Tidak ada suatu lembaga pun yang berada dalam suatu kevakuman. Setiap
kegiatan dalam setiap lembaga dipengaruhi oleh lembaga lainnya. Sebagai
contoh lembaga keluarga. Dalam masyarakat yang paling sederhana,
keluarga adalah lembaga sosial satu-satunya. Pekerjaan diatur oleh
unit-unit keluarga, anak-anak didik oleh anggota keluarga. Tidak ada
struktur sosial lain yang mungkin dibutuhkan masyarakat sederhana.
Dengan makin kompleksnya kebudayaan, banyak hal tidak lagi mudah ditangani oleh keluarga. Perdagangan dengan suku lain ahirnya dilakukan oleh pedagang tertentu yang melakukan perdagangan sebagai pribadi dan bukan atas nama keluarga. Keterampilan (skill) menjadi lebih terpesialisasi, dengan adanya “divisi tenaga kerja”. Ini berarti bahwa banyak orang sepanjang hari bekerja sebagai pekerja individu yang terspesialisasi dan bukan sebagai bagian dari suatu team kerja keluarga. Akhirnya organisasi dan pengawasan segabian besar kegiatan kerja bergeser dari keluarga ke toko atau kantor, dengan seorang mandor dan bukan lagi anggota keluarga yang memberi perintah.
Pada abad yang lalu, pergeseran pekerjaan pertanian ke pekerjaan yang bukan pertanian memperkecil wewenang seorang ayah, memperkecil jumlah anggota keluarga karena anak dipandang menjadi beban ekonomi dan bukan sebagai suatu modal dan mendorong para wanita bekerja di luar rumah. Giliran kerja malam menyebabkan beribu-ribu tenaga kerja mengubah kebiasaan hidup keluarga. Sistem latihan kerja “lihat dan bantu” pada masyarakat pertanian digantikan oleh lembaga pendidikan yang formal.
Dengan makin kompleksnya kebudayaan, banyak hal tidak lagi mudah ditangani oleh keluarga. Perdagangan dengan suku lain ahirnya dilakukan oleh pedagang tertentu yang melakukan perdagangan sebagai pribadi dan bukan atas nama keluarga. Keterampilan (skill) menjadi lebih terpesialisasi, dengan adanya “divisi tenaga kerja”. Ini berarti bahwa banyak orang sepanjang hari bekerja sebagai pekerja individu yang terspesialisasi dan bukan sebagai bagian dari suatu team kerja keluarga. Akhirnya organisasi dan pengawasan segabian besar kegiatan kerja bergeser dari keluarga ke toko atau kantor, dengan seorang mandor dan bukan lagi anggota keluarga yang memberi perintah.
Pada abad yang lalu, pergeseran pekerjaan pertanian ke pekerjaan yang bukan pertanian memperkecil wewenang seorang ayah, memperkecil jumlah anggota keluarga karena anak dipandang menjadi beban ekonomi dan bukan sebagai suatu modal dan mendorong para wanita bekerja di luar rumah. Giliran kerja malam menyebabkan beribu-ribu tenaga kerja mengubah kebiasaan hidup keluarga. Sistem latihan kerja “lihat dan bantu” pada masyarakat pertanian digantikan oleh lembaga pendidikan yang formal.