecewakan? atau Siapakah diantara manusia yang senang bergaul dengan manusia serakah?
Jadi, bagi para lawan politik Jokowi atau siapa saja yang tidak senang dengan pemikiran maupun cara-cara yang dilakukan Jokowi dalam mengelola pemerintahan, maka saya sarankan untuk:
  • Membuktikan diri bahwa pemikiran dan tindakan menyatu, membuktikan diri dengan terus konsisten melayani rakyat, bekerja untuk rakyat tidak karena latarbelakang kepentingan pribadi, kelompok, partaii,
  • Membuktikan diri konsisten sederhana, cerdas, berani, taat ajaran agamanya,
  • Membuktikan diri lebih baik dan lebih hebat dari Jokowi
Saya menjamin, jika ada manusia Indonesia yang sedikit lebih baik dari Jokowi maka dialah yang layak maju dalam ‘pertarungan’ pemilihan presiden 2014. Jaminannya apa yah… sambil garuk-garuk kepala,
Agh… tulisan ini terlalu dangkal untuk memaparkan rahasia hebat dari arsitektur, layout tubuh manusia yang bisa digunakan untuk memimpin diri sendiri maupun orang lain.
Paling tidak, menjadi pelajaran bagi diri sendiri untuk belajar menyatukan pikiran-perbuatan, selalu belajar mendalami diri sendiri, mencoba mensinergikan energi pikir, ingin dan rasa.
Rasanya perutku lapar, adakah yang berbaik hati untuk menyediakan makanan?

kompasiana.com
Share this article :

Kunjungan

Update

 
Copyright © 2013. BERBAGI ILMU SOSIAL - All Rights Reserved | Supported by : Creating Website | Arif Sobarudin