Home » , » Roger Garaudy, Pembongkar Mitos Holocaust

Roger Garaudy, Pembongkar Mitos Holocaust

Written By Unknown on Senin, 19 November 2012 | Senin, November 19, 2012


Roger Garaudy (17 Juli 1913 – 13 Juni 2012) adalah seorang penulis, politikus, dan filsuf terkenal Perancis. Pemikir besar ini berpetualang mencari kebenaran dan mengkaji berbagai agama hingga akhirnya menemukan jati dirinya yang hilang di agama Islam. Setelah masuk Islam, ia memilih nama Rajaa Garaudy, yang berarti harapan. Dia aktif menulis beberapa buku yang dianggap kontroversi, karena anti-Zionis dan penolakannya terhadap Holocaust. Garaudy menyangkal bahwa Nazi menggunakan kamar-kamar gas beracun untuk membunuh orang Yahudi selama Perang Dunia II.
Garaudy lahir dari orang tua Katolik dan ateis di Marseille, Perancis. Awalnya, ia dikonversi ke Protestan sebelum bergabung kembali dengan Gereja Katolik, Judisme dan akhirnya memeluk Islam pada tahun 1982. Selama perang, Garaudy bergabung dengan Pasukan Perlawanan Perancis dan kemudian menulis lebih dari 50 buku, terutama tentang filsafat politik, Marxisme, dan Islam. Setelah perang, Garaudy bergabung dengan Partai Komunis Perancis. Sebagai tokoh politik, ia berhasil terpilih sebagai anggota Majelis Nasional Perancis dan akhirnya naik ke posisi wakil ketua, dan kemudian senator. Ia menjadi teoritikus terkemuka untuk partai dan menulis puluhan karya ilmiah.
Puncak aktivitas Marxisme Garaudy berlangsung pada dekade 1950-an. Pada masa itu, Garaudy bahkan diangkat sebagai kepala Pusat Riset dan Penelitian Marxisme dan ia disebut-sebut sebagai Lenin Perancis. Pada era itu juga, Garaudy berupaya ingin mendekatkan Komunisme dengan Kristen. Politikus Perancis ini pada tahun 1968 menulis sebuah buku terkait masalah tersebut dan berusaha menciptakan kesepahaman dan kedekatan antara Marxisme dan Kristen. Garaudy mengatakan, “Marxisme dapat menyerap nilai-nilai agama dalam dirinya.” Namun tiba-tiba sebuah peristiwa terjadi, di mana hegemoni Marxisme dan Komunisme runtuh dalam pikiran Garaudy. Peristiwa itu berhubungan dengan invasi Cekoslovakia oleh tentara merah Soviet. Garaudy mengkritik invasi Soviet ke Cekoslovakia dan akhirnya ia diusir dari Partai Komunis Perancis pada tahun 1970.
Setelah kejadian itu, Garaudy menulis sebuah buku The Whole Truth dan menjelaskan alasan-alasan pengusirannya dari Partai Komunis Perancis. Dia mendapat pengucilan hebat oleh Komunis Perancis dan mereka menuding Garaudy telah menciptakan ketidakstabilan dalam keyakinan. Mereka mengetahui bahwa jika suatu saat Garaudy memilih Komunis, itu karena ia ingin mengobati derita umat manusia dan memperbaiki kehidupan para buruh. Akan tetapi, Garaudy menyaksikan bahwa mereka yang mengklaim dirinya sebagai pembela kaum buruh justru menjadi penindas.
Garaudy melakukan studi terhadap berbagai agama setelah berpisah dengan Komunis. Kecenderungan beragama dalam diri filsuf besar ini semakin hari semakin kuat dan menyeret Garaudy ke arah kebenaran. Sebuah kebenaran yang selama ini tertutup oleh praktek politik kotor dan rasa tamak terhadap kekuasaan. Dalam kajian mendalamnya terkait agama, Garaudy mengkaji kecenderungan kedua orang tuanya terhadap Kristen, namun larut dalam sebuah realita bahwa umat Kristen dan para pemimpin mereka terlibat dua kejahatan besar dalam sejarah. Dua kejahatan itu adalah Perang Salib dan juga pengadilan-pengadilan inspeksi akidah.
Pembantaian massal rakyat Palestina dan pembunuhan pribumi Amerika Serikat serta pembakaran ribuan manusia dalam berbagai kejahatan dilakukan oleh umat Kristen. Akhirnya, Garaudy berkesimpulan bahwa para pemeluk agama Kristen telah merintis pembangunan dasar-dasar imperialisme global pada abad-abad sebelumnya. Mereka menerapkan kebijakan-kebijakan hegemoni di masa lalu dengan slogan keadilan dan kebebasan. Oleh karena itu, Garaudy berpaling dari Kristen dan menulis, “Kita umat Kristen Barat sedang membantai putra-putri dan cucu kita sendiri, sebab gaya pertumbuhan kita telah berujung pada jalan buntu kematian.”
Pemikir besar ini telah melakukan kajian terhadap agama-agama besar seperti, Islam, Zoroaster, Hindu, Budha, dan Yahudi. Pada akhirnya, Garaudy menemukan jati dirinya yang hilang dalam agama Islam. Dalam sebuah kunjungan ke Iran, ia dengan tegas mengatakan, “Aku memilih agama Islam karena menemukannya lebih sempurna dan menentang hegemoni.” Setelah masuk Islam, Garaudy aktif menyingkap realitas Holocaust dan juga Zionisme.
Propaganda miring Zionis di dalam Perancis dan juga pada tingkat Eropa telah meningkatkan popularitas dan kecintaan terhadap Garaudy. Dia berhasil mendobrak ketabuan pengingkaran Holocaust pada ranah media, ilmiah, dan bahkan politik di Eropa. Setelah Garaudy menguak mitos Holocaust, media dan para pemikir di negara-negara lain Eropa mulai berani berbicara tentang realitas Holocaust.
Pada tahun 1996, Garaudy menerbitkan karyanya yang dianggap paling kontroversial, Les Mythes fondateurs de la Politique israelienne, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Founding Myths of Modern Israel. Karena buku itu berisi penolakan terhadap Holocaust, pengadilan Perancis melarang setiap publikasi lebih lanjut dan pada 27 Februari 1998, dia didenda 240.000 franc. Setelah persidangan di Perancis, Garaudy mendapat pujian di dunia Muslim dan menerima dukungan politik dan publik. Terkait buku The Founding Myths of Modern Israel, Garaudy mengatakan, “Penerjemahan buku itu ke dalam berbagai bahasa dunia adalah indikasi ketertarikan masyarakat dunia untuk memerangi Israel.”
Di Republik Islam Iran, 160 anggota parlemen menandatangani petisi untuk mendukung Garaudy. Pejabat senior Iran mengundang Garaudy ke Tehran dan menyambutnya dengan hangat. Para pemimpin Iran mengecam Israel dan Barat karena menyeret Garaudy ke pengadilan. Pada Februari 2006, pemimpin Hizbullah Lebanon, Sayed Hasan Nasrullah juga menyebut Garaudy sebagai seorang filsuf besar Perancis. Nasrullah memuji Garaudy karena telah mengekspos konspirasi Zionis dan menyatakan bahwa Garaudy telah membuktikan bahwa Holocaust adalah mitos.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam khutbah Jumat pada tanggal 12 Mei 2000, menyinggung pengadilan terhadap Garaudy oleh pemerintah Paris dan mengatakan, “Di mana Anda akan menemukan orang di Barat yang dapat secara bebas berbicara menentang Zionisme?” Oleh karena itu, Ayatullah Khamenei memuji keberanian Garaudy.
Dalam sebuah wawancara, Garaudy menyatakan bahwa serangan 11 September 2001 dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Dia juga mengulangi klaimnya bahwa Holocaust adalah mitos. Menurutnya, pembantaian Yahudi oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia II diciptakan sebagai mitos oleh Churchill, Eisenhower dan De Gaulle untuk membenarkan perusakan dan pendudukan Jerman. Pada Desember 2006, Garaudy tidak dapat menghadiri Konferensi Internasional untuk Meninjau Visi Global Holocaust, karena alasan kesehatan. Dia dilaporkan mengirim pesan rekaman video yang mendukung pandangan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad bahwa Israel harus dihapus dari peta dunia.
***
Sejarah menunjukkan bahwa kebanyakan tokoh dan ilmuwan mulai bangkit melawan sistem hegemoni setelah mereka mengenal agama Islam. Roger Garaudy juga termasuk salah satu dari mereka dan setelah memeluk Islam, ia aktif meneliti tentang kebenaran dan realita. Di antara pengaruh luar biasa Islam pada diri Garaudy adalah usaha dan tekadnya untuk membuktikan klaim palsu Zionisme tentang mitos Holocaust. Garaudy lewat riset ilmiahnya telah menciptakan ketakutan bagi kaum Zionis dan para pendukung mereka.
Kata Holocaust berasal dari bahasa Yunani, yang berarti terbakar secara keseluruhan atau bencana atau juga kehancuran. Sementara secara terminologi, Holocaust merujuk pada klaim kaum Zionis, di mana menurut klaim itu enam juta Yahudi dibantai oleh Nazi Jerman di kamar-kamar gas beracun atau dibakar di tempat-tempat pemanggangan manusia sepanjang Perang Dunia II. Namun, berbeda dengan propaganda global untuk membuktikan klaim luar biasa ini, hingga sekarang puluhan sejarawan terkemuka Eropa dan ratusan guru besar dunia sudah membuktikan bahwa klaim tersebut hanya sebuah cerita karangan Zionis.
Para ilmuwan seperti, Roger Garaudy dan Louis Marschalko berdasarkan data akurat dan riset komprehensif, membuktikan bahwa seluruh warga Yahudi Eropa sepanjang Perang Dunia II hanya berjumlah 560 ribu jiwa dan seluruh Yahudi yang tinggal di wilayah kekuasaan Adolf Hitler tidak sampai setengah juta.
Profesor Roger Garaudy dalam bukunya The Founding Myths of Modern Israel menulis, “Dari tempat-tempat pembakaran dan bukti-bukti lain yang tersisa menunjukkan bahwa tempat tersebut digunakan untuk orang-orang yang tewas terserang penyakit tipes. Kelompok Nazi meletakkan jasad-jasad mereka dalam tempat seperti itu dan kemudian membakarnya untuk mencegah penularan penyakit tipes. Sebenarnya, apa yang terekam dalam memori masyarakat dunia tentang tempat pembakaran dan kamar gas beracun Hitler adalah karya dari perusahaan raksasa film dan Zionis.”
Zionis dengan alasan Holocaust dan konsep “jaminan kesehatan mental Yahudi” telah membantai anak-anak, perempuan, dan laki-laki Palestina lebih dari setengah abad. Zionis juga merusak properti bangsa Palestina dan mengundang kaum Yahudi dari seluruh dunia untuk hijrah ke Palestina sehingga bisa merampas tanah bangsa tertindas itu. Garaudy termasuk tokoh pejuang hak-hak bangsa Palestina dan dalam sebuah kunjungannya ke Iran, mengatakan “Zionis melakukan kejahatan besar untuk menguasai sumber-sumber dan kekayaan bumi Palestina dan menduduki tanah suci itu. Meskipun gerakan Zionis dikecam oleh PBB dan bahkan Amerika Serikat, namun para pejabat AS senantiasa menentang setiap langkah untuk menghukum Israel.”
Garaudy adalah seorang pejuang sejati dan melalui pena dan lisannya, ia telah mengekspresikan penentangan seriusnya terhadap hegemoni negara arogan atas kaum tertindas dan perampasan hak-hak kaum lemah. Dia termasuk pengkritik keras kebijakan-kebijakan superioritas Amerika Serikat dan meyakini bahwa AS dan Zionisme senantiasa mengincar kepentingannya dan mereka akan turun tangan untuk mengamankan kepentingannya.
Garaudy mengatakan, “Sejak tahun 1992, setelah saya menulis sebuah artikel di koran Le Monde, Perancis dan mengkritik keras arogansi rezim Zionis Israel terhadap Lebanon, saya mulai dilarang tampil di televisi dan tidak diizinkan lagi menulis di koran tersebut. Kali terakhir saya melakukan wawancara dengan televisi adalah ketika Amerika Serikat menginvasi Irak dan itu pun hanya empat menit. Pada kesempatan itu, saya mengatakan bahwa tujuan utama perang adalah minyak dan oleh karena itu, Irak menjadi sasaran pendudukan. Esoknya, orang yang mengundang saya untuk wawancara dipecat dari televisi Perancis.”
Garaudy lebih lanjut mengatakan, “Kuwait karena memiliki sumur-sumur minyak, mungkin bagi AS seribu kali lebih penting dari Palestina dan semua menyaksikan bagaimana AS dan sekutunya membendung serangan Irak ke Kuwait. Garaudy seraya mempertanyakan kebijakan mantan Presiden Bill Clinton, dalam salah satu pidatonya menuturkan, “Kalian berulang kali menyaksikan bagaimana Clinton bangga dengan ekonomi negaranya, akan tetapi realitanya adalah AS dari segi ekonomi menderita kondisi yang sangat buruk. AS tidak bersedia meninggalkan sumber-sumber kekayaan di negara-negara Islam. Oleh karena itu, negara-negara Islam harus membidik perekonomian AS, Israel, dan sekutunya dalam menyusun kebijakan-kebijakannya.”
Menurut Garaudy, salah satu langkah positif yang diambil negara-negara Islam adalah menciptakan pasar bersama. AS dan Israel selalu berupaya menguasai pasar dunia dan negara-negara Islam dengan memelihara persatuan dan kesatuan, harus menggagalkan upaya arogan dunia.
Garaudy gencar mengkritik kebijakan-kebijakan destruktif AS dan dengan tegas mengatakan bahwa sistem Kapitalisme Barat bukan jaminan bagi kebahagiaan dan eksistensi manusia. Menurutnya, umat manusia untuk bergerak pada jalur kehidupan yang benar, membutuhkan prinsip-prinsip lain. Garaudy bahkan bertanya tentang bagaimana kita menciptakan cakrawala baru dan masa depan kemanusiaan? Sebuah masa depan baru yang jauh dari peninggalan-peninggalan sejarah kebinatangan manusia, yang masih tersisa hingga sekarang?
Pemikir Perancis ini menyatakan bahwa jalan terbaik untuk melawan kebijakan-kebijakan destruktif Barat adalah gerakan Imam Khomeini ra dan Revolusi Islam Iran. Dia menyebut Imam Khomeini ra sebagai figur agung. Garaudy terkait arsitek Republik Islam Iran, mengatakan “Imam Khomeini ra dengan meminta bantuan dari kekuatan ghaib dari satu sisi, dan kekuatan militer dari sisi lain, telah membangun sebuah revolusi untuk melawan kesewenang-wenangan kaum arogan dan membentuk persatuan global.”
Profesor Garaudy menilai Revolusi Islam Iran sebagai manifestasi konfrontasi budaya Islam dengan budaya dan peradaban Barat dan Amerika Serikat. Dia ketika menginterpretasikan Revolusi Islam, mengatakan “Saya berpikir bahwa revolusi Iran termasuk gerakan-gerakan sejarah umat manusia yang paling penting, sebab ini bukan sebuah revolusi yang hanya bermotif ekonomi. Motivasi-motivasi ekonomi dan penentangan terhadap kaum elit adalah bukan tujuan akhir revolusi ini. Revolusi ini bahkan bukan sebuah revolusi politik semata, yang ingin menentang sebuah kekuatan despotik. Pada dasarnya, Revolusi Islam Iran adalah sebuah bentuk penentangan dan konfrontasi terhadap sebuah peradaban. Peradaban yang kita sebut Barat atau peradaban Amerika.”
Garaudy  lebih lanjut menuturkan, “Revolusi Islam Iran telah menyajikan model baru manusia sempurna dan kemasyarakatan. Ini adalah alasan di balik permusuhan Barat ke arah itu. Imam Khomeini ra memberi makna baru bagi kehidupan rakyat Iran.”
indonesian.irib.ir, IRIB Indonesia
http://rianputra84.wordpress.com
Share this article :

Kunjungan

Update

 
Copyright © 2013. BERBAGI ILMU SOSIAL - All Rights Reserved | Supported by : Creating Website | Arif Sobarudin